Tipsy Talk

283 48 7
                                    

Jeon Jungkook

Aku bingung ketika aku kembali ke hotel dan tidak menemukan Sifra di sana. Namun, ada sebuah surat yang ada di sticky notes. Dia mengatakan bahwa dia akan pergi dari hotel.

Tentunya aku tahu di mana dia sekarang. Pasti dia sedang di bar dan akan mencari klien untuk ditidurinya malam ini.

Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Aku pun menghubunginya, lalu aku menjemputnya. Dan sekarang, dia sudah bersamaku di dalam mobil.

Sifra menatapku, lalu dia mengangguk. “Baiklah.”

“Really? You’ll stay for as long as I want you to?”

“Ya. Tapi aku mempunyai peraturan dan aku mau kau melakukannya. Peraturan pertama; aku tidak suka untuk diperintahkan. A woman likes to be asked, not to be told. And besides, I’m not your lapdog.”

Aku menghela nafas. “Okay, got it.”

“Peraturan yang kedua; bayar aku sesuai dengan harga prostitutor pada umumnya, £100 per jam nya, dan £1000 per malam.”

“Oke. Hanya itu saja?”

“Ya.”

“Kalau begitu, giliranku.”

Dia menaikkan alisnya. “Huh? Kau juga punya peraturan?”

“Tentu. You have yours and I have mine.” Ujarku. “Peraturanku mudah, beautiful. Selagi kau bersamaku, aku tidak ingin membagi dirimu dengan siapa pun. Jadi, jangan datang lagi ke bar untuk mencari klien lainnya.”

“Oh, jadi maksudmu kau ingin aku untuk dirimu sendiri.”

“Benar. Aku tidak suka berbagi,”

“Lalu, bagaimana jika kau sudah bosan padaku?”

Aku mengendikan bahu. “Entah. But I can assure you, that won’t happen anytime soon.”

“Baiklah.”

Setelah Sifra menyetujuinya, kami kembali ke Shangri-La lagi, dan tanpa mengatakan apa pun pada Álvaro, aku segera membawa Sifra menuju ke kamarku.

Aku membawa Sifra untuk duduk di sofa. Lalu, aku bertanya padanya, “ingin minum?”

“Boleh. Kau ada minuman apa?”

“Apa saja yang kau inginkan.”

“Vodka?”

“Got it,” ujarku dan aku segera mengambilkan vodka untuknya dan scotch untukku.

Kuberikan vodka padanya dan aku duduk di sebelahnya. Kami berdua menikmati minuman kami.

Sifra pun bertanya, “itu apa?”

“Scotch.”

“Scotch? Aku belum pernah coba.”

“Coba, kalau begitu.”

Kuberikan gelasku padanya. Sifra menerimanya, lalu menyesap sedikit scotch nya. Dan kemudian, dia menggelengkan kepalanya. “Oh astaga—it’s so strong. Tenggorokanku sakit.”

Aku terkekeh. “Iya. Kadar alkoholnya memang tinggi, jadi untuk yang pertama kali minum ini, tentu akan sakit dan terasa panas di tenggorokan.”

Sifra mengembalikan gelasku, lalu dia menyesap vodka nya untuk menghilangkan rasa panas di tenggorokannya.

“Mau kuambilkan air putih?”

“Boleh.”

Aku pergi ke dapur dan mengambilkan air putih untuknya.

SEPTEMBER IN PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang