Beautiful Night, Beautiful Kiss

270 51 25
                                    

Sifra Maree

Ketika semua sudah siap dan motornya sudah disediakan oleh Álvaro, dia pun bertanya pada Jungkook. “Motor ini untuk apa, Yang Mulia?”

“Um . . . aku ingin mengajak Jungkook berkeliling Paris. Hanya kami berdua.”

Álvaro terkejut. “WAIT. WHAT?” dia menatap Jungkook, lalu dia menggelengkan kepalanya. “Yang Mulia, aku tidak mengizinkan. Kalian berdua tidak boleh pergi menaiki motor.”

“Hanya sebentar saja, Álvaro.” Ujar Jungkook padanya.

“Sebentar—entah itu lima detik atau lima menit—aku tetap tidak mengizinkan.”

“Well, setidaknya kami butuh lima jam.”

“Yang Mulia.” Álvaro menggelengkan kepalanya, “aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendiri.”

“Aku dengan Sifra. Tidak sendirian.”

“Maksudku, aku tidak bisa mengizinkanmu pergi tanpa ada yang menjagamu. Aku dan penjaga lainnya akan ikut untuk melindungimu.”

Jungkook memutar bola matanya. “Álvaro, aku baik-baik saja. Kemarin saat aku kembali ke Shangri-La dengan menaiki taksi, tidak ada yang mengetahui identitasku. Aku juga baik-baik saja. Percaya padaku, oke? Kali ini aku juga akan baik-baik saja.”

“Tapi—”

“Ke mana pun aku pergi, nanti kuberikan pesan padamu untuk mengabarimu, oke? Jika semisal ada yang terjadi, kau bisa segera datang.”

“I promise it will be all right. I swear on my life. Trust me, Álvaro,” katanya.

Álvaro pun menghela nafas, menandakan bahwa dia menyerah. Dia tidak bisa beradu argumen lagi dengan Jungkook.

Tapi tatapan mata Álvaro mengarah padaku, lalu dia menggelengkan kepalanya. “Jika ada sesuatu terjadi pada Yang Mulia Pangeran Jungkook, I swear to God, you’ll pay for all this, Sifra!”

Setelah mengatakan itu, Álvaro dan para penjaga lainnya pun pergi.

Seketika, aku merasa bersalah telah meminta Jungkook untuk bepergian denganku tanpa adanya penjaga untuk melindunginya.

Namun, Jungkook menghadap padaku dan menangkup wajahku. “Jadi pergi atau tidak?”

“Álvaro—”

“Dia akan baik-baik saja. Biarkan dia.”

“Oke.”

Jungkook menutup wajahnya dengan masker dan kacamata hitam, kemudian dia memakai helm untuk melindungi kepalanya.

Aku naik ke motor setelah memakai helm. Kemudian, aku memeluk Jungkook dengan erat.

Jungkook bertanya. “Where to, beautiful?”

“Louvre Museum.”

Dan Jungkook pun mulai mengendarai motornya, membawa kami ke tempat tujuan, yaitu ke Musée du Louvre.

Karena memang jaraknya sangat dekat, kami tiba di sana sepuluh menit kemudian.

Jungkook memarkirkan motornya sesuai ketentuan, lalu kami masuk ke dalam.

Jungkook menggenggam tanganku dengan erat dan kami menyusuri segala jenis mahakarya yang ada di sini. Mulai dari the Wedding Feast at Cana by Veronese, kemudian 1st-century-BC Venus de Milo sculpture, hingga ke lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci.

Aku mendeham, lalu aku mulai berakting layaknya aku ini pemandu wisata. “Di sebelah sini adalah lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci.” Ujarku. “Diberikan nama Mona Lisa, karena itu berasal dari biografi singkat yang ditulis oleh Giorgio Vasari mengenai Leonardo Da Vinci yang kemudian terbit tepat tiga puluh satu tahun setelah kematiannya.”

SEPTEMBER IN PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang