sepuluh ; anak baru nekad

1.3K 177 15
                                    

CHAPTER 10 : anak baru nekad





Dania mengangkat tumpukan buku ekonomi IPA 3 dengan wajah kecut, cewek disebelahnya justru sibuk menyedut es lilin melon di tangan kiri.

"Len, bantuin"

Alena mengangkat alis, kemudian menggeleng polos.

"Pak Johan nyuruh elo, gue kan cuma nemenin"

Dania mendecak kesal, tapi tetap mengangkat buku. Cewek itu akhirnya berjalan pelan keluar kantor dengan Alena mengekori.

"Berat Dan?"tanya Alena memanasi. Sementara Dania hanya bisa memutar mata sambil memerhatikan langkahnya. Mereka berjalan saling mengekor ditengah lorong yang lumayan sepi.

Lorong lantai tiga memang gak seramai itu, anak IPA di SMA memang bukan tipikal anak yang ribut dan koar koar. Kebanyakan kalem. Tapi ya, ada beberapa juga yang sengklek sengkleknya dikit.

Kalo dibandingin sama lantai 4, lorong ini kalah jauh. Karena isi lantai 3 cuma indoor sama Ruang musik, murid murid jarang banget nongkrong di lantai 3.

Beda lagi kalo lantai 4, ada kantin, audio visual, gak perlu tangga kalo mau ke aula, bahkan ada perpustakaan. Rumornya koperasi lantai 2 juga bakal di pindahin ke lantai 4. Jadi lantai 3 ini emang paling kosong.

"Pensi anak cheers tampil, Na?"tanya Dania tiba tiba, belum sampai daerah kelas mereka. Beberapa murid lalu lalang, itupun bolak balik kantor guru—kelas—toilet.

"hm?" Alena berdehem pelan, berpikir sebentar, "kayaknya nggak"

"Lah bukannya udah pada latihan?"

Alena terkekeh, "anak ips kelas 10 yang tampil, anak ipa terlalu sibuk katanya"

Dania mendelik, "dih, sibuk apanya. Sibuk mikir yang ada. Akhir akhir ini penilaian kelas IPA suka dipindahin dari teori, jadi gabut"

Alena mengangkat bahu, "Gue juga kaga paham, anak ips malah banyak projek akhir, kita malah gabut gaada buat"

"Harusnya syukuran sih kita, tapi—"





"Misi, numpang nanya boleh?"

Cowok tinggi dengan seragam rapi yang tampak asing karena berbeda motif, badan tinggi dengan tas hitam disebelah pundak. Definisi cowok ganteng.

Dania membulatkan mata, kemudian tampak menyelipkan anak rambutny dibelakang telinga merapikan diri. Cewek itu tiba tiba menyodorkan tumpukan buku ke tangan Alena, membuat plastik esnya jatuh kaget.

Baru saja Alena mau mengumpat, Dania mengerjap caper sok cantik membuat Alena terlalu mual untuk sekedar mengumpat.

"Iya, kenapa ya?"

Cowok itu tampak tersenyum kikuk, "Kelas 11 IPA 3 letaknya dimana ya? gue udah muter muter kaga nemu"

Dania melotot kemudian menunjuk kantor guru, "ini kelasnya"

Cowok itu jadi mengeryit bingung, membaca tulisan kantor guru didekat pintu besar. Alena ikut malu menahan diri untuk tidak melempar bekas es nya ke muka Dania.

"Em, ini bukannya kantor guru?"

Dania melotot makin kaget, berbalik sekilas lalu terperanjat sendiri. Alena gemas sekali.

"eh—eh itu itu bukan inii, ini kantor guru sori sori maap"

Cowok itu lagi lagi senyum kaku, bikin Alena makin malu, serasa gak ada harga diri disitu.

"Lo anak baru? lo sekelas sama kita, mau sekalian?"ajak Alena akhirnya, Dania bakal makin menjadi kalo cowok ini lama lama disini.

"Boleh boleh—"

Tumpukan buku ekonomi kini berpindah tangan lagi, Alena bergegas membuang plastik es melonnya kemudian berjalan lebih dulu. Cowok yang kini memegang tumpukan buku kini ikut mengekori dengan muka bingung.

***

"Mick, kalo lo butuh apa apa, atau perlu ditemenin keliling sekolah sekaligus tanya tanya, ke Dania ya, dia wakil disini" Alena menyodorkan secarik kertas, berisi hal hal yang harus cowok itu ambil di koperasi.

Mickey mengangguk, "Pak Johan nyuruh gue konfirmasi sama ketua kelas, ketua kelasnya yang mana Na?"

Alena menggigit bibir, sontak melirik pelan pada bangku Agatha. Cewek itu tengah mengisi lks materi bulan depan dengan muka datar.

"itu..mending sama Dania"

Mickey mengeryit, "kenapa?"

Alena menoleh kecil, tampak ragu untuk mengungkapkan fakta pada Mickey. Cewek itu berulang kali melakukannya, napas cewek itu kian memburu.

Cewek itu melirik pada Mickey yang masih memasang tampang bingung, kemudian melengos.

"Ketuanya Agatha" cewek itu menunduk takut dengan respon Mickey, "ketua agak kurang sosialisasi, kalo lo mau main aman sama Dania"

Mickey mengangguk, "Oh Agatha ketua? makasih Na"

Alena awalnya kaget melihat reaksi cowok itu yang cenderung over santai padahal saat masuk gerbang cowok itu pasti udah tau kalo Agatha itu bukan orang baik di sekolah ini.

Tapi cewek itu lebih kaget lagi pas cowok itu justru menghampiri kursi Agatha.

Nekad sekali.








—a/n

oke gue bakal usahain cepet update dan part partnya bakal gak sepanjang itu. gue bakal otw spill cast juga, jadi stay tune💗

kalian jangan lupa personal quarantine ya semuaa, social distancing jugaa, semoga pandemi ini cepet denger kata end yaa🥺❤️

stay safe all aghu lope lope

ANTAGONIST [REMAKE] SOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang