03: terima kasih

244 57 4
                                    

Sudah empat bulan aku menjalani hari ku bersama ibu dan anak itu, cukup sulit bagiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah empat bulan aku menjalani hari ku bersama ibu dan anak itu, cukup sulit bagiku. Mereka selalu sok baik didepan ayahku dan itu membuatku sangat kesal.

Suara dentuman piring terdengar sedikit nyaring di meja makan. Kami berempat sedang sarapan pagi. Aku sangat tidak berselera makan, karena makanan ini buatan wanita itu. Jujur masakannya memang enak, tapi aku tidak berselera makan.

"Besok ayah akan pergi ke Dallas untuk urusan bisnis ayah. Dan ibu akan ikut bersama ayah. Jadi kalian di rumah saja, jangan kemana-mana. Mark, ayah menitipkan yeri padamu." Ucap ayah.

"Baik, yah." Jawab laki-laki itu.

"Yah, aku ikut"

"Tidak yer, kau harus sekolah kan." Tolak ayah.

"Ck, berapa lama?"

"Entahlah, mungkin seminggu?" Jawab ayah.

"Apa tidak terlalu lama?"

"Itupun belum pasti yeri." Jawab ayah.

Setelah sarapan, seperti biasa ayah mengantarkan kami, ah maksudku aku dan laki-laki itu.

Sesampai di gerbang sekolah aku berjalan meninggalkan laki-laki itu.

"Yer." Panggilnya.

"Apa?!"

"Kemarilah kau dalam masalah." Pintanya.

"Maksudmu?"

"Sudahlah, kemarilah!" Pintanya lagi.

"Dasar aneh!" Ucapku lalu berlari meninggalkan laki-laki aneh itu.

•••

Aku berusaha mengejar yeri, tapi aku terlambat. Yeri sudah lebih dahulu masuk kelas. Untungnya belum ada yang menyadarinya.

Aku segera duduk di bangku ku, lalu melepas jaket ku. Memberikannya pada yeri.

"Untuk apa?!" Tanyanya dengan ketus.

"Pakai untuk menutupi rok mu, atau kau akan ada dalam masalah"

"Tidak! Sudah sana!" Bentaknya.

"Mark manis sekali, dia bahkan meminjami mu jaket. Mengapa kau menolaknya?!" Omel koeun pada yeri.

Pelajaran Pak Dio pun dimulai. Aku sangat tidak tenang jika nantinya ada seseorang menyadari yeri.

"Yeri! Kerjakan soal dipapan!" Pinta Pak Dio.

Aku mulai tidak tenang saat yeri berdiri dari bangkunya.

"Pak!" Panggilku sambil mengangkat tangan.

"Apa?!" Tanya Pak Dio.

"Biar aku saja yang mengerjakan soal itu"

"Aku tidak memintamu, aku hanya meminta yeri yang mengerjakan!" Bentaknya.

Can We Love Each Other? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang