iii

670 93 46
                                    

Yangyang kemudian berjalan ke arah kamar kakaknya itu, dan menemukan bahwa kakaknya ternyata sedang tidak berbicara dengan siapa-siapa barusan.

"Hei, kak," kata Yangyang. "Tadi itu siapa?"

Xiaojun kaget setengah mati. Adiknya sudah mendengar seluruh pembicaraan Xiaojun dengan Hendery—tokeknya barusan?!

"Bukan siapa-siapa! Aku bersumpah demi Tuhan, itu teman sekolahku!" ujar Xiaojun dengan keringat dinginnya.

Yangyang percaya bahwa suara tadi barusan adalah teman sekolah kakaknya. Mana mungkin dirinya yang lugu itu percaya bahwa orang yang berbicara dengan Xiaojun barusan itu adalah Hendery, tokeknya?

"Oh, oke! Tapi kak Xiaojun jangan berisik, aku lagi ngerjain tugas IPS!" kata Yangyang.

"Ya sudah."

Xiaojun hanya memberi tanda isyarat sambil berkata "oke" dengan pelan, lalu kembali menutup pintu kamarnya.

Lagipula, hanya dia yang bisa mendengar ataupun melihat Hendery berubah menjadi manusia. Hanya Xiaojun sendiri yang bisa melihat perubahan Hendery dari tokek menjadi manusia, sisanya tidak. Bahkan, Yangyang sendiri tidak tahu.

"Oh, hei," kata Hendery sambil duduk di kasur itu. "Ada apa tadi?"

"Adik laki-lakiku. Dasar sembrono," kata Xiaojun sambil mendengus pelan. "Kalau rahasiaku terbongkar, aku bisa mati sekarang."

Hendery hanya terkekeh dengan perkataan Xiaojun barusan, lalu Xiaojun naik ke kasur itu sambil menguap dengan kebosanan sejak tadi.

"Aku ingin menonton sesuatu di laptopku sejak tadi," katanya.

"Apa?" tanya Hendery.

"Beberapa film ataupun serial sudah kuselesaikan sejak beberapa minggu lalu, tapi tetap saja aku bosan," kata Xiaojun. "Apa ada tontonan yang seru?"

"Aku tahu! Aku punya tontonan yang seru, ayolah!" kata Hendery, kemudian ia mengetikkan sesuatu di laptop.

🦋

kemudian...

"Aaahhhh, Dio benar-benar menyebalkan!"

"Ternyata Jonathan benar-benar jatuh cinta dengan Erina sejak ia menolongnya, ya?"

"Hendery, jangan skip ke scene selanjutnya. Ini seru, aku mau melihat adegan dimana Jonathan melawan Dio."

"Hahahaha!"

Karena Xiaojun sudah selesai sekolah di hari itu juga, ia memutuskan untuk menonton anime seharian bersama Hendery di kamarnya, berduaan di  kasur (jangan bayangkan sesuatu yang...yah, kalian tahu maksudku.) sambil duduk dan makan cemilan.

Tapi di akhir episode anime itu, Xiaojun menghabiskan dua kotak tisu sekaligus karena adegan sedih disana.

"Kenapa...kenapa Jonathan tidak ikut menyelamatkan diri dengan Erina...?"

"Ternyata dia benar-benar menyayangi Dio dan dia ikut mati bersama di kapal itu..."

Setelah anime itu selesai, Hendery kemudian mematikan laptop itu, lalu menenangkan Xiaojun yang masih menangis karena episode terakhir anime yang ditontonnya barusan.

"Hei, Xiaojun, jangan menangis," katanya sambil mengusap lembut rambut Xiaojun. "Aku disini. Jangan menangis, oke?"

"Aku takut kehilanganmu seperti episode barusan, dimana Jonathan mati di kapal yang terbakar itu sedangkan Erina menyelamatkan diri dari kapal yang terbakar itu..." ujar Xiaojun sambil menangis. "Jangan tinggalkan aku, Hendery..."

"Tidak akan," katanya. "Aku disini, kok. Ini sudah jam 11 malam, ayo tidur. Peluk aku jika kau ketakutan, oke?"

Xiaojun mengangguk pelan, lalu ia memeluk Hendery sambil tertidur pulas. Kekasihnya itu mulai tertidur, walaupun ia masih mengelus rambut Xiaojun—dan juga Xiaojun masih sedikit menangis.

"I'm here, don't cry, mon chérie."

A/N

hey, long time no see! sorry for the delay to not updating this book (and also its almost 2 months since i'm not updating this:/)

anyways, enjoy this book, folks. i'm really sorry for very late update.

and also if you ask what anime did Hendery and Xiaojun watch, its called JoJo's Bizarre Adventure! and they're watching the first part ever aka Phantom Blood (•ө•)♡

with love,
Yaku♡︎




𝗉𝗋𝗂𝗇𝖼𝖾(𝗌𝗌) 𝖺𝗇𝖽 𝗍𝗁𝖾 𝗅𝗂𝗓𝖺𝗋𝖽 ⚣︎ henxiao (☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang