Mino membereskan pekerjaanya dan memasukan barang-barang kedalam tasnya bersiap pulang, sedang Irene menatap Mino dengan kesal karena kekasihnya itu sangat sulit dihubungi akhir-akhir ini. Dengan tubuhnya yang kecil, ia menghampiri Mino dan memeluk laki-laki bertubuh tinggi itu.
"Ayo makan bersama."ajak Irene manja.
"Maaf ya, aku gak bisa. Aku mau makan dirumah Mama."ucap Mino lalu membelai kepala gadis itu.
"Kamu akhir-akhir ini makan dirumah Mama terus? Seminggu berturut-turut loh."protes Irene melepaskan pelukannya dan menatap Mino dengan jengkel.
"Mama kah udah tua. Anaknya juga cuma aku doang, ya aku harus lebih sering dong menghabiskan waktu sama Mama."balas Mino sambi tersenyum.
"Yaudah aku ikut ya?"tanya Irene.
Mino terdiam, sudah jelas ia akan menjawab tidak. Karena tujuan utama makan disana adalah ia bisa menghabiskan waktu dengan Jennie.
"Sayang, kamu tau kan kalau ini belum waktu yang tepat untuk kamu bertemu orangtua ku."ujar Mino menatap wajah kekasihnya itu. Wajah cantik yang selama ini ia jaga hatinya, namun sekarang rasanya ia tidak mungkin melepas wanita ini tapi ia juga masih sayang dengan Jennie.
Irene terlihat sedih dan mengangguk pelan. Mino memeluk Irene, tubuh Irene yang kecil langsung tenggelam dalam pelukan Mino.
"Makasih, sayang."ucap Mino membelai rambut Irene.
***
Jennie sedang duduk asyik menonton televisi, berpikir keras apa yang harus ia kerjakan agar menghasilkan uang. Ibunya belum pulang dari bekerja padahal sudah pukul 7 malam. Yoona memiliki sebuah salon kecil di daerah Mapo, entah kenapa Jennie merasa menjadi beban.
Handphone nya berdering dan seperti biasa Dara mengirimkan pesan untuk mampir dan makan disana karena Dara tahu Yoona belum pulang. Dengan riang Jennie bangkit dan berjalan keluar apartemen sederhanannya itu.
Malam itu cukup dingin karena menuju bulan Desember, Jennie memeluk dirinya sendiri karena rasa dingin itu. Belum sempat ia menekan bel rumah Dara ada suara memanggilnya dari belakang.
"Jennie."panggil suara itu.
Jennie menoleh dan mendapati Mino berdiri menatapnya sambil tersenyum. Lalu ia berjoget riang.
"Kangen aku gak?"tanya Mino.
"Gila ya? Ngapain disini?"tanya Jennie bingung.
Mino berjalan menekan bel, "Kamu yang ngapain? Ini kan rumah orangtuaku, suka-suka dong."
Jennie memutar matanya dan memukul ringan punggung Mino. Mino mengaduh namun juga tertawa.
Pintu dibuka oleh Dara, wajahnya tersenyum riang melihat Jennie dan Mino berdiri berdampingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THERE IS NO ONE LIKE YOU
FanfictionRasanya sulit bagi Mino untuk melupakan Jennie, wanita yang mencampakkannya 3 tahun lalu karena ia dari keluarga miskin. Meskipun sampai sekarang ia sudah menjadi laki-laki kaya raya. Dan rasanya sulit bagi Jennie, meninggalkan laki-laki yang member...