O.7

87 23 5
                                    

Cindy baru saja pulang dari rumah temannya yang berada satu komplek dengan kediaman Keluarga Nasution. Setelah hujan deras membasahi kota Jakarta, ia buru-buru pulang karena tidak tega meninggalkan peliharaannya sendiri di apartemen. Beruntung ia mengendarai mobil sehingga tidak kehujanan.

Saat di tengah perjalanan, ia seperti melihat seseorang yang tidak asing sedang berjalan di bawah guyuran hujan.

"Itu siapa ya? Ngapain dia hujan-hujanan?" batinnya.

Cindy memelankan laju mobilnya untuk memastikan siapa yang dia lihat. Setelah tau siapa orang itu, Cindy terkejut. Ia langsung menepikan mobilnya dan mengambil payung.

"KAK ICA!" teriak Cindy. Ia menyeberangi jalanan menghampiri Elica.

"Kakak ngapain hujan-hujanan?" tanya Cindy sedikit nyaring karena suara hujan yang sangat deras.

"Gak papa. Cuma pengen inget masa kecil aja hehe," jawab Elica sambil menyengir. Tetapi Cindy tau kalau Elica sedang berbohong. Sudah pasti Elica dari rumah Mike. Kalau tidak, untuk apa dia ada di daerah ini?

"Yasudah, Kakak ikut aja yuk ke apart. Daripada hujan-hujanan nanti sakit," ucap Cindy. Baginya, Elica itu sudah seperti kakaknya sendiri. Dari lima sahabatnya yang lain, Elica adalah sahabat yang dikenalnya paling lama. Maka dari itu, Elica tidak akan mungkin mudah untuk menipunya.

"Tapi-"

"Udah ayo!" Cindy langsung menarik tangan Elica dan mereka berdua berlari menuju mobil. Setelah mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil, Cindy segera melajukan mobilnya menuju apartemen.

Bersamaan dengan itu, Mike menjalankan mobilnya menuju tempat yang sama. Tanpa Mike dan Cindy sadari, mobil mereka lewat berlawanan arah.

"Elica, kamu dimana? Maafin aku," batin Mike khawatir.

Sementara itu sesampainya Elica di apartemen Cindy, dia langsung pergi menuju kamar mandi untuk berendam air hangat sesuai dengan perintah nyonya. Selesai mandi, Elica segera menyusul Cindy ke dapur.

"Cin, lagi apa?"

"Kakak udah selesai mandi? Aku udah siapin teh hangat dan tolak angin tuh di meja, minum ya kak supaya ga masuk angin." Elica yang disuruh pun langsung berjalan ke arah meja. Baru saja mengambil beberapa langkah, ia mendengar deringan ponsel milik Cindy.

He used to sing me sweet melodies
He play me made me believe it was real love~

"Lirik lagu ringtonenya Cindy nyindir aku ya?" batin Elica.

"Dek! Ada yang telfon nih." Elica yang tadinya ingin meminum teh pun mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk memberikan ponsel yang berbunyi itu pada pemiliknya.

"Thanks kak." Cindy pun langsung mengangkat telfon itu tanpa melihat nomor kontaknya.

"Halo," sapa Cindy halus.

"CIN, ELICA SAMA KAMU GA!?"

"MANEH TEH SAHA SIH KOK NGOMONGNYA NGEGAS AMAT?!!" kesal Cindy. Bayangkan saja jika ada yang menelfon, tetapi pas diangkat si penelfon malah ngegas. Gajebo banget alias ga jelas bokk.

"LO JUGA NGEGAS SINDI! INI GUE MIKE BUSET!" Cindy pun melihat layar ponselnya dan melihat tulisan besar 'Mi-ke Ardila'.

"Oh, Kak Mike toh. Nawai nanyain Kak Ica? Nyesel nyakitin? Mau baikan?" nada bicara Cindy tiba-tiba berubah menjadi datar, sejujurnya dia sangat kesal dengan katingnya yang satu ini.

"Lo cenayang ya anjir, kok tau?"

"Your teeth cenayang,"

"Jawab pertanyaan gue buru! Elica sama lo ga?"

PELANGI (discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang