Chapter 14

2.2K 375 92
                                    

"tidak, tapi aku harus, [Name]! I heard a rumorㅡ"

"NO! STOP!" dunia terhenti. Tapi vanya tidak berhenti, dia tetap bermain dengan biolanya, hanya kekuatannya saja yang terhenti. Ini waktuku untuk berbicara dengannya.

"Vanya?"

"Kau harus berhenti melakukan ini, kami semua saudaramu. Kami semua menyayangimu dan ingin melindungimu dari Leonard. Dia bukan orang yang baik, dia hanya memanfaatkan kekuatanmu Vanya, tolong percaya padaku" aku menjelaskan panjang lebar tetapi dia tetap fokus dengan biolanya.

"Vanya!?" aku memanggil nya lebih keras, tetapi stick biolanya ia sebatkan ke arahku dan terkena leherku.

"AAAKH, che--e-se" waktu berjalan kembali. Aku menutup leherku yang mengeluarkan banyak darah dan terjatuh. Rasanya aku akan menjadi bisu setelah ini.

author's pov

"[Name]! [Name]! Aku tidak bermaksud seperti ini" ucap Vanya sambil menangis menatap [Name] terbaring dengan lehernya yang mengeluarkan banyak darah.

Tiba-tiba Leonard datang dan mengajak vanya segera keluar dari rumah.

"Vanya? Vanya? Kita harus pergi"

Allison yang fokus melihat kondisi [Name] tidak memperdulikan mereka yang pergi. Allison segera mengendong [Name] yang pingsan segera pulang ke Academy.

~

"SEMUANYA TOLONG BANTU [Name]!" teriak allison yang panik membawa [Name]. Semua saudaranya segera menuju ke bawah melihat kondisi [Name] yang sangat memperihatinkan. Ibu robot mereka dan Pogo buru-buru membawanya kesuatu ruangan untuk mengobatinya.

"Ada apa dengan [Name]!?" tanya Five.

"Lukanya tidak terlalu dalam, tapi mungkin dia akan sulit berbicara saat dia bangun nanti" jawab ibunya.

"Allison? Sebenarnya ada apa!? Bagaimana bisa Vanya melakukan ini?" tanya Five marah, tetapi Allison tidak bisa menjawab dan masih menangis.

"Vanya, memiliki kemampuan. Ia sangat kuat dan aku baru ingat kalau Aku yang membuatnya menjadi orang biasa" jawab allison terbata-bata karena tangisnya.

Five tidak menjawab, ia hanya fokus memperhatikan [Name]. Ia mengenggam tangannya, dan duduk disebelah kasurnya.

Five's pov

Hari sudah sangat larut, saudaraku yang lain sudah kembali kekamarnya. Aku masih disebelah [Name] menunggunya bangun. Aku memegang tangannya, sangat khawatir hal yang lebih buruk akan terjadi.

Pukul 3 pagi, aku masi terjaga. Hanya menutup mataku yang kelelahan disebelah [Name]. Tanganya yang masih kusentuh tiba-tiba bergerak membuatku bangun.

"[Name]?" dia ingin menjawab tapi suaranya tidak keluar. Aku segera mengambil pulpen dan kertas untuknya.

"kenapa kau disini?" tulisnya.

"menemanimu, kau tidak apa apa?"

"i'm fine. Allison dan vanya?"

"mereka baik-baik saja, tidur lagi saja kau butuh istirahat" jawabku, ia hanya membalasnya dengan senyum kecil, lalu kembali tidur dan aku mencium keningnya.

~

[Name]'s pov

Pagi hari sudah datang. Aku bangun dengan Five yang masih tidur dengan posisi duduk disebelah kasurku. Aku segera bangun dan mandi walaupun aku masih merasa sedikit pusing karena kondisi tenggorokanku sakit sekali, seperti ada yang menyangkut.

"[Name]" panggil Five dari depan pintu kamarku.

"Five?" aku memanggilnya pelan karena tenggorokanku masih sakit sekali, untungnya aku masih bisa berbicara.

"i'm sorry, seharusnya aku tidak memintamu pergi menemui Vanya. Ini semua salahku" ucap Five.

"Tidak, ini bukan salahmu. Kau melakukannya demi keluarga kami, itu tidak salah sama sekali" kataku menenangkannya. Lalu, Five berjalan dari depan pintu dan memelukku dan mengusap kepalaku dan aku membalas pelukannya.

"i will protect you no matter what" ucap Five sambil memegang kedua pipiku.

Aku mengangguk "i trust you, Five"

Tiba- tiba Diego mengetuk pintu kamarku, "[Name], ingin bertemu Vanya?" Aku menjawabnya dengan mengangguk.

Diego membawaku keruangan yang tidak pernah aku kunjungi sebelumnya. Apa ini rubanah? atau apa? seperti lorong got kalau boleh jujur.

Aku melihat diujung ruangan ada Luther dan Allison, dan Vanya terkurung didalamnya!?

"Luther! kau harus mengeluarkannya!" ujar allison marah terhadap luther.

"tidak bisa Allison, dia menyakiti [Name]. Kalau dia keluar, kita semua bisa celaka"

"keluarkan Vanya SEKARANG!" tulisku memperlihatkannya ke luther, mengingat tenggorokanku yang masih sakit lebih baik aku menulis.

"tidak bisa [Name], dia berbahaya sekarang. Biarkan dia menahan kekuatannya disana" aku melihat Vanya tidak tega menggedor-gedor pintu dan memohon-mohon.

"keluarkan luther" tulisku

"i'm sorry [Name]" lalu mereka bertiga keluar dari ruangan ini menyisahkan aku dan Vanya yang terhalangi oleh pintu tebal dan kedap suara.

"maafkan aku Vanya, aku percaya padamu kau tidak akan melakukan hal buruk. i love you sist" tulisku dan menunjukkannya kepada vanya melewati jendela kecil di pintu dan keluar dari ruangan itu.

ㅡtbc

8th Umbrella Academy | [TUA x Reader] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang