"Yasudah, papa duluan. Kamu tau 'kan letak ruang guru nya?"
Pria dengan setelan jas berwarna hitam berdiri di hadapan seorang gadis berseragam SMA.
"Iya, pa. Makasih udah nganter Ara sampai sekolah."
Mengangguk, pria itu mengelus kepala putrinya sayang. Kemudian berbalik menaiki mobil dan pergi dari area sekolah.
Gadis itu masih berdiri memandangi mobil ayahnya yang terus menjauh. Kemudian melangkahkan kaki menuju ruang guru untuk menemui kepala sekolah nya yang baru.
*****
"Woi Niko! Sini lo, kembaliin pulpen gue yang lo colong!!"
Gadis dengan nama Violeta Harani berteriak, meneriaki laki-laki bernama Niko yang sedang menggenggam pulpen biru muda miliknya.
"Enak aja kalau ngomong, gue itu nggak nyolong!"
"Tapi?"
"Tapi ngambil."
"Apa bedanya? Cepat kembaliin atau gue jambak-jambak rambut lo?!"
"Dih, coba aja kalau bisa."
Kini Niko berlari mengelilingi kelas, tidak menghiraukan teriakan Vio yang terus memanggil namanya.
Disinilah kita berada sekarang, kelas 11 MIPA2 SMA Sourin. Diisi kegaduhan dan teriakan disaat adanya jam kosong.
Brukk
"Aduh-aduh, ampun mbak ampuuunn." Vio berhasil meraih rambut Niko, menjambaknya dengan binar kesenangan.
"Vi, lepasin Vi. Sakit ini, nanti kalau rambut gue banyak yang rontok gimana?"
Niko masih terus mencoba melepaskan genggaman tangan Vio dari rambutnya yang semakin kuat.
"Sekalian gue gundulin kalau perlu."
"Mel! Tolongin gue, selamatin gue dari temen gila lo ini!"
"Cemen."
Melani Komeral. Ketua kelas 11 MIPA2.
Melirik sekilas kearah Vio dan Niko berdiri, kemudian membuang muka malas.
"Mau apa lo, minta tolong Alisa?"
Vio menaikkan sebelah alisnya, tau benar bahwa Niko tidak akan melakukannya. Karena, Niko menyukai Alisa. Membuatnya gugup saat bertegur pandang.
"Sekarang lo kembaliin pulpen gue, atau gue bu—"
"Vio!"
Vio dan Niko menoleh bersamaan. Di ambang pintu, Alisa berdiri dengan menyilang kan kedua tangan dibawah dada.
Alisa berjalan mendekati keduanya, menampilkan raut serius saat matanya menatap jambakan tangan Vio di rambut Niko.
"Lo nggak kasihan sama Niko?"
Vio menyipitkan matanya, "Alisa Putipuma, sampai kapan sih, lo ikut campur urusan gue terus?"
"Sampai lo tobat!"
Alisa mengangkat kedua alisnya memberi isyarat.
"Satu," Alisa mulai berhitung, "dua, tiga, sampai lima kalau lo nggak lepasin Niko, gue bilangin ke om Firza."
"Oke-oke. Gue nyerah."
Vio melepaskan jambakan tangannya dari rambut Niko. Cemberut kemudian duduk kembali di bangkunya.
"Makasih."
Alisa tersenyum kearah Niko, membuat jantung laki-laki tersebut berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.
Alisa kembali ke tempat duduknya. Menatap Melani dan Vio bergantian.
"Jadi gimana, Mel?" tanya Alisa.
"Apanya?"
"Soal yang waktu itu."
"Udah di mulai."
Melani tersenyum kecil, menunjuk pintu saat wali kelasnya masuk bersama dengan seorang gadis.
"Permisi. Anak-anak mohon perhatiannya, Ibu punya berita bagus untuk kalian."
Tepukan tangan sang guru berhasil mengambil alih perhatian seisi kelas.
"Terimakasih. Seperti yang kalian lihat, hari ini kita kedatangan seorang murid baru. Silahkan memperkenalkan diri."
Gadis tersebut mengangguk sekali. Berdiri di depan papan tulis menatap seluruh wajah yang kini memperhatikan dirinya dengan seksama.
"Perkenalkan, nama saya Aidin Paradax, biasa di panggil Ara. Saya harap saya bisa akrab dengan kalian untuk kedepannya."
Ara tersenyum.
"Gue Melani, ketua kelas disini. Lo anak baru semoga betah."
Melani mengangkat sebelah tangan memperkenalkan diri, kemudian menepuk bangku disebelahnya memberi isyarat kepada Ara agar duduk disana.
"Baiklah Ara, kamu bisa duduk di sebelah Melani. Oke anak-anak, itu saja yang ingin Ibu sampaikan, terimakasih."
"Terimakasih, Bu!"
Setelah wali kelasnya pergi, Ara berjalan maju dan duduk di sebelah Melani. Mengulurkan tangan sambil tersenyum kepada Melani.
"Ara, salam kenal."
Melani membalas uluran tangan Ara, "Melani, salam kenal juga."
Vio berdiri dari tempat duduknya yang berada tepat didepan Ara, "gue Vio, gue orangnya sado!" Ara menjabat tangannya kemudian tersenyum.
"Gue juga."
Vio mengerjap pelan.
Ara terkekeh kecil melihat respon gadis didepannya, kemudian menatap Alisa dengan tangan terulur.
Alisa membalas jabatan tangan Ara. Keduanya sama-sama tersenyum dengan genggaman tangan yang semakin kuat.
"Hai, Ara!"
Ara menoleh, memperhatikan murid lainnya yang mulai mendekat dan memperkenalkan diri. Ara melepas genggamannya dengan Alisa, tersenyum dan menjawab satu persatu pertanyaan dari murid-murid didepannya.
Acara perkenalan berakhir dengan masuknya guru mapel jam pertama. Ara mengeluarkan buku tulisnya, mulai mencatat tulisan-tulisan di papan tulis.
"By the way, Ara. Sampul buku lo bagus."
Ara menoleh kearah Melani yang sedang menatap bukunya. Ara tersenyum lagi, "iya, kan lo yang pilih. Lagian, selera lo itu selalu bagus."
Melani menahan senyumnya, "pastinya."
————
Haiii, jadii saya kembali untuk merevisi cerita MAVIA ini agar lebih layak di baca. Semoga kalian suka🦋🦋
Jangan lupa vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
MAVIA (PROSES REVISI)
Novela JuvenilMAVIA, sebuah nama julukan dari geng yang beranggotakan 4 orang cewek cantik nan manis. Memberontak terhadap 4 para lelaki yang menyebut dirinya The King. Persaingan sengit terus terjadi saat kedua geng tersebut bertemu, namun pertemuan dan pertengk...