Chapter 4

3K 449 60
                                    

2018 /Masa Sekarang/

Hari ini, Aku sedang mengikuti Turnamen Archery di Osaka, Jepang. Ya, begini hidupku setelah kembali 3 tahun lalu. Lebih sempurna, jauh lebih sempurna. Aku dan saudara-sausaraku hidup terpisah dari Ayah. Sebenarnya Aku tidak pernah mengunjunginya sejak Aku kembali. Maafkan Aku ayah, tapi Aku juga tidak niat bertemu denganmu.

Aku mempersiapkan segala peralatan archery yang kubutuhkan, 20 menit sebelum mulai.

"[Name]", pelatihku memanggilku sambil berlari. Panik? sepertinya iya.

"Ada apa, Sir?"

"Ayahmu meninggal"

"Oh, Begitukah?" jawabku singkat. haruskah Aku menangis? Aku terbang kembali ke rumahku di Toronto. Aku segera menyiapkan segala barang-barangku dan menuju bandara.

~

"Allison! Such a beautiful day! Akhirnya kita bisa berkumpul kembali di Rumah sialan ini" kataku sambil merebahkan diri di sofa ruang tamu. Allison hanya menatapku terheran-heran. Aku melirik ke ruangan sebelah ruang tamu, ada Ibu disana. Dia terlihat diam saja seperti batu. Aku segera membangkitkan tubuhku dan berjalan ke arahnya.

"Mom?" Dia tidak merespon. 10 detik kemudian, akhirnya menjawabku.

"Oh, hey [Name] dear" katanya sambil memelukku. Aku tahu Ibuku bukan manusia seutuhnya, tapi Ayahku membuatnya benar-benar seperti manusia. Tekstur kulitnya masih seperti manusia. Kekurangannya hanya suhu tubuhnya sangat dingin, ya namanya juga benda mati.

"Mom?" Aku mendengar seseorang dari depan tangga. Allison turun dari lantai atas dan menemuinya.

"Vanya?" panggil Allison.

"Hey Vanya" kataku sambil tersenyum kecil.

"Ngapain kau disini? Kau tidak seharusnya disini Vanya" lanjut Diego yang baru masuk dari pintu depan langsung ngajak ribut.

"Eyy Diego!" Aku memanggilnya dan berjalan sambil merangkulnya pundaknya.

"Ga tinggi-tinggi kamu, [Name]" Aku kaget Dia berkata seperti itu. Aku langsung menatap matanya tajam, mencubit pinggangnya dan Dia meringis kesakitan.  Aku tidak tahu, kenapa tubuhku segini-gini saja sejak Aku kembali, padahal sudah 3 tahun Aku disini.

"Aku hanya bercanda" responnya sambil mencubit kedua pipiku. Aku melihat sekeliling ruangan dan menemukan foto Five dipajang didinding. Aku melihatnya dalam-dalam, Aku sangat merindukannya dan sangat bertanya-tanya dimana dan kapan Five berada.

"You must be miss him, right?" aku hanya menjawab Diego dengan senyuman.

"I need to talk with Luther"

"For what?"

"Hasil autopsi Ayah, Dia meninggal karena gagal jantung"

"Alright, see you" Dia segera meninggalkaku dan Aku hanya berkeliling dan menemukan Allison didepan pintu Kantor Ayah.

"Allison? Kamu ngapain disini?"

"Mengingat apa yang Ayah lakukan saat kita masih kecil?" jawab Allison.

flashback

"Anak-anak sudah siap untuk tidur, Sir. Mereka ingin mengucapkan salam" kata Ibuku. Kedua pintu dibuka olehnya, kita berdelapan berdiri didepan, tidak tahu apa yang harus dikatakan.

"Ngapain sih? Dia juga tidak peduli" kataku, langsung kembali ke kamar karena ini sangat membuang-buang waktu tidurku. Dan ternyata benar, Ayahku hanya sibuk dengan urusannya sendiri.

"Okay, Come on, semuanya kembali kekamar kalian. Ayah kalian sangat sibuk" kata Ibuku mengajak saudara-saudaraku yang masih saja betah berdiri disana.

"He always busy" kata Allison dengan kesal.

the end of the flashback

"Dimana Uangnya? Dimana uangnya Ayah?"

Aku dan Allison mendengar sesuatu yang tidak asing. Sepertinya ada orang dibawah meja Ayah. Tunggu, sepertinya Aku tau.

"Klaus? Ngapain disini?" tanya Allison

"Oh, Allison and [Name]!" panggil Klaus dengan bersemangat. Aku hanya tersenyum lebar dan memeluknya.

"Shit, kamu bau banget Klaus, Kau habis rehab?" tanyaku melihat tangan kanannya.

"No, no. Aku kesini untuk membuktikan kalau si Pak Tua itu sudah mati!" katanya sambil tertawa kencang. Aku pun ikut tertawa karena memang faktanya Aku juga senang.

"Kalau Dia tidak mati, Kita tidak akan bisa memasukki ruangan ini" kata Klaus sambil duduk di kursi ayah.

"Berdiri dari sana, Klaus" tiba-tiba Luther ada didalam ruangan.

"Oh wow Luther! Look how bigger you are!" kata Klaus.

Aku menyenggol siku Allison dan menatap mata klaus untuk segera keluar mempersilahkan Allison dan Luther berbicara.

"Let's go, Klaus"

"Keluarkan semua" Tiba-tiba Luther memegang pundak Klaus. Dalam hatiku, keluarin apa?

"Keluarkan semua, Klaus" Ohh, ternyata Klaus mengambil beberapa benda-benda luxury milih Ayah. Siapa juga yang gamau sih?

"Oke oke! Hanya mempercepatan mendapatkan warisan?" kata Klaus. Aku tertawa kecil mendengarnya.

"Gausah sampai emosi, Luther" sautku. Aku lansung keluar dengan Klaus dari dalam ruangan.

~

Kita berenam berkumpul di Ruang Tamu. Aku duduk disamping kanan Diego, serong kananku Allison, disebrang ada Vanya, serong kiri ada Luther, dan terakhir Klaus menjauh sendiri di tempat penyimpanan minuman beralkohol.

"Okay, sepertinya Kita harus memulai.  Kita perlu menyewa jasa pemakaman saat Sore di halaman. Dan memakamkannya di tempat favorit Ayah, di bawah pohok ek" kata Luther sambil berdiri. Aku tidak terlalu peduli sebenarnya, yang lain juga diam saja. Dengan membawa segelas wine dan seputung rokok di mulutnya, Klaus berjalan bergabung.

"Is that my skirt!?" tanya Allison menghancurkan keheningan. Aku yang baru sadar langsung mengerutkan alis dan tertawa terbahak- bahak.

"Apa- apaan, Klaus!?" kataku sambil tertawa menunjuk rok yang dipakainya.

"Stop laughing, [Name]. Apakah disana akan ada perjamuan teh? atau kue?"

"Berhenti bicara! Sekarang ada obrolan penting yang harus dibicarakan" kata Luther dengan emosi. "Tentang kematian Ayah" lanjutnya.

"And here we go" kata Diego disebelahku, Aku langsung menoleh menyenggolnya untuk menanyakan ada masalah apa.

"Memang ada apa? Mereka bilang serangan jantung?" tanya Vanya.

"Aku merasa ada yang janggal, terakhir aku melihatnya dia seperti tegang" jawab Luther.

Diego melanjutkan percakapan sambil berdiri dan berjalan ke sebelah Luther "Bukankan sudah jelas? Kau curiga salah satu dari kami yang membunuhnya?" perkataan Diego membuat terkejut.

"What!? Bisa-bisanya Luther?" vanya berkata sambil pergi meninggalkan yang lain.

"Omong kosong" lanjutku. Aku dan lainnya pun ikut pergi karena untuk apa mencurigai satu sama lain. Walaupun Kita tidak suka Ayah, Kita tidak setega itu.

ㅡtbc

janlup votement!💃

8th Umbrella Academy | [TUA x Reader] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang