Suara Rico membuat jantungku terasa mau copot. Aku masih menggenggam kado dari Natasha dan harus menyimpannya di tempat yang aman agar Rico tidak tahu.
Aku masih setengah panik!
Saat jejak langkah Rico terdengar lebih dekat lagi.
Tak terasa, keringatku mengucur sedang pikiranku buntu. Aku semakin gusar dan tak menentu.
"Bun??" Rico tampak curiga.
Aku ketakutan, terjebak dalam dapur sempit tanpa jalan lain untuk melarikan diri. Sebab, satu-satunya jalan keluar harus membuatku berpapasan muka dengan Rico.
Pikiranku buntu, aku pasrah!
Mungkin memang benda ini harus tiba pada orang yang dituju.
TIDAK!!
Jiwaku meronta, tak ingin begitu saja kalah. Jika benda itu sampai di tangan suamiku bisa saja perjuangan panjangku bersama JUS APEL menjadi sia-sia.
Tidak, aku tak boleh menyerah!
Aku maju selangkah lebih ke depan, seolah tak mendengar suara Rico yang memanggilku. Setidaknya aku berusaha menghindar dengan melangkahkan kaki sejauh mungkin. Meskipun meja dan kompor yang tidak dapat membuatku berkutik lagi.
Saat langkahku sudah mentok, kudengar mbok memanggil Rico.
"Pak, pak Rico!!" Mbok memanggil Rico.
"Apa mbok?" Suara kaki Rico terdengar lebih samar.
Kuberanikan diri menoleh kebelakang, berharap suamiku mendatangi suara yang memanggilnya. Benar saja, Rico sudah tak didekatku lagi. Dia berjalan menghampiri mbok dan semakin menjauh dari posisiku sekarang.
"Ini ada kiriman lewat ojek buat pak Rico," mbok memberikan sekotak donat yang kupesan untuk menggantikan kotak kado asli pemberian Natasha.
Sambil mengambil kotak besar yang mbok berikan, Rico tampak gelisah. Raut mukanya menjadi tegang dan ketakutan. Rupanya Rico percaya bahwa sekotak donat itu benar-benar kado yang Natasha beritahu lewat Whatsapp.
Baru saja Rico hendak mengamankan benda itu, tiba-tiba ibu memanggil.
"Itu apa nak?" Ibu ingin tahu.
"Hah? Eng-gak ta-hu ju.. ju-ga bu." Rico menjawab terbata, ia tampak khawatir.
"Loh kok gak tahu?" Ibu yang penasaran mulai mendekat.
"Ki.. ki-ri-man bu. Ini dikirim teman." Wajah Rico tampak pucat.
"Oalah baik juga temanmu, coba sini ibu mau lihat," ibu mengambil kotak itu.
"Jangan bu!" Rico sepertinya kaget.
"Kenapa? Kan kita buka sama-sama disini," ibu duduk dan menaruhnya di meja
"I.. i-ya," suara Rico terdengar pelan.
Ibu kelihatannya sangat penasaran. Sedangkan Rico tampak khawatir sekali. Bahkan ketika ibu sibuk membuka plastik dan kotak donatnya, Rico hanya tertunduk lesu.
"Oalah, donat zaman sekarang kok bentuknya ndak bulet Ric." Ibu kebingungan.
"Hah? Masa?" Rico mulai panik, ia menyeka keringat yang bercucuran di keningnya.
"Mau, mau! Mau donat!" Sheila tampak sibuk.
"Nonat, nonat!" Mario ikutan sibuk.
"Ini loh bentuknya malah huruf begini. Apa ini jadinya kalo dibaca? Do-nat Co-co," ibu tampak mengeja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurus Anti Pelakor (Jus Apel) - End
RomansaSeorang istri merasa kehidupan rumah tangganya terancam orang ketiga. Saat perasaannya sedang kalut ada sebuah grup facebook berbayar yang membantu membasmi pelakor. Penuh harapan besar ia bergabung dan mengikuti program dari grup tersebut. Akankah...