Di Minggu sore itu, Bella dan kedua orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton film serial kesukaannya yang tayang di TV. Bella juga bercerita tentang turnamen Taekwondo yang ia dan teman-temannya tonton kemarin. Gadis itu sangat bersemangat saat menceritakan kemenangan yang diraih Tristan, kekasihnya. Tingkahnya itu dibalas dengan ledekan orang tuanya. Sesekali Bella menutup mukanya dengan bantal kursi karena malu. Ia bahagia sekali bukan hanya karena kesuksesan Tristan, tetapi juga karena kesempatan dapat berkumpul dengan orang tuanya. Momen ini sangat jarang mengingat kesibukan Papa dan Mama.
Tiba-tiba, Bi Asih datang sambil membawa sepucuk surat, kemudian memberikannya kepada Bella seperti yang tertera pada nama penerima. Gadis itu membacanya dengan seksama. Raut wajahnya yang serius berubah menjadi gembira.
"Aku lulus," teriaknya girang. Bella melompat-lompat seperti kijang muda yang gembira menemukan padang rumput luas. Matanya yang indah berbinar seperti bintang kejora. Tangannya melayang di udara seraya memegang surat itu.
"Aku lulus, Mama, Papa," pekiknya lagi sambil memeluk kedua orang tuanya.
Papa mengambil surat dari tangan anak gadisnya itu dan membacanya. Di situ tertulis bahwa Bella Chiara dinyatakan lulus seleksi pertukaran pelajar yang akan diselenggarakan selama satu bulan di Washington DC, Amerika Serikat.
"Selamat, Sayang. Kamu hebat. Tidak mudah loh mengalahkan orang sebanyak itu," ucap papa bangga.
"Selamat ya, Anak Mama yang cantik dan pintar. Mama senang sekali. Kamu berhasil, Sayang," puji mama seraya menepuk bahunya.
"Terima kasih." Bella merapatkan kedua tangan ke depan dada dan menutup mata.
Ia sangat bersyukur karena apa yang diharapkannya tercapai. Gadis itu menggapai tangan kedua orang tuanya dan mengajak mereka menari. Tak terkira kebahagiaan yang ia rasakan. Lengkap sudah.
***
"Sudah lengkap isi surat serah terima jabatan ini. Sekarang Bella dan Theresia bisa menandatanganinya. Theresia akan menggantikan Bella sebagai ketua bidang kerohanian selama Bella mengikuti program pertukaran pelajar," kata Harry di ruang pengurus OSIS.
Setelah Bella dan Theresia melaksanakan apa yang diamanatkan, sang ketua organisasi siswa itu berkata lagi sambil menyalami Bella, "Selamat ya. Sukses untuk kamu. Take care, Bel."
Ucapan itu diikuti tepuk tangan rekan-rekan pengurus yang lain. Mereka bangga karena salah satu teman seperjuangan telah lulus seleksi pertukaran pelajar. Menjadi duta bangsa.
"Terima kasih atas dukungannya. Mohon doanya, ya," ucap Bella dengan sorot mata yang memancarkan kebahagiaan.
Tak lama kemudian, acara sertijab itu selesai. Sambil bersenandung, ia keluar ruangan dan menuju ke kelas. Didapati teman-teman segengnya sedang bercakap-cakap saat jam istirahat di sana.
"Hai Cantik! Dari mana saja? Aku cari ke mana-mana, ke kantin, perpustakaan, lapangan tapi kamu nggak ada." Tristan menghampiri Bella yang sudah bergabung dengan keempat temannya. Ia mengatur nafasnya seperti orang yang baru saja menyelesaikan lomba lari 5k. Peluh bercucuran di kening pemuda yang rupawan itu.
"Yayangku, kok nggak bilang sih kalau ke mana-mana?" ledek Alex cekikikan.
"Siap. Lapor. Saya tadi keluar sebentar. Laporan selesai," timpal Edy dengan suara yang tegas sambil berakting seperti seorang prajurit.
Tingkah kedua pemuda itu diikuti tawa Bella dan Yuli.
"Duilah Tristan, begitu amat." Bibir Nini mencibir.
Kemudian, lewatlah Theresia di depan kelas mereka. Melihat Bella sedang berada di sana, ia menjulurkan kepalanya di pintu sambil tersenyum dan setengah berteriak, "Bel, jangan lupa bawa oleh-oleh magnet kulkas gambar White House, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Cantik! [SUDAH TERBIT]
RomanceBella, gadis yang cantik dan cerdas, mengalami kekecewaan atas pengkhianatan sang kekasih. Dia mencoba menata kembali kehidupan, walaupun keluar dari zona nyaman. Banyak hal baru dan pengalaman yang menyenangkan dialami bersama orang-orang yang baru...