Mean memutuskan mengundang mereka ke kediamannya. Kebetulan, malam itu, ada pesta dia dengan Neena. Ini langkahnya untuk mengetahui Hope Kanarot. Sungguh pikirannya tak bisa berhenti dari perempuan yang semuanya begitu mirip dengan Plan itu.
Sebenarnya, saat Antoine mengiyakan undangan Mean, Plan sungguh keberatan. Entah kenapa, ia tak mau dekat dengan lelaki itu. Terlebih ia merasa tak nyaman sebab Mean selalu mengamati dirinya diam-diam.
Selain itu, Plan juga berpikir aneh tentang Mean. Ia merasa ia pernah melihat lelaki itu sebelumnya. Tapi, ia tak pasti di mana atau pada momen apa sebab ia lebih sering menghabiskna waktunya di pulau Kanarot daripada di kota Bangkok.
"Khun menyukai tanaman?" Mean menghampiri Plan yang tengah asyik menciumi bunga di rumah kebun. Ia sengaja membuka pesta di luar rumah kebun dan membuat rumah kebun menjadi sebuah tempat yang cantik dan layak dinikmati para tamu.
Tidak ada Ploy malam itu. Ia tengah melakukan perjalanan bisnis ke Jepang dengan Gong dan New. Hanya ada Mean, Neena, dan beberapa pelayan.
"Iya," ujar Plan sambil tersenyum dengan ramahnya. Ia berdiri dan menatap Mean yang menghampirinya.
"Uhm. Mau duduk di sana dan menikmati bunganya? Aku bisa bercerita sedikit tentang semua jenis bunga yang ada di sini," ujar Mean sambil menunjuk sofa, tempat mereka bercinta untuk pertama kalinya.
"Okay," ujar Plan. Itu setelah ia tahu Antoine tengah asyik mengobrol dengan tamu lainnya dan bisa ia pastikan bahwa ia mengobrol tentang pekerjaan yang pastinya akan membuatnya bosan.
Mereka berjalan menuju sofa. Mereka duduk bersebelahan sama seperti dulu. Mean melirik ke arah Plan dan kemudian menatapnya lama. Plan yang tahu itu menjadi tidak tenang. Terlebih jantungnya berdebar kencang saat ia duduk di kursi itu dan entah kenapa pikirannya mulai berkecamuk tak menentu dengan bayangan-bayangan yang tak pantas berada di pikirannya. Saat ia duduk, pikirannya sekilas menunjukkan Mean dan dirinya yang tengah bercinta dan itu sungguh tak pantas.
Dengan cepat Plan berdiri dan mencoba menenangkan dirinya. Ini mengundang reaksi yang aneh oada Mean juga.
"Khun tidak apa-apa?" tanya Mean.
"Hanya merasa tak nyaman karena kita berduaan di sini. Aku khawatir tunangan Khun akan marah," ujar Plan beralasan.
"Ah, itu! Neena tak akan marah. Ia juga asyik terlibat dalam pembicaraan dengan Khun Antoine. Ia sangat menyukai anggur. Bagaimana dengan Khun? Suka anggur?" tanya Mean sambil menunjuk ke arah Neena yang tengah menikmati anggur dipandu oleh Antoine. Plan memang melihatnya juga.
"Aku lebih suka Martini," sahut Plan lagi. Mean tersentak kaget. Bagaimana bisa? Kesukaan minumannya juga sama.
"Martini," sekali lagi Mean memastikan.
"Iya, Martini apel," ujar Plan lagi.
"Permisi sebentar. Aku harus menemui Antoine. Sudah terlalu malam. Kami harus pulang," ujar Plan sungguh ia semakin tak nyaman dekat dengan Mean dan ia langsung melengos pergi tanpa memedulikan jawaban Mean.
Mean menatap Plan yang berjalan menjauhi dirinya. Jalannya dari belakang saja sangat mirip dengan Plan. Bagaimana mungkin?
Rasa penasarannya ini membuat Mean menyewa tidak tanggung-tanggung tiga detektif untuk menyelidiki tiga hal. Detektif yang pertama diminta Mean untuk mencari tahu tentang Hope Kanarot. Detektif yang kedua diminta Mean untuk mencari tahu lebih dalam tentang kasus kematian ayahnya dan kaitannya dengan Ken dan Nune. Dan detektif yang ketiga diminta Mean untuk menyelidiki kasus kematian Plan yang juga dianggap janggal olehnya.
Semuanya langsung bergerak cepat tapi tak secepat pernikahannya dengan Neena sebab bahkan ketika mereka sudah menikah, titik terang tentang kasus kematian ayahnya dan Plan masih dalam penyelidikan. Hanya satu hal yang kembali kepada Mean dengan cepat, yaitu tentang Hope Kanarot.
Dari hasil penyelidikan, Mean mengetahui bahwa Hope Kanarot memang mirip dengan Plan. Namun, ada anehnya berita terakhir menyebutkan bahwa Hope tenggelam di laut dan tidak ditemukan. Kalau memang tidak ditemukan, sangat besar kemungkinannya bahwa Hope Kanarot yang ia temui tiga bulan lalu adalah Plan. Plan dan Hope meninggal di laut yang sama.
Sayangnya, sang detektif hanya bisa menemukan infromasi itu sampai di situ. Sisanya ia angkat tangan sebab beritanya seolah ditutup atau diblok oleh seseorang agar tak ada yang mengetahuinya, seolah ia ketakutan akan ketahuan tentang sesuatu hal.
Mean dan Plan bertemu lagi. Memang sungguh sebuah kebetulan yang indah. Merek bertemu di kapal pesiar di Hong Kong saat Mean dan Neena berbulan madu. Sementara itu, Plam dengan ayahnya, Weir, yang tengah berlibur setelah pertunangan Plan dan Antoine batal sebab Antoine ketahuan selingkuh dengan seorang perempuan asal Prancis, mantan pacarnya dulu.
Waktu itu malam hari. Mean tengah berjalan menuju geladak kapal di dekat kolam renang saat ia melihat Pkan berjalan menuju kolam renang di bawahnya. Ia tidak berenang di luar melainkan kolam renang pribadi yang ada di dalamnya.
Mean tersenyum. Ia kembali ke kamar, mengecek Neena yang tertidur karena mabuk dan dengan cepat menyewa kolam renang yang sama dengan Plan. Kolam renang pribadu hanya bisa disewa oleh dua orang. Ini berarti di kolam renang itu hanya ada Mean dan Plan.
"Khun Hope?" pekik Mean dengan wajah yang pura-pura terkejut saat ia memasuki kolam renang. Plan menoleh dan ia juga terkejut. Plan tengah duduk di pinggir kolam dan kakinya sudah masuk ke dalam kolam bermain-main dengan air.
"Bagaimana Khun ada di sini?" Plan berbicara dengan wajah yang kaget.
"Aku berbulan madu dengan Neena," sahut Mean menjawabnya.
"Apakah Khun Hope juga sama?" tanya Mean lagi. Plan diam dan membiarkan Mean duduk di sebelahnya.
Mata Plan membelalak saat berfokus pada leher Mean yang dihiasi dengan kalung liontin bunga Krisan. Ia menatap kalung itu lama dan tanpa sadar tangannya menjulur ke leher Mean dan memegang liontinnya. Mean kaget. Plan juga sana kagetnya sebab saat ia menyentuh kalung itu, bayangan ia bercinta dengan Mean melesat dengan cepat melintasi pikirannya.
"Maafkan aku!" ujar Plan dan ia melepaskan tangannya dari liontin itu. Plan mengalihkan pandangannya pada kolam renang dan mencoba menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar kencang.
"Tidak apa-apa," ujar Mean yang juga masih kaget.
"Baiklah. Kalau begitu, aku duluan," ujar Plan dan ia berdiri dengan cepat mengambil piyamanya dan berjalan menjauhi Mean.
Mean kaget. Ia berdiri dan berlari mengejar Plan dan menarik lengannya. Keduanya tersentak kaget. Ada sensasi yang istimewa saat tangan mereka bersentuhan. Bayangan keintiman mereka tiba-tiba melintas pads kedua pikiran mereka dan mereka bertatapan sambil menganga.
Bersambung