Chapter 3

3.1K 481 84
                                    

"Hey Kau gadis kecil yang tadi? Kenapa Kau tidak pulang? Dimana orang tuamu?" Pemilik toko roti itu datang lagi kearahku. Benar-benar beruntung!

"Sebenarnya, Aku tidak tau apa yang terjadi denganku dan Aku tidak tau dimana orang tuaku", jawabku pura-pura sedih dan lemah.

"oh, dear. maukah Kau ke rumahku? Aku bisa memberikan beberapa makanan dan Kau bisa tidur beberapa hari dirumahku" Aku tersenyum dan mengangguk kepalaku dengan mantap.

~

Sudah 3 minggu Aku tinggal di rumahnya. Aku merasa tidak enak jika hanya berdiam dan menumpang dirumah. Terkadang Aku menjaga toko roti dan melatih kemampuan archery ku biar tidak hilang.

"[Name]!" panggil Ms. Janne -pemilik toko roti- saat Aku melatih archery dibelakang rumah. Dia menunjukkan brosur kompetisi archery dan menawarkanku untuk mengikutinya. Hadiahnya tidak main-main, 10.000 euro sangat cukup untuk membalas Ms. Janne dan biaya hidupku selama disini. Tentu saja Aku ikut konpetisi itu.

~

14 tahun sudah kulalui dengan hidup di dunia yang tidak seharusnya Aku tinggali. Jika dihitung berarti Aku sudah 26 tahun. Aku terus memenangi banyak kompetisi-kompetisi, sehingga hidupku disini sangat terpenuhi. Bahkan Aku sudah diakui sebagai atlet archery disini.

Aku baru pulang dari kompetisi hari ini dan aku cukup lelah, jadi Aku berbaring dan menutup mataku.

"Five? Itukah Kau?" Aku melihat wajah Five penuh dengan darah dimana-mana.

"[Name]? Are you okay?" tanya Five. Aku menangis dan segera memeluknya. Aku sangat sangat merindukannya.

Akhirnya, Aku membuka mataku dengan air mata yang deras keluar dari mataku. Aku memeluk gulingku sambil mengeluarkan air mata.

'Aku harus mencobanya lagi! Aku harus berhasil kembali kali ini' Aku menguatkan tekatku untuk berusaha time travell ke tempat dan waktu yang harusnya Aku berada. Aku menguatkan kepalan tanganku, sampai-sampai cahaya biru keluar.

the end of the flashback

"And here I am"

"Dan tubuhmu kembali seperti anak 15 tahun?" tanya Allison. Oh shit! Kenapa Aku baru sadar sekarang!

"Pft, tidak apa setidaknya Aku jadi awet muda"

"Jadi, berapa umurmu sekarang?" tanya Diego.

"Sama sepertimu, dude!", jawabku. "So, bagaimana dengan Five? Ada cara untuk menemukannya?"

"Sepertinya kita harus menunggu" jawab Diego. Kalau begitu Aku juga sudah tau!

~

"Allison, Aku akan tinggal di rumahmu sementara ini. Aku tidak mau ketemu Ayah, nanti Dia banyak nanya, Aku malas jawabnya" Sebetulnya alasan itu tidak sepenuhnya benar, tapi alasan utamaku adalah Aku sangat tidak menyukai Ayahku. Ayah terburuk yang pernah kutemui, setelah Ayah asliku karena Dia tega membuangku ke Ayah buruk lainnya.

"Tentu saja" jawab allison.

"Klaus, ikut Aku" panggilku mengajaknya ke kamar.

"Yes, ma'am"

Aku dan Klaus segera duduk di sofa kamarku. "Aku ingin berbicara dengan Ben boleh? Mumpung Kamu masih mabuk, Kamu bisa lihat dan berbicara dengan Ben kan?" tanyaku ke Klaus. Aku sangat merindukan Ben.

"Karena kau baru kembali, Aku berikan kesempatan emas ini, let's go Ben", jawab Klaus.

"Hey Ben! Gimana kabarmu? Apa kau merindukanku?"

"Dia bilang Dia baik-baik saja, dan Dia sangat merindukanmu, [Name]", Aku menangis mendengar perkataan klaus. Aku benar-benar membutuhkan ben sekarang. Aku sangat merindukannya, rasanya gila kenapa kemampuan Klaus tidak untukku saja! Bahkan, mungkin saja, Aku lebih bisa memanfaatkan kemampuan itu lebih baik darinya.

Ben pov

Setelah bertahun-tahun, akhirnya Aku bisa melihatnya. Aku sangat merindukannya, melihatnya menangis membuatku ingin ikut nangis, tapi hantu gimana cara keluarin air mata. "don't cry, [Name]. Bilang ke [Name], Klaus"

"shit! Aku bukan burung hantu, telegram, whatsapps, or everything!", jawab Klaus sambil marah. "[Name], kata Ben, Jangan menangis"

Dia malah tambah menangis, apa yang harus Aku lakukan, Aku tidak tega melihatnya.

"Ben, Aku minta maaf tidak bisa menyelamatkanmu" katanya sambil menangis. Kenapa aku harus mati secepat ini sih! Aku segera duduk didepannya, Aku menggapai pipinya ㅡwalaupun tidak tersentuhㅡ seakan-akan menghapus air matanya.

"It's okay, [Name]. Aku mati bukan karenamu, Kau tidak usah repot-repot menyelamatku dan membahayakan dirimu. Bilang saja Aku tidak apa-apa, Klaus"

"Dia bilang tidak apa-apa, itu bukan salahmu dan Dia sedang memegang pipimu, [Name]" kata Klaus. Kerja bagus Klaus akhirnya Kau berguna juga.

"Apa Dia didepan ku?", tanya [Name].

"Iya" jawab klaus. Dia segera menyentuh-nyentuh tubuhku, rasanya seperti dipukul, tapi tidak apa-apa, toh aku tidak bisa merasakannya.

ㅡtbc

Kalo ada salah kata/ typo(s) ato apapun itu, comment yaa. Butuh kritik dan saran nihh. Masih newbie nulis gais🤭.

Janlup vote and comment yaa💕

8th Umbrella Academy | [TUA x Reader] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang