Rasa cinta ini sepenuhnya ditujukan untuk kamu, gadis dengan nama (Name) bermarga Gojou.
Gadis yang setiap malamnya menatap bulan dengan pandangan sendu. Gadis yang tak tahu-menahu namun selalu merindu.
Merindu akan ia yang jarang sekali bertemu.
***
"Jadi ... dia adik Sensei?"
Yuuji bertanya bingung. Nobara dan Megumi kini tak ada bersamanya. Sebab suatu hal, entah mengapa Satoru hanya membawa Yuuji bersamanya.
Satoru mengangguk. Dirinya menatap ke arah sang adik.
"Kenalkan dirimu,"
Gadis itu mengangguk.
"Senang bertemu denganmu, Itadori-san. Aku Gojou (Name). Adiknya Satoru-nii. Aku ... delapan belas tahun,"
***
Senyum yang dilempar kala mata pertama kali mencuri pandang tanpa sengaja kini memanah hatinya.
Membuat Yuuji berdebar kala kurva terbentuk manis di paras sang gadis.
Tapi Yuuji tahu.
Akan sesuatu yang bahkan Satoru tak tahu.
Sebab, Yuuji tahu bahwa gadis itu tengah berakting.
***
Lagi.
Kelopak mata tertutup. Napas kini teratur. Bahkan lampu kamar sudah dimatikan. Meski begitu, dirinya tak kunjung pergi ke alam mimpi.
Mata ia buka dengan tubuh yang ia dudukkan. Tak ada senyum yang terlukis. Hanya tatapan sendu yang terpasang.
Dan di lain tempat, lelaki yang menjadi wadah sang raja kutukan kini melamun di bawah indurasmi—sinar bulan. Kantuk tak kunjung menghampiri. Otak tak bisa berhenti memikirkan tentang gadis bernama (Name).
Menenggadah, langit nampak sepi tanpa adanya ribuan bintang. Yuuji mengangkat tangan. Menulis kanji dengan imajinasi bahwasanya itu adalah ribuan bintang yang terlukis.
Dan, Gojou (Name) adalah nama orang itu.
***
"Gojou-nee!!"
Gadis itu menoleh. Senyum ia lemparkan.
"Ya, Yuuji? Selain itu, panggil nama saja. Bisa-bisa Satoru-nii salah mengira kau memanggilnya,"
Yuuji terkikik geli.
"Mana mungkin!"
Yuuji kini menatap sepasang manik biru. Dalam. Benar-benar sedalam laut.
Tidak.
Bukan laut atas nama cinta yang membuatnya merasa nyaman. Melainkan sedalam palung Mariana yang membuatnya jatuh ke tanah berlekuk dalam yang membuatnya tenggelam akan yang namanya kesepian.
Dan Yuuji tahu.
"(Name)-nee,"
"Iy—"
"Apa (Name)-nee tidak lelah?"
Gadis bermarga Gojou mengerutkan kening tak paham.
"Maaf?"
Yuuji kini mendudukkan diri di sampingnya. Kedua tangan ia rentangkan lebar-lebar dengan senyuman hangat.
"Aku di sini kok! Kalau perlu, kupinjamkan bahuku!"
"..."
Yuuji hendak membuka mata kala tak ada reaksi apapun dari kawan bicara. Belum sempurna kelopak terbuka, dua lengan mungil melingkar di pinggangnya. Disusul tubuh perempuan yang menempel padanya, sang gadis membenamkan wajah pada dada.
Deg!
Yuuji kini merasa gila. Ia merasa bodoh. Bukankah dia yang meminjamkan bahunya? Mengapa dia yang membeku layaknya patung sekarang ini?
"Terima kasih ... "
—tidak, bukan waktunya memikirkan hal ini.
Seulas senyum terukir. Kedua tangan kini balas merengkuhnya. Erat.
"Sama-sama,"
***
Umur hanyalah angka bukan? Mereka hanya terpaut tiga tahun dengan (Name) sebagai sosok yang lebih tua—walau secara fisik Yuuji menang tentunya.
Kira-kira, apa yang terjadi jika—
"(Name)-nee, aku menyukai sejak pertama kali melihatmu! Kumohon, berpacaranlah denganku!"
—ralat. Yuuji sudah mengutarakan perasaannya.
Lelaki itu membungkuk.
"..."
Jantung berdegup kencang saat reaksi dari sang gadis tak kunjung ia dapat.
Bukan jawaban, melainkan wajah dari sosok yang kini berjongkok menatapnya Yuuji dapatkan. Jarak begitu dekat dengan hembusan napas hangat yang terasa.
Napas tercekat dengan wajah memerah. Yuuji membeku dalam pose tersebut. Sang pelaku kini mengulas senyum hangat dengan rona pada wajah.
"Aku kira ... selama ini kita sudah pacaran?"
***
Omake
Yuuji memeluk erat pinggang (Name). Membenamkan wajah pada ceruk leher, hembusan napas hangat yang menggelitik terasa. Si gadis terkikik seraya melingkarkan tangan pada leher Yuuji.
"Yuuji, apa yang kau lakukan sih?"
"He~ aku kan hanya bermanja dengan—"
Bruk!
"..."
"..."
"Yuuji, apa yang kau lakukan dengan adikku?"
"Mampus!"
***
613 words
16 Desember 2020
Asli, saya mau nanya, di sini ada yang gak nyaman sama genre yuri?
