Stay Here

294 53 14
                                        

Sifra Maree

Pukul 9:23 p.m., sesuai dengan ucapannya tadi, Jungkook datang ke apartemenku dengan sudah berganti pakaian menjadi turtleneck hitam dan ripped jeans.

Wajahnya begitu tampan ketika dilihat langsung dibandingkan saat di televisi tadi.

Jungkook tersenyum padaku. “Hi, beautiful.” Sapanya padaku.

Aku membalas senyumannya. “Hi, yourself.” Kemudian, aku mempersilahkannya masuk ke dalam apartemenku. “Maaf ya, apartemenku terlalu kecil dan sedikit berantakan.”

“Tidak masalah. Aku kemari juga hanya akan menjemputmu. Setelah itu, kita kembali ke Shangri-La,”

“Oh, oke. Sebentar, aku akan mengambil tasku terlebih dahulu.”

Setelah semuanya siap, Jungkook mengajakku untuk menaiki mobilnya. Di dalam mobil sudah ada supir dan seorang pria lainnya yang kupastikan adalah bodyguard pribadi Jungkook.

“Antar aku ke Shangri-La.”

“Baik, Yang Mulia,” sang supir menuruti ucapan Jungkook, kemudian dia mengemudikan mobil ke tempat tujuan kami.

Di jalan, bodyguard nya itu mengatakan pada Jungkook, “Karena ini perintah dari Yang Mulia Ratu Eleanor, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di hotel. Akan kusiapkan keamanan yang ketat untukmu nanti.”

Ekspresi wajah Jungkook berubah seketika.

Dia mendecak. “Huh? Apa-apaan? Álvaro, aku baik-baik saja kemarin malam. Tidak ada satu pun orang yang melihatku—”

“Kau sedang beruntung kemarin. Tapi bisa jadi hari ini tidak. Aku tidak ingin mengambil risiko, Yang Mulia. Intinya, jika kau tetap ingin berada di Shangri-La, maka kau harus dijaga dengan pengamanan yang ketat. Kusiapkan dua bodyguard untuk berjaga di depan kamarmu, dan dua lainnya di depan lift, serta dua lainnya berada di depan pintu Shangri-La Hotel nya. Aku juga ikut berjaga di depan kamarmu nanti.”

“Well, Álvaro, aku tidak butuh dijaga, oke?” katanya. “Lagipula, kau juga akan terganggu dengan suara desahan, because there’ll be loadsa fucking!”

“Aku tidak peduli dengan suara desahan, teriakan atau pun tangisan. Intinya kau harus tetap dijaga. End of discussion.”

“Woah, Álvaro. Kau sudah berani padaku ternyata. Kau mau kubuat hidupmu menderita?”

“Silahkan saja. Tapi, Yang Mulia, kulakukan semua ini untuk menyelamatkan dirimu, untuk melindungimu.”

Aku menaruh tanganku pada tangan Jungkook agar dia menoleh padaku. Ketika dia sudah menatapku, kukatakan padanya, “tidak apa-apa. Dia benar. Kau harus dijaga.”

“Tapi aku ingin privasi. Setidaknya ketika aku sudah bebas dari tugas, aku ingin menjalani hidup yang normal.”

Aku mengangguk. “Iya, aku tahu. Tapi jika aku jadi dia, aku juga akan melakukan hal yang sama, yaitu melindungimu.”

Jungkook menghela nafas. “Oke, baiklah,” katanya. “Álvaro, kau boleh berjaga di depan pintu kamar hotelku. Tapi tidak boleh komplain jika nantinya kau terganggu dengan suara desahan.”

“No problem, your highness.”

Sesampainya di Shangri-La, kami masuk ke dalam dengan segera dan menuju ke kamar hotel milik Jungkook.

Kemudian, dia menutup pintunya dengan rapat. Setelah itu, dia membawaku ke ranjang dan kami duduk bersebelahan.

Tangan Jungkook diposisikan berada di pipiku. Dia membelainya dengan jemari-jemari indah miliknya itu, lalu dia berbisik, “astaga, kau cantik sekali.”

SEPTEMBER IN PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang