5. Alasan Benci

2.3K 501 19
                                    

Nenek yang menceritakan ini, ketika aku berumur lima belas tahun. Waktu itu aku terus memohon agar diberitahu alasan kenapa sikap Yonggi begitu buruk padaku. Juga dia yang tidak sudi kupanggil dengan nama 'Tomi'-panggilan dari almarhum ibunya. Sebuah cerita, yang membuatku paham bahwa kebencian Yonggi adalah wajar.

Kata Nenek, dulu rumahku dan rumah Yonggi bersebelahan. Sejak orang tuaku bercerai, Ibu pindah rumah. Waktu itu aku baru berusia dua bulan. Yonggi yang saat itu berumur delapan tahun, langsung menyukaiku. Setiap akan berangkat dan pulang sekolah, dia selalu mampir untuk mengunjungiku. Di depan teman-temannya, dia selalu memamerkan aku sebagai adik kesayangannya. Keluarga kami pun sangat dekat. Ayah Yonggi adalah penulis komik, sedangkan ibunya adalah pramugari. Karena tuntutan pekerjaan itu, ibunya jarang di rumah sehingga Yonggi juga akrab dengan Ibu. Bahkan dia memanggil ibuku dengan 'Ibu'.

Tapi ternyata hubungan dua keluarga sebagai tetangga, harus dikotori oleh ikatan terlarang. Ayah Yonggi yang juga suka sekali mabuk itu, berselingkuh. Siapa selingkuhannya? Ibuku. Ya, perempuan yang melahirkanku itu. Tapi serapat apa pun bangkai disembunyikan, tentu penciuman lebih tajam bukan? Segalanya terungkap. Saat itu aku berumur dua tahun, sedangkan Yonggi sepuluh tahun.

Yonggi yang baru pulang sekolah, memergoki ibuku dan ayahnya di kamar orang tuanya. Sedangkah aku ditinggalkan begitu saja di ruang tamu. Yonggi memang masih kecil tapi dia sudah paham akan hal seperti itu. Dia marah-marah dan justru dihadiahi pukulan juga bentakan oleh ayahnya. Belum cukup keterkejutannya, ibu Yonggi pulang kerja dan melihat juga. Semua menjadi kacau. Yonggi menyaksikan pertengkaran para orang dewasa, sementara aku menangis keras.

Ibu Yonggi berteriak-teriak, memukul dan memaki-maki suaminya juga ibuku. Ayah Yonggi yang tak terima, berbalik menyalahkan dan melakukan kekerasan fisik. Dia beralasan kesepian karena istrinya jarang di rumah. Dalam sehari, kehidupan dua keluarga hancur seketika. Ayah Yonggi dan ibuku bergegas pergi saat itu juga. Aku yang masih sekecil itu, meraung-raung dengan menahan kepergiannya. Aku memeluk kaki ibuku erat. Tapi dia, dengan tega melemparku agar menyingkir. Sebuah kesalahan fatal, karena aku terlempar ke bekas tumpukan sampah yang baru selesai dibakar. Para tetangga yang berkumpul dan menyaksikan kejadian itu, buru-buru menolongku. Sementara ibuku sendiri tak peduli dan memilih pergi.

Kenapa Nenek bisa tahu ceritanya padahal tidak tinggal di sana? Itu karena pengakuan Yonggi dan cerita tetangga sekitar. Sejak saat itu ibu Yonggi dirawat di rumah sakit jiwa. Lalu Yonggi dibawa pindah ke rumah Nenek, berserta aku. Ya, Nenek merasa kasihan dan memutuskan merawatku. Hal yang ditentang oleh anak-anaknya yang lain yang notabene saudara ayah Yonggi. Tapi Nenek tetap memperlakukanku dengan baik, sampai sekarang. Sedangkan Yonggi ... pantas bukan jika dia membenciku setengah mati?

Aku sendiri hanya pasrah. Aku tidak memiliki keluarga. Ayah kandungku pun entah di mana. Sementara ayah Yonggi dan Ibu juga tidak pernah ada kabarnya lagi. Mereka sudah sangat baik dengan tetap merawatku, jadi seharusnya kebencian Yonggi bukan masalah kan?

Aku hanya bisa bertahan, menerima apa pun yang takdir limpahkan pada hidupku. Sampai batas waktuku habis, mungkin.

***

Iya, bab ini cuma berisi narasi. Maafkan kalau bosan yaa. Btw, masih mending Sarah Kim kan daripada ibunya Lili?

See you on the next chapter :*

To Reveal It (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang