YM | Yang kedua

2K 118 4
                                    

Happy reading!!!

Jam istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Alex mencoba menjelaskan pada alena, atas kejadian tadi pagi.

"jadi lo kemarin telat gara gara itu?." alex mengangguk. Ia juga dalam dilema, sulit untuk menentukan. Disatu sisi ia memiliki peran sebagai suami, disatu sisi ia juga harus merawat gadis itu.

Alena juga bimbang. Ia takut terluka. Ia takut alex akan berpaling. Ia takut segalanya.

Alena tersenyum mendakapi cerita alex tadi. Memeluk alex dengan takut akan kehilangan.

"gue mau ketemu sama dina."

...

Mobil bermerek mewah itu yang membawa tiga orang melaju dengan kecepatan sedang. Membawa dua gadis cantik, dan satu pria tampan. Tujuan mereka adalah kerumah sakit citra kasih.

Alena duduk di jok belakang, membiarkan gadis yang tengah tersenyum bahagia duduk disebelah suaminya.

Gue harap setelah ada alex, hidup lo akan jauh lebih baik.

Lamunan alena buyar, tak kala gadis didepannya menatap dirinya dengan canggung. Alena menatap dina dengan alis terangkat.

"kenapa?." dina bingung harus berbicara apa, bingung merangkai kata.

"emm kak, dina dibelakang aja deh. Kak alena sinih duduk didepan sama kak alex." alena menggeleng tidak setuju.

"slow, gapapa din." dina makin tak enak hati.

"ih serius kak, kakak kan jauh lebih awal deket sama kak alex. Ga enak aja aku orang baru udah duduk didepan. Lagian kalian ada hubungan kan?." alex menatap alwna dari kaca sepion, melihat raut alena yang seperti sedikit cemburu.

Alena menghela napas, lalu tersenyum lagi.

"yailah sama si kutil udah best friend banget din, cuma sebatas sahabat ga lebih dah ya kan lex?." alex yang menatap mata teduh dina, mengangguk.

"Kirai kalian ada hubungan spesial."

Ada, bahkan lebih dari kata spesial.

Diperjalan hanya dipenuhi celetukan dina, yang terus bertanya pada alex. Tentang kesukaan alex apa dan sebagainya. Alex hanya menanggapi dengan iya dan tidak.

"kak alex tau ga- aws." alex dan alena menoleh, terkejut darah segar menetes deras dari hidung dina. Wajahnya lebih pucat dari biasanya.

"eh kamu mimisan din." alena mengambil tisu yang banyak, membiarkan dina mengelap hidungnya sendiri. "ga usah kaget kak udah biasa kok heheh."

Hidup lo pasti ga jauh dari kata obat.

Alena terhunyu, semakin banyak opini untuk kedekatan alex dan dina. Ia hanya pasrah menatap kedepannya, hubungan alex dan dina akan semakin dekat. Hatinya? Mungkin akan sulit diterima

"sinih gue elapin aja." alex menepikan mobilnya, menarik dua helai tisu. Alena menatap alex yang bertalenta mengusap darah itu agar cepat berhenti.

Alena beralih ke arah dina yang menatap alex dengan kagum. Ia akui alex memang memiliki pesona tersendiri yang membuat siapa pun didekatnya merasa nyaman.

Alena berdehem, membuat tatapan dina pada alex buyar. "alex buruan jalan, kasian dina."

Alex mengehela napasnya berat, ia tak mau menyakiti hari wanita yang selalu menemani nya. Ia ragu untuk terus seperti ini didepan dina.

Alex memarkirnya mobilnya di parkiran rumah sakit. Ia segera turun untuk membantu dina, yang terlihat lemas.

Alena hanya mengintili dibelakang. Hatinya tergores saat alex membatu dina dengan wajah khawatir.

"maaf hanya kerabat pasian yang bisa masuk." alex menatap alena yang ditahan oleh suster. Alena melambai tanda tidak apa, dan senyum manis sambil menunjuk kursi.

Alex mengangguk, masuk kedalam untuk mengecek kondisi dina.

"len?." alena yang lelah memejamkan mata, dan kembali membuka ketika suara alex dan sentuhannya membangunkan nya.

"gue anter pulang ya?." tanya alex khawatir.

"dinanya mana?."

"haaah dina harus dirawat dulu, dia banyak pikiran." alena mengangguk, lalu berdiri untuk pulang. "gue balik ya, cape banget."

"gue anter." alena menolak mentah. Ia membiarkan alex menjaga dina, ia takut dina akan sedih ketika bangun tidak ada alex disanah.

Alena berjalan dengan lesu, badannya butuh air dingin untuk menyegarkan. Menoleh kekanan dan kekiri mencari taxi untuk mengantarnya pulang.

.
.
.
.

"assalamualaikum alena, gue pulang." alena yang berada didapur, mematikan sebentar untuk kedepan menyambut suaminya.

Sudah jam setengah delapan malam, dan alex baru kembali dari rumah sakit. Masih memakai seragam sekolah, alex mencium kening alena.

"maaf."

Alena hanya terkekeh, ia tau maksud kata maaf yang diucapkan alex. Alex menatap  senduh wajah itu, tak seperti biasanya.

"gue paham kok, dia lebih butuh lo." alena menarik alex menuju kamar, mendorong alex kedalam kamar mandi.

"mandi bau rumah akit." alena memperagakan gerakan bau pada alex. Alex yang gemas memeluk istri nya membiarkan alena berontak.

"ih serius anjerr, bau banget lo."

"malem gue mau makan lo." bisik alex.

Yuk ramein komen sama votenya!

Young Merried [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang