Sesampai di sana, mereka disambut dinginnya udara malam yang menusuk sampai ke dalam tulang karena letak sekolah asrama itu di dataran tinggi. Bella melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 19.00. Pantas saja perutku sudah keroncong ditambah dengan udaranya yang dingin sekali, jadi tambah lapar, batin Bella. Ketika penjaga sekolah membuka pintu gerbang, Om Stefanus tampak bergegas menuju tempat parkir untuk menemui keluarga kecil yang baru sampai itu.
Kemudian, segeralah Om Stefanus, papa, mama, dan Bella berjalan melewati lapangan basket yang menyatu dengan lapangan voli, menuju ke ruang yayasan yang berada di sebelah ruang tata usaha. Bapak yang ramah itu mempersilahkan mereka masuk. Di sana sudah tersedia teh hangat dan nasi goreng yang disajikan oleh dua orang wanita yang bersahaja. Mereka adalah Suster Elizabeth -ibu asrama putri- dan Suster Margareth, kepala sekolah. Tak lama kemudian, mereka makan bersama sambil berbincang-bincang. Ketiga orang penting di sekolah itu juga menjelaskan tentang sekolah termasuk peraturan sampai ke visi misinya. Bella dan kedua orang tuanya menyimak dan mengangguk tanda mengerti.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.15, tibalah saatnya untuk Bella berpisah dengan papa dan mama. Mereka semua keluar dari ruangan dan menuju ke tempat parkir untuk mengantar orang tua Bella yang akan bermalam di rumah Om Stefanus yang hanya berjarak kurang lebih satu kilometer dari sekolah asrama itu. Ada kesedihan terpancar dari mata Bella. Gadis itu memeluk orang tuanya, mengucapkan terima kasih sudah mewujudkan keinginannya, dan memohon doa untuk kehidupan yang akan dijalaninya di sana. Setelah itu, ayahanda dan ibunda Bella serta Om Stefanus segera masuk ke mobil agar "drama perpisahan" itu tidak berakhir dengan air mata. Mereka pun meninggalkan sekolah asrama.
Lalu, ibu kepala sekolah dan ibu asrama kembali ke ruang yayasan untuk membereskan ruangan. Bella turut membantu mereka. Sesudah ruangan itu bersih, mereka beranjak keluar.
"Bella, biar Ibu yang bawa nampannya. Kamu bawa tas koper saja. Karena setelah dari dapur sekolah, kita akan langsung ke gedung asrama putri," kata ibu asrama sambil mengambil nampan yang berisi alat makan yang sudah dipakai tadi dari tangan Bella.
"Baik, Bu." Bella mengangguk. Meskipun ia merasa capek, bibirnya tetap tersenyum dan matanya tetap memancarkan antusiasme.
Setelah ibu kepala sekolah mengunci pintu ruangan, mereka bertiga menuju ke dapur sekolah melewati kamar kecil wanita, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang kelas X1, dan ruang kelas X2. Di sebelah ruang kelas X2 itulah terletak dapur sekolah. Di ruangan 3x3m itu Bella mencuci alat-alat makan sambil berbincang-bincang dengan kedua wanita yang sedang membereskan perabotan yang dipakai tadi. Kedua wanita yang baru dikenalnya itu sangat ramah, membuat Bella merasa nyaman bercakap-cakap dengan mereka. Sesudah semuanya selesai, ibu kepala sekolah berpamitan untuk pulang ke rumahnya yang terletak di depan sekolah asrama. Lalu, ibu asrama mengunci ruangan itu dan mengajak Bella ke asrama putri. Mereka berdua jalan di koridor sekolah melewati depan area asrama putra yang bersebelahan dengan dapur tadi. Mereka juga melewati kolam renang indoor yang berhadapan dengan lapangan basket dan voli, koperasi, serta area terbuka yang sangat luas dimana sekelilingnya ditumbuhi pohon cemara.
Tak jauh dari sana, tampaklah gerbang yang sangat indah karena dihiasi oleh tanaman rambat White Clematis. Ibu asrama membuka pintu gerbang dimana terdapat tulisan "Asrama Putri". Wah, asri sekali tempat ini, batin Bella ketika memasuki area khusus perempuan itu. Di depan gedung asrama, ada kebun sayur dan apotek hidup yang dikelola oleh siswa perempuan. Letaknya di sebelah kiri sebelum pintu masuk gedung. Kemudian, ada kolam ikan yang juga dikelola siswa putri. Letaknya di sebelah kanan sebelum pintu masuk gedung. Ibu asrama menjelaskan bahwa siswa putri dan putra masing-masing mengelola kebun sayur, apotek hidup, dan kolam ikan yang merupakan bagian dari kegiatan mereka. Bella mengangguk tanda mengerti dan mengatakan betapa hebatnya pelajar-pelajar di sekolah itu yang bisa bertanggung jawab mengelolanya sampai seasri ini. Terus Bella dan ibu asrama masuk ke dalam bangunan itu. Di sebelah kiri pintu masuk, ada ruang ibu asrama yang bersebelahan dengan ruang perawatan bila ada yang sakit. Di sebelah kanan pintu masuk, ada dua ruangan luas yang merupakan kamar tidur. Masing-masing kamar bisa menampung enam belas siswa. Di depannya, ada ruang makan di mana terdapat banyak meja dan kursi makan, dua televisi dan taman. Ruang makan itu bersebelahan dengan dapur yang luas. Ibu asrama mengatakan bahwa dapur itu juga menjadi tempat siswi yang ingin belajar masak walaupun tidak ada ekstrakurikulernya, dan ternyata cukup banyak siswi yang ingin mengembangkan diri di bidang kuliner. Bella tambah takjub dengan usaha para siswi di situ. Lalu, mereka terus melangkahkan kaki sampai ketemu tangga yang menuju lantai dua. Mereka naik dan berbelok ke kiri menuju salah satu dari dua kamar di lantai atas. Di depan pintu kamar yang akan ditempati Bella, tertera tulisan Kamar 3.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Cantik! [SUDAH TERBIT]
RomanceBella, gadis yang cantik dan cerdas, mengalami kekecewaan atas pengkhianatan sang kekasih. Dia mencoba menata kembali kehidupan, walaupun keluar dari zona nyaman. Banyak hal baru dan pengalaman yang menyenangkan dialami bersama orang-orang yang baru...