"Maafkan aku! Apakah Khun tidak menyukaiku? Setiap kali bertemu denganku, Khun selalu menghindariku. Apakah ini hanya perasaanku saja?" Mean berkata dengan nada yang sedih sambil melepaskan lengan Plan.
Nada Mean saat bicara seperti itu membuat hati Plan menjadi sakit. Entah kenapa. Plan sendiri juga tak tahu alasan dirinya menghindari Mean. Hanya saja setiap kali berada di dekat Mean, ia merasakan sesuatu yang berbeda seolah mereka kenal lama dan punya kenangan yang cukup dalam.
"Kenapa aku harus tak menyukai Khun? Aku tak kenal Khun. Maafkan aku kalau sikapku atau bicaraku menyiratkan hal itu, aku tak bermaksud begitu," sahut Plan dengan nada yang lembut. Ia menundukkan kepalanya dan tersenyum.
Deg.
Mean tersentak kaget.
Cara Plan menunduk dan tersenyum dan bicara dengan lembut saat ia meminta maaf adalah Plan yang ia kenal. Mean tak bisa menahan diri lagi. Ia menarik Plan dan mencinlum bibirnya. Plan terkejut. Namun, anehnya, ia membalas ciuman Mean itu dan bahkan memejamkan matanya. Keduanya tenggelam dalam perpaduan bibir mereka dan merasakan sesuatu yang amat luar biasa pada dada mereka.
"Mmmph," desah Plan pelan dan Mean membuka matanya. Ia jelas mengenali suara desahan itu.
"Baby, Plaan," lirih Mean sambil menatap Plan.
"Plan?" Plan kaget. Ia menatap Mean dengan heran. Mean tak menyiakan waktu. Ia mencium Plan lagi san mereka berciuman cukup lama. Semakin lama semakin bergairah dan keduanya seolah kenal dan saling merindukan pagutan itu. Mereka saling menjamah dan pada akhirnya keduanya merebah di pinggir kolam renang dan sama-sama tak mengenakan sehelai kain pun.
Sekali lagi, Mean dihadapkan apda tubuh yang sama. Ia kenal tubuh itu dengan sangat baik. Tubuh yang selalu membuatnya menggila dan menghangatkan dirinya pada malam-malam di masa lalunya. Tubuh itu adalah tubuh yang sama yang ia nikmati dulu saat mereka meluapkan rasa cinta dan rindu mereka.
"Aaah, aaaah, Khun, aaah, nnnngh," desah Plan panjang. Mean terhenyak. Dan sekarang ia dapat memastikan bahwa perempuan di bawahnya itu adalah Plan. Naganya saja bilang yang sama. Dengan mudah naganya itu mengenali bau rumahnya sendiri. G spot, ringisan, rintihan, gelinjang dan ketegangan yang sama. Tiada lain tiada bukan hanyalah punya Plan Rathavit seorang.
Mean juga melenguh panjang dan kali ini Plan yang mulai berpikir panjang. Ia hapal suara itu dan ia mengenal naga yang memasuki lubangnya itu . Bau tubuhnya, desah napasnya, rintihannya dan semuanya, ia sangat tahu dan tak lama kemudian tubuhnya menegang dan ia meneriakkan satu nama yang membuat keduanya kembali pada kesadaran.
"Meaaaan, aaah, pelan-pelan," rintih Plan dan Mean membelalakkan matanya, menatap Plan berkaca-kaca.
"Baby, aku tahu ini kau," isak Mean dan ia memeluk Plan erat.
"Meaaaan, Meaaan," desah Plan sambil mengeratkan pelukannya.
Mereka menangis bersama dan tak lama kemudian meluapkan kerinduan mereka dengan bercinta. Kenangan mereka kembali terisi dan hati mereka begitu penuh dengab kebahagiaan.
"Rak, Plan! Maafkan aku!" lirih Mean tak berhenti menciumi wajah Plan dan ia masih menggoyang Plan di bawahnya.
"Baby, nnnngh," desah Mean lagi.
Tak lama keduanya mencapai pelepasan bersama-sama dan mereka berciuman lama.
"Ibumu merencanakan semuanya. Ia benci ayah dan ibuku dan tak mau kita bersama. Aku tahu kau tak akan percaya kepadaku, tapi ia datang kepadaku dan menceritakan semuanya," ujar Plan. Mean menatapnya. Mereka tengah berpelukan sambil bersender pads dinding ruangan.
Plan lalu menceritakan semua yang dikatakan Ploy kepadanya sebelum ia dibius dan ditenggelamkan. Mean sungguh tak percaya ibunya setega itu. Plan lalu menceritakan yang terjadi kepadanya, tentang pertemuannya dengan Weir dan juga pertunangannya dengan Antoine yang kandas.
"Kau sudah menikah. Aku turut bahagia untukmu," sahut Plan, tapi nada dan tatapannya sangat sedih.
"Aku mencintaimu. Aku akan menceraikan Neena," sahut Mean.
"Kau tak boleh melakukan itu. sebaiknya kau lanjutkan hidupmu. Aku akan melanjutkan hidupku sebagai Hope Kanarot. Kurasa ini jalan yang terbaik untuk kita," ujar Plan sambil mengusap air matanya.
"Tidak mungkin, Plan. Kau sumber kebahagiaan diriku. Aku tak berarti tanpa kau di sisiku. Tempatmu di sisiku, Plan. Hanya di sisiku," lirih Mean sambil memeluk Plan dan menangis.
"Hope!" Suara Weir membuat keduanya kaget. Plan menoleh dab wajahnya penuh dengan rasa cemas. Weir mendekati mereka yang berdiri dan menatap wajah Weir masih dengan kaget.
"Sudah malam! Kembali ke kamarmu! Sekarang!" nada Weir meninggi.
"Iya," sahut Plan dan ia pergi meninggalkan Mean.
"Plan!" Mean berteriak. Plan tak menghiraukannya, tapi air matanya berlinang. Ia pergi ke kamarnya dan menangis.
Weir dan Mean berbicara cukup lama. Ia menjelaskan semuanya kepada Weir. Weir hanya diam mendengarkan.
"Kau tak boleh mendekati anakku sampai statusmu jelas," sahut Weir dan ia kemudian pergi meninggalkan Mean.
Mean tidak pergi ke kamarnya. Malam itu, ia merenung di geladak sendirian. Ia telah mengambil sebuah keputusan bahwa ia akan menceraikan Neena. Namun, tak segampang itu. Ia juga harus berhadapan dengan ibunya.
Keesokan harinya, Plan dan Weir sudah tak ada di kapal. Rupanya mereka pulang duluan diantar kapal yang lebih kecil dan mereka langsung terbang ke Bangkok.
Plan dan Weir sudah berbicara. Sekarang Plan ingat semuanya. Namun, Plan akan tetap menjadi Hope Kanarot. Ia ingin berterima kasih kepada Weir karena sudah membantu dirinya. Hubungan mereka kembali baik dan seperti biasanya kembali.
Sementara itu, selama bulan madu itu, Mean dan Neena berjalan dengan kehidupannya masing-masing. Mean sudah menjelaskan semuanya kepada Neena dan Neena tak peduli. Ia hanya ingin bebas dari kekangan orang tuanya yang terlampau jauh mengatur hidupnya.
Mean dan Neena bersepakat untuk bercerai dan pindah rumah setelah urusan Mean dan ibunya selesai.
Bersambung