Pinky Promise

105 13 11
                                    

Jennie duduk bersama Ayahnya di ruang kerjanya, menunggu orang yang Ayahnya bilang. Sedang Ayahnya sibuk menyisip kopinya, Jennie hanya bisa mengecek handphonenya dan sedikit kesal karena Mino belum mengabarinya sama sekali.

"Berhenti lihat handphonemu dan bicara dengan Ayah."ucap Seunghyun kepada Jennie tanpa menoleh.

"Kita sudah menunggu 10 menit, Ayah."keluh Jennie.

"Sabar sayang."balas Seunghyun dengan senyum liciknya.

Jennie berdecak kesal ketika pintu ruangan terbuka dan sekretaris Ayahnya masuk bersama dua figur yang tidak asing untuknya. Itu Mino dan Irene. Seunghyun berdiri menyambut 2 orang itu, sedang Jennie mematung menatap Mino yang tangannya ada dipelukan Irene. Mino yang menyadari ada Jennie pun kikuk dan berusaha melepaskan tangannya dari Irene.

"Jennie, ini Irene dan calon tunangannya. Ayah rasa mereka bisa menadpat pakaian design darimu karena Irene ini pecinta baju-baju dan gaun-gaun design kamu loh."ucap Seunghyun pada Jennie. Tangan Jennie gemetar dan matanya panas menahan tangis.

"Ah, iya."ucap Jennie singkat.

"Halo, Jennie. Kita bertemu lagi."ucap Irene riang.

"Halo."balas Jennie sambil tersenyum terpaksa.

Jennie merasa tak tahan dengan ini semua dan ia berdiri dari duduknya, "Bisa kita reschedule pertemua ini? Aku rasa aku kurang enak badan."

"Ah? Te--tentu saja."jawab Irene yang masih mengenggam Mino dipelukannya.

"Ayah antar?"tanya Seunghyun.

"Gak usah. Aku bisa sendiri. Permisi."jawab Jennie berjalan keluar ruangan.

Seunghyun menatap Mino dengan senyum liciknya. Mino melepas tangan Irene dan berlari keluar ruangan mengejar Jennie. Mino mengejar figur wanita kecil itu yang berjalan terus tanpa menoleh.

Mino menarik tangan Jennie hingga Jennie kini berhadapan dengannya dan mata Jennie penuh dengan air mata. Mino menarik tangan Jennie dan mengajaknya memasuki tangga darurat agar pembicaraan ini tidak didengar atau dilihat orang.

"Jen, aku bisa jelasin."ucap Mino menatap Jennie.

"Jelasin. Aku dengerin."balas Jennie mengharapkan penjelasan yang baik.

"Aku udah mutusin Irene dari lama, tapi dia gak mau ditinggal karena dia juga lagi ngelaluin hal-hal berat. Ayahnya sakit. Tapi yaudah sebatas itu, kamu boleh tanya Irene, kamu boleh cek message aku sama Irene. Aku gak selingkuhin kamu."cerita Mino.

Jennie menangis dan menutup wajahnya, "Aku takut Oppa."

"Maafin aku. Kalau kamu gak suka aku temani Irene, aku akan block semuanya."ucap Mino menggenggam tangan Jennie.

"Aku benci mikirin malam-malam yang kamu habisin sama dia tanpa aku tahu, dan aku benci merasa bersalah karena ciuman bodoh yang aku lakukan dengan Seunghoon. Sekarang aku merasa jahat."balas Jennie dengan tatapan sedih.

"Ci--ciuman? Kamu ciuman sama Seunghoon? Kok kamu gitu?"tanya Mino emosi.

"Aku sakit, demam tinggi dan gak sadar."jawab Jennie.

Mino memeluk Jennie, "Gak apa. Semua orang ngelakuin salah. Ayo kita bareng-bareng perbaiki ini semua ya. Ayah kamu pasti sengaja ngelakuin ini untuk ngehancurin aku sama kamu. Tapi kita buktiin ya."

Jennie hanya mengangguk dipelukan Mino. Ia takut kehilangan Mino, ia takut pada Ayahnya.

***

Mino melempar file hasil perkembangan bisnisnya ke meja. Semua progress bisnisnya diam ditempat cenderung menurun. Sesekali ia menjambak rambutnya karena kesal, ia tahu ini mencurigakan karena penurunan ini sangat tiba-tiba. Hanya satu orang yang ada dipikirannya, yaitu Ayah Jennie.

THERE IS NO ONE LIKE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang