"Hoaamm....ck!" Vio berdecak kesal, pasalnya dia sangat bosan menunggu wali kelasnya yang sedang memilih siapa-siapa saja untuk mengikuti dan menjadi partisipan dalam event HUT Sekolah.
Sementara Bu Nindi sendiri selaku wakil kelas merasa pusing untuk memilih partisipan, karena semua muridnya yang ditunjuk untuk menjadi partisipan malah menunjuk ke temannya yang lain, alhasil acara tunjuk menunjuk pun terjadi.
"Saya mohon kalian tenang, kalau kalian begini saya tambah pusing!"
"Bu!"
"Ya, Melani?"
"Saya punya saran untuk memilih partisipan kita dalam kegiatan HUT nanti."
Bu Nindi mengangguk pasrah, mengiyakan saja perkataan Melani. Lalu Melani berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju papan tulis, membuat kelas mendadak hening."Gue mau kerja sama kalian, kalau kalian merasa bisa sama kegiatan yang gue sebut, angkat tangan!"
Satu persatu isi kelas mulai mengangkat tangannya saat Melani menyebutkan kegiatan yang akan dilakukan. Awalnya banyak yang ragu, tapi melihat raut Melani yang tidak suka dibantah, membuat semuanya menjadi takut.
"Baik Melani, saya berterima kasih. Kamu memang cocok jadi ketua kelas!"
Mengangguk, Melani berjalan menuju ketiga sahabatnya, "pinter banget ya lo!"
"Gue cuma kasian sama Bu Nindi, tapi.... emang seharusnya gini."
*****
"Dimohon kepada seluruh siswa untuk tetap berada didalam kelas, masing-masing wali kelas akan mengumumkan pengumuman penting!"
Decakan terdengar dari para murid, mereka merasa kesal karena waktu istirahat yang dari tadi ditunggu-tunggu malah terganggu dengan pengumuman yang akan disampaikan wali kelas.
Dengan terpaksa semuanya masuk dan duduk kembali di bangkunya, menunggu Bu Nindi yang akan memasuki kelas.
"Mel, hari ini lo pesen apa?" tanya Alisa penasaran, "gimana kalau Beef Wellington?"
"Oke." jawab ketiganya setuju. MAVIA sama sekali tidak terpengaruh dengan pengumuman barusan, karena setiap waktu istirahat keempatnya tetap berada didalam kelas, menyantap makanan yang dipesan dari luar, tidak ada yang melarang atau lebih tepatnya tidak ada yang berani melarang.
Bu Nindi memasuki kelas, membuatnya menjadi atensi karena pengumuman yang akan dia sampaikan, "baik anak-anak setelah tadi ibu mengikuti rapat dengan kepala sekolah, beliau memutuskan bahwa jam pelajaran terakhir akan diganti dengan perlombaan balap karung!"
Hampir seisi kelas shock, tidak tau harus memberikan reaksi apa. Sementara teriakan senang terdengar dari beberapa kelas setelah mengetahui penyebab istirahat mereka terganggu.
"Oleh karena itu, ibu ingin siapa yang akan maju mewakili kelas kita untuk angkat tangan, kita mulai dari perempuan!!"
"Saya!" Melani mengangkat tangannya dan berkata lantang, membuat teman sekelasnya semakin shock ditambah tatapan matanya yang seolah mengintimidasi.
"Baik, siapa lagi?" Nia selaku wakil ketua kelas mengangkat tangannya, membuat dua perempuan lainnya ikut mengangkat tangan.
Bu Nindi tersenyum senang, "terimakasih sekarang untuk anak laki-laki, siapa?"
"Niko!" Vio merasa gemas saat tidak ada yang mengangkat tangannya jadi dia teriakan saja namanya, sementara Niko terkejut saat mendengar namanya disebut.
Niko yang akan membantah mengurungkannya karena namanya sudah terlanjur ditulis Bu Nindi, dia memelototi Vio yang malah tersenyum senang.
"Lagi?" tanya Bu Nindi sambil memegang spidol, "Farhan, Lukman, Reza!!"
"Hah?!!" ketiganya terkejut dan ingin membantah ucapan Alisa, tapi saat melihat Alisa yang tersenyum malah membuat ketiganya deg-degan.
"Baik, terimakasih atas kerja sama kalian. Sekarang kalian boleh istirahat!"
****
"Tumben mereka mau?" tanya Vio terheran-heran, karena dia tau laki-laki dikelasnya itu sulit diatur, kecuali Niko tentunya.
"Mereka suka sama Alisa, iya kan?" tebak Ara tepat sasaran.
"Tapi mereka tinggi, bodinya juga pas. Dan...mereka belum ikut partisipan!" ucap Alisa senang.
MAVIA berada dikelas, menyantap pesanan mereka. Membicarakan 'aksi' Alisa tadi yang tidak terduga.
"Gue selesai, ke toilet bentar." Melani yang akan keluar kelas berhenti saat Ara menahan lengannya, "gue ikut Mel."
"Hm." Keduanya berjalan bersisian, sesampainya di toilet yang dilakukan keduanya hanya mencuci tangan kemudian kembali ke kelas, namun saat ditengah jalan malah bertemu dengan Farrel yang berjalan sendirian.
"Hai, MAVIA!" sapanya.
"Apa?" Melani menjawab malas, dia tau Farrel sedang memancingnya.
"Gue denger lo ikut balap karung, boleh juga ya ketua MAVIA?" Farrel bersedekap dada memperhatikan Melani dengan seksama, "to the poin!"
"Gue tantang, kalau kelas lo menang, gue bakal akui MAVIA emang keren!"
"Kita nggak perlu pengakuan lo!" Melani yang akan pergi ditahan Farrel, "oke, kalau kelas lo menang gue bakal jadi babu lo selama seminggu!"
"Oke." Farrel terkejut saat Melani menjawabnya tanpa berpikir panjang dan pergi begitu saja dengan Ara dibelakangnya.
Kemudian dia mengambil ponselnya dan menelepon Arkan, "rencana pertama beres, gue taruhan kalau kelas kita kalah balap karung, gue jadi babunya seminggu."
"Seminggu? Lo serius!"
"I-iya udah terlanjur, hehe."
"Terserah lo!"
Sambungan diputus, Farrel menggaruk tengkuknya, seharusnya tadi dia berkata lima hari bukannya seminggu.
————
Jangan lupa vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
MAVIA (PROSES REVISI)
Teen FictionMAVIA, sebuah nama julukan dari geng yang beranggotakan 4 orang cewek cantik nan manis. Memberontak terhadap 4 para lelaki yang menyebut dirinya The King. Persaingan sengit terus terjadi saat kedua geng tersebut bertemu, namun pertemuan dan pertengk...