Bagian 1

1 0 0
                                    


1

(6 BULAN SEBELUMNYA)

Januari 2020.

"Selamat pagi," kataku mencoba tenang sambil memandang lurus ke arah mereka, yah.. meski tanganku sedikit bergetar. "Nama saya Meisa. Mulai hari ini saya karyawati baru di perusahaan ini, mohon bimbingannya."

Mereka terdiam sejenak, aku mencoba memandangi raut mereka satu persatu, apakah ada yang salah dengan diriku? atau ada yang salah dengan perkataanku? Diantara mereka ada yang tersenyum memandangku, ada yang menahan cekikik, ada yang biasa saja, sungguh menyebalkan, tapi aku harus sabar.

Oke, aku memang memberi sambutan perkenalanku dengan kaku.

Bagaimana pun aku sangat gugup. Ini hari pertamaku masuk kerja. Setelah perjuangan besar untuk melamar pekerjaan selama satu tahun ini. Aku di terima, hasil itu bagaikan membuka paket surat berisi tiket emas menuju pabrik coklat di film willy wonka! Jangan tertawa kau.

Selama setahun belakangan, lamaranku mungkin hanya menjadi penghias meja-meja HRD, atau mungkin memang aku yang kurang bersabar. Haah.. Aku tidak boleh berpikiran jelek, terlebih sekarang aku sudah diterima, ini adalah kesempatanku. Gerbang kedewasaanku di uji dan aku tidak boleh berpikir kekanak-kanakan lagi.

Meskipun aku masih gugup, aku berusaha keras untuk tidak cengengesan, maklum rasa gembira itu sulit untuk hilang! kegembiraan untuk tidak tersenyum lebar di ruangan kantor ini. Di hadapanku, mereka semua adalah atasan, dan aku anak baru. Aku sudah mempelajari tentang ini, bersikaplah normal, jangan pecicilan, jangan terlihat sombong, pada saat kita masih tunas. Kita harus bisa beradaptasi dengan pot dan tanah tempat kita mengakar. Hmm, boleh juga.

Ruangan ini khas perkantoran, dengan wangi pengharum ruangan bunga lavender, buku-buku arsip juga terpampang rapih di lemari-lemari seperti perpustakaan. Akhirnya aku akan jadi seorang wanita karir.

Pak Herman, dia manajer divisi konsultan yang memintaku memberi sambutan perkenalan singkat di depan karyawan karyawatinya pagi ini. Dia melanjutkan, "Jadi, hari ini divisi kita kedatangan karwayati baru, dia adalah supporting sistem kita selama satu tahun masa percobaan ini. Mungkin saya tidak berpanjang-panjang, kamu nanti di ruangan bareng Mas Damar, dia Admin."

Pria dengan kemeja rapih berwarna biru dengan dasi polosnya mengangguk, dia tersenyum tipis. Tapi aku sedikit menebak itu senyum yang sedikit dipaksakan. Tuh kan, Lagi-lagi aku berpikiran jelek.

"Kalau ada yang mau ditanyakan seputar perusahaan atau kerjaan, sementara sama dia aja ya."

Pak herman lalu menarik kemeja lengan panjangnya. dia melihat ke arah jam rolex berbalut emas, " Oke, saya mau rapat, kembali ke ruangan dan lanjut bekerja. Oh iya! Damar saya lupa, ajak dia berkeliling di divisi ini dan kenalkan sama semua anggota kita ya."

Mas Damar kembali mengangguk, tapi aku mendengar ada napas panjang yang di hembus. Apakah dia benar-benar terpaksa untuk menyetujuinya? Semua orang-orang mulai menghambur dan memasuki ruangannya masing-masing. Aku mencoba langsung menghapal wajah mereka, tapi sulit. Ada suatu sensasi unik ketika bertemu orang baru, kita di tuntut untuk mengenal secepat mesin pencetak buku, dengan hasil cetakan yang tetap berkualitas dan tidak boleh cacat. Kualitas pertemanan yang berbeda jauh saat aku masih bersekolah dulu.

Tapi aku ngerti situasi ini, dimanapun kita bekerja memang kita akan selalu bertemu hal-hal yang tidak menyenangkan, sebenarnya bukan cuma bekerja, saat aku kuliah dan sekolah juga sama. Aku sudah mempelajari ini dari buku-buku "Cara ampuh menjadi wanita karir" dan sekedar blog-blog tentang pengalaman kerja. Tapi aku akui ini menantang, aku mulai deg-degan.

TAMU TAK DIUNDANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang