1. First Impression

494 123 346
                                    

Happy reading!

***

Suasana di Cherry Caffe terlihat ramai. Kafe di Kota Jakarta yang baru-baru ini digandrungi remaja milenial. Maklum, karena tempatnya unik dan nyaman buat ngobrol-ngobrol santai. Ditambah terdapat poster-poster artis dari negeri ginseng membuat tempat ini digandrungi banyak remaja, terutama perempuan. Seperti saat ini, terlihat tiga orang gadis tengah bercakap-cakap santai.

"Eh-eh lihat deh lihat! Cakep banget si Rafa. Pake seragam sekolah aja udah mempesona banget, apalagi pake baju santai gini." ucap gadis berambut sebahu, lalu menyodorkan ponselnya pada dua gadis didepannya.

Gadis yang sedang membaca novel itu lantas mengambil ponsel dari temannya. "Oh my god, mata gue auto seger lihat beginian." ucap Soraya.

"Ganteng dari mananya, jelek gitu." ujar gadis disamping Soraya bernama Zerin.

"Zer, mata lo rabun apa gimana? Jelas-jelas kayak pangeran gitu dibilang jelek, heran deh." ucap Vania sewot.

"Van, lo follow ignya Rafa? Sejak kapan lo?" tanya Soraya yang masih fokus pada hp temannya. Soraya men-scrool postingan demi postingan diakun ig Rafa.

"Udah lama kali. Udah-udah siniin hp gue!" tangannya menjulur ingin mengambil hp digenggaman Soraya.

"Eh-eh bentar-bentar gue lihat ada yang cakep nih," Soraya berusaha menjauhkan ponsel itu tetapi Vania sudah mengambilnya terlebih dahulu.

"Iiihhh... padahal gue lihat ada yg ganteng tadi." Soraya cemberut.

"Lihat pake ponsel lo noh!"

"Girls, gue pulang duluan ada urusan." Zerin lalu bangkit dari tempatnya dan pergi begitu saja.

"Cepet banget si Zerin, padahal malam minggu biasanya nongki-nongki dia," celetuk Soraya.

"Zer, kok gue ditinggalin sih. Jahat lo mah." Vania cemberut, lalu membereskan barang-barangnya cepat. "Ray, gue pulang dulu ya. Mau bareng Zerin biar gak keluar ongkos lagi, haha. Lo pulang bareng abang lo kan?"

Soraya mengangguk. "Punya duit banyak tapi gak mau keluar ongkos, hadeh. Sana-sana cepetan sebelum ditinggal sama Zerin."

Vania cengengesan, lalu berlari kecil keluar dari kafe.

Soraya memutar pandangan kekanan, melihat ketembok kafe dimana jam dinding itu berada. "Masih jam delapan lebih sepuluh ternyata." Soraya memandang objek lain, melihat kakaknya yang sedang melayani pembeli. "Kafenya tutup jam sembilan, masih lama dong." Soraya meghela napas. Gadis berambut sepunggung itu lantas membuka novel yang dibawanya dari rumah, lalu melanjutkan membaca, masih satu seperempat lagi untuk menyelesaikan bacaan novel itu.

Soraya Cantika, gadis cantik yang hobinya membaca novel, bukan membaca buku pelajaran ya. Boro-boro buka buku pelajaran, bukunya saja masih terlihat bersih tanpa lipatan. Soraya juga pecinta warna biru, jangan heran jika semua barang-barangnya berwarna biru.

Perlu kalian ketahui, bahwa kafe ini adalah milik kakak Soraya, namanya Ibnu Sarega. Tidak sia-sia dulu kakaknya bekerja keras demi membangun sebuah kafe di Ibu Kota ini. Soraya bangga pada kakaknya.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lebih lima menit.

"Ray?" cowok memakai kaos putih dilapisi dengan kemeja kotak-kotak itu memegang pundak Soraya.

Soraya terlonjak kaget. "Astagfirullah, bang Rega ngagetin tau gak?!"

"Udah selesai bang?"

"Udah. Yuk pulang."

SORAYA✔ [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang