Chapter 2

470 51 11
                                    

Berpisah tak berarti menyerah. Tangan Tuhan ada di mana-mana. Lewat, New dan Gong, Mean selalu mendapat kabar dari Plan tentang dirinya. Mereka berkirim email secara diam-diam sehingga tahu tentang kabar masing-masing. Mereka juga bertukar nomor Hp sehingga masih bisa saling menghubungi.

Suatu ketika, Mean liburan sekolah. Itu saat ia di selesai kelas tiga SMP dan baru selesai wisuda. Mean pergi dengan Gong dan New berkunjung ke perkebunan Plan. Mereka berbohong kepada Ploy bahwa mereka ikut perjalanan Merit ke Khon Kaen. Benar, mereka terbang dulu ke Khon Kaen dan setelah sampai di sana, mereka ambil beberapa foto lalu terbang ke Thailand Selatan dan menemui Nune dan Ken.

Mean dan Plan bertemu lagi. Mereka berpelukan saking bahagianya. Plan menunjukkan tempat-tempat yang ia selalu kunjungi kepada Mean dan mereka sungguh menikmati kebersamaan mereka.

"Kau cantik sekali," sahut Mean sambil menatap Plan dengan lembut.

"Terima kasih," ujar Plan sambil tersenyum malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih," ujar Plan sambil tersenyum malu.

"Bagaimana denganku?" tanya Mean.

"Khun Mean juga sangat tampan," sahut Plan sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Khun Mean juga sangat tampan," sahut Plan sambil tersenyum. Mean tersenyum. Ia bahagia. Mereka diam sejenak. Perlahn tangan Mean bergerak mendekati tangan Plan yang berada di sebelahnya dan memegangnya.

Mereka duduk di tepi bukit bersebelahan dan menikmati pemandangan alam. Plan tersentak kaget saat tangan Mean memegang tangannya. Tapi, ia tak menolaknya. Mereka berpegangan tangan dan saling menatap sambil menyunggingkan senyuman.

"Plan," lirih Mean.

"Boleh aku menciummu?" tanya Mean pelan. Plan kaget. Ia tersenyum sambil menunduk. Ta lama kemudian, ia menganggukkan kepalanya.

Mean tersenyum bahagia. Mereka bertatapan dan kemudian saling mendekatkan wajah dan kemudian saling menggamit pelan. Bibir bertemu bibir lalu berpagutan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka yang masih murni dan serba indah. Ciuman mereka sangat polos dan mereka sama-sama belajar. Namun gamitan keduannya sangat kuat sekuat cinta mereka.

Mereka saling melepaskan sejenak dan berpandangan dan kemudian tersenyum. Mean mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening dan pipi Plan dan berkata hal yang indah kepadanya.

"Aku mencintaimu, Plan," sahut Mean.

"Iya, aku juga Khun," bisik Plan sambil memeluknya dan mereka berjanji bahwa di dalam hidup mereka takkan ada lagi perempuan atau lelaki lain. Hanya mereka saja. Mereka akan berusaha saling setia dan memegang teguh janji mereka.

Mean kembali ke Bangkok dan melanjutkan hidupnya kembali. Mereka berkomunikasi lewat HP lagi, seperti biasanya. Email dan line adalah pilihan mereka dan mereka melakukannya secara diam-diam.

Sesuatu terjadi di keluarga Mean saat Mean duduk di kelas dua SMA. Beam, ayah Mean mendadak sakit keras. Ia tak bisa bangun. Pada saat yang sama, pengurus taman dan bagian dapur yang Ploy percaya itu kabur membawa uang Ploy dan ini memberikan kesempatan kepada Nune dan Ken untuk kembali.

Keduanya hanya pasrah dan menerima saja. Staf kediaman rumah Phiravich sangat bahagia sebab mereka bisa berbagi lagi cerita dengan orang tua Plan ini. Mean yang paling bahagia sebab dengan begitu, ia bisa kembali bersama Plan.

Sayangnya, meskipun kembali, Ken dan Nune serta Plan dilarang masuk ke rumah utama. Mereka diberi rumah di ujung taman, setengah jam jika berjalan dari rumah itu ke kediaman utama. Tugas mereka kembali seperti dulu. Nune hanya boleh di dapur, memberitahu menu dan lainnya tapi tak boleh memasuki ruang makan dan yang lainnya. Ia menurut saja. Ken juga sama. Tak boleh menemui Beam meskipun hanya sebentar saja.

Mean bertemu lagi dengan Plan dan keduanya tumbuh menjadi sosok yang menawan. Mean semakin tampan dan wajahnya semakin terlihat dewasa. Ia sangat gagah dan tubuhnya adalah representasi sebuah kesempurnaan.

Ada banyak teman di sekolahnya yang menyukainya, tapi hatinya sudah dimiliki seseorang dan hanya dia juga yang mengambil semua ruang di pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada banyak teman di sekolahnya yang menyukainya, tapi hatinya sudah dimiliki seseorang dan hanya dia juga yang mengambil semua ruang di pikirannya. Sosok perempuan yang semakin lama membuat dirinya semakin gila.

Semakin dewasa, keduanya semakin mengenal arti kedekatan itu seperti apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semakin dewasa, keduanya semakin mengenal arti kedekatan itu seperti apa. Berciuman bukan hanya satu-satunya kegiatan yang mereka inginkan. Keduanya sama-sama menginginkan lebih, tapi keduanya juga bingung bagaimana akan memulainya.

Sejak Plan kembali ke kediaman Phiravich, Plan tidak masuk ke sekolah yang sama dengan Mean, tapi itu tak menghalangi mereka untuk bertemu. Ploy memasukkan Plan ke sekolah khusus perempuan dan ini satu-satunya yang Mean suka dari ibunya sebab dengan begitu ia merasa lebih tenang. Takkan ada yang berani menggoda Plan.

Jarak sekolah mereka tak jauh sehingga Mean bisa dengan mudah memantau Plan. Mean sering menunggu Plan pulang, mengantarnya secara diam-diam dan mereka sering pergi bersama diam-diam.

Usaha Ploy memang gigih untuk memisahkan keduanya, tapi usaha Mean lebih keras lagi untuk selalu bersama dengan kekasihnya itu.

Bersambung





NEXT TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang