10. Balap Karung (II)

294 32 0
                                    

Isi lapangan saat ini sangat ramai dipenuhi murid yang sedang bersiap-siap untuk berlomba, dimulai dari kelas 10 kemudian 11 dan 12 yang tentunya sudah berganti dengan pakaian olahraga.

Melani yang sedang berbicara dengan Nia tentang taktik estafet balap karung nanti dikejutkan dengan kedatangan Farrel, "soal taruhan tadi gue cuma mau bilang, kalo lo kalah Lo yang harus jadi babu gue, seminggu."

"Oke."

"Eh, kok ada Farrel disini? Iihh foto yuk?" Melani menyingkir dan berjalan menuju ketiga sahabatnya saat Farrel mulai dikerubungi beberapa murid perempuan, "apa?"

"Ngomongin apa kalian?" tanya Vio penasaran.

"Kalo gue kalah, gue bakal jadi babunya seminggu."

"Terus lo terima?" anggukan kepala Melani membuat Ara bergumam, dia sedang berfikir saat dua orang perempuan menyodorkan empat botol jus buah kepadanya, "oke."

"K-kita boleh pergi?"

Tepat setelah Ara mengatakan 'ya' keduanya langsung berlari kecil menjauhi keempatnya seperti orang ketakutan yang membuat Alisa penasaran, "why?"

"Dimohon untuk peserta kelas 11 menuju lapangan, perlombaan dimulai sebentar lagi!!"

"Nanti, sekarang kita harus dukung Melani." jawaban Ara membuat ketiganya mengangguk, bahkan kali ini Vio tidak terlalu memaksa.

Semua murid perempuan kelas 11 sudah berada dilapangan, bersiap-siap memulai pertandingan saat peluit tanda dimulainya pertandingan ditiup kencang membuat mereka langsung berlompat-lompat dengan berbagai sorakan dukungan dari teman sekelas.

Nia yang memulai pertama kali, dia tidak melompat melainkan berlari sambil memegang erat ujung karungnya agar tidak merosot, sesuai dengan rencana yang telah Melani katakan sebelumnya.

Setelah sampai diujung lapangan, Nia melepaskan karung dan memberikannya kepada Luluk yang langsung memakainya dan berlari kearah Kiran kemudian melakukan hal yang sama menuju Melani.

Melani langsung menyambar karung, menggunakannya cepat dan berlari, dia sedikit menggeram saat melihat kelas sebelah yang sedikit lebih cepat dari kelasnya.

Melani berpikir keras, dia tidak boleh kalah. Hanya tinggal semeter lagi musuhnya itu mencapai finis sementara dia satu setengah meter, otaknya berputar mencari ide cepat kemudian dengan mantap dia mulai melompat dan melakukan salto berulang-ulang, membuat terpana murid-murid dan akhirnya mencapai finis pertama kali.

"Wow wow wow! Ini adalah gerakan hebat seorang Melani, tidak terduga!!"

Suara mc yang sangat keras terdengar takjub, tidak hanya mc. Semua yang melihatnya takjub, terpana, melihat hal yang pastinya langka.

Sementara Nia, Luluk, dan Kiran menghampirinya sambil tersenyum senang, "gila! Lo keren banget Mel, kelas kita yang menang!"

"Yaudah, gue mau istirahat." Melani dengan cepat meninggalkan ketiganya yang melambaikan tangan, berjalan menuju sahabatnya lalu duduk dan meneguk habis jus yang sudah diberikan Alisa.

"Sejak kapan lo bisa salto kayak tadi?" pertanyaan Vio sontak membuat Melani terkekeh kecil, "Lo lupa gue pernah ikut les karate?"

Vio menimang-nimang sebentar kemudian mengangkat bahunya cuek, lain dengan Nio dkk yang akan berlomba. Mereka mendatangi MAVIA yang sedang duduk bersama dipinggir kelas.

"Mel, kita bakal usahain yang terbaik. lo tenang-" perkataan Niko terpotong saat Vio berdiri didepannya sambil tersenyum menyeringai, "kalo Lo nggak menang, gue bakal sumpel mulut Lo pake 'kain'. Mau?"

Niko meneguk ludahnya, dia tau apa yang dimaksud 'kain' oleh Vio. Kepalanya mendadak pusing saat memikirkannya, "Lo kenapa sih, hah?"

"Ayo, waktunya lomba." Niko berlalu saat Reza menariknya menuju lapangan, mengumpat saat tau bahwa dia adalah yang terakhir atau dialah penentu menang tidaknya.

Farhan mulai berlari, dia tidak melompat seperti yang lainnya karena mengikuti Melani. Dilanjutkan Lukman kemudian Reza, karena tubuh mereka besar jadi lebih cepat saat berlari.

Sampai saat Niko yang akan mulai berlari, MAVIA melihat Farrel yang sudah akan mencapai tengah lapangan. Vio yang gemas karena dia tau tubuh Niko lebih kecil dari yang lainnya berteriak.

"NIKO! KALO LO LELET KAYAK GITU, GUE PASTIIN 'KAIN' YANG MASUK MULUT LO ADA BANGKAI TIKUS MATI!!!"

Niko sadar perkataan Vio tidak main-main, dengan hati berdebar-debar Niko berlari  kemudian melompat dan melakukan guling depan dengan gerakan cepat, saat sedikit lagi mencapai finis Niko mengerahkan tenaganya berlari dan melompat.

Derai tawa terdengar melihat aksi yang Niko lakukan, dia ngos-ngosan tapi juga senang karena pertama kali finis yang artinya dia selamat dari Vio.

"Woi Niko, lo keren deh. Mana guling depan lagi, bwahaha-aduh!"

Reza yang sedang menertawakan Niko mengaduh saat Vio menjitak kepalanya, "bagus. Nggak sia-sia gue nyiksa lo selama ini!"

"Biadab mulut lo!"

Niko mendengus kemudian mengernyit saat Alisa menyodorkan air putih untuknya, Niko yang awalnya mulai terbang jatuh terhempas begitu saja saat tau bahwa Alisa juga membelikan air putih untuk Farhan, Lukman, Reza. Bahkan Kiran, Luluk, dan Nia juga diberinya.

"Heh, muka lo dikondisikan deh!"

"Dih."

*****

"Oke, lo kalah taruhan."

Farrel meneguk minumannya, dia merasa kesal karena kalah taruhan. Padahal dia sudah membayangkan Melani ketua MAVIA yang akan menjadi babunya.

"Oke, karena gue nggak mungkin inkar sama omongan gue. Mulai seminggu kedepan gue jadi babu lo, Melani Komeral."

Farrel yang akan pergi menuju kelasnya terhenti karena kalimat yang dilontarkan Melani.

"Nomer telpon lo."

"Buat?"

"Karena lo babu gue, lo harus ada setiap gue butuh. Dimana pun dan kapan pun."

Farrel menyodorkan ponselnya dan mengamati Melani yang sedang mengetik kemudian menatapnya sambil tersenyum kecil, membuat Farrel menahan nafasnya.

"Selamat jadi babu gue selama seminggu, Farrel Fisaka."

———

Jangan lupa vote-!!!!

MAVIA (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang