O.O

3.4K 334 33
                                    

"Jung Jisung, kau dipanggil kepala sekolah."

Jisung menolehkan mata dan mendapati sang ketua kelas berkata seperti itu padanya. Tanpa banyak bicara, ia pun melangkahkan kaki menuju ruangan yang disebutkan.

"Masuk"

Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk, Jisung memutar kenop stainless di hadapannya. Wajah dingin dari si kepala sekolah yang merangkap pamannya pun terlihat.

"Duduklah"

Jisung mendudukan diri di kursi tepat di hadapan sang kepala sekolah, Choi Siwon. Tanpa peduli norma kesopanan, ia menyilangkan kaki dan menatap lelaki berumur di depannya angkuh.

"Apa maumu, paman?"

Menghela napas, Siwon pun menyodorkan kertas berisi laporan nilai akhirnya juga catatan kriminal yang ia lakukan selama seminggu terakhir.

"Kau sudah keterlaluan. Nama baik sekolah kita dipertaruhkan dan aku tidak bisa menyembunyikan hal ini lagi dari keluargamu."

Rahang Jisung mengeras mendengar perkataan Siwon hingga ketukan pintu dan suara lembut mengalihkan perhatiannya.

"Masuklah, Chenle-ssi"

Wajah jelita seorang lelaki manis berjalan masuk dengan gugup. Ia mendudukkan diri di samping Jisung seraya menatap khawatir pada kepala sekolah di hadapannya yang juga sepupu dari sang suami.

"Aku terpaksa memanggil ibumu ke sini karena kau tidak berhenti berbuat onar"

"Jadilah seperti saudara kembarmu Jung Sungchan yang menjadi murid teladan dan mendapatkan peringkat pertama paralel"

Chenle mengigit bibir bawahnya. "Maafkan Jisung, Siwon-hyung... dia kan masih remaja dan mungkin saja sedang dalam masa pemberontakannya... j-jadi... k-kumohon berikan dia kelonggaran"

Pemuda jangkung di samping Chenle pun mendecih. Ia menatap figur cantik sang ibu dari samping dengan tajam. "Baiklah, namun tidak ada lain kali Chenle-ya. Nama sekolahku disini bisa saja tercoreng"

Chenle tersenyum cerah dan mengangguk cepat. "T-terima kasih, hyung! A-apakah masih ada yang disampaikan lagi?"

Siwon mengusap dagunya. "Jisung akan diskors selama dua minggu karena ia ketahuan tawuran dan balap liar dengan sekolah lain"

Chenle membeku. "T-tawuran?"

Siwon menyeringai dan menatap Jisung remeh. "Anak itu tidak memberi tahumu, Chenle-ssi?"

Chenle menggeleng kaku. "Karena itulah aku tidak bisa memberikan kelonggaran untuk lain waktu. Kalau Jisung tertangkap tangan sedang tawuran, balap liar atau melakukan hal-hal kenakalan remaja lain aku akan mengeluarkannya dari sini"

"Kau dengar itu Jung Jisung?" Siwon merendahkan intonasinya seraya menatap si pemuda tajam yang malah memalingkan wajah.

Chenle yang berada di sampingnya justru mengigit bibir cemas. Ia memberanikan diri untuk mengusap punggung tangan Jisung dan secara tidak diduga langsung ditepis. "Jangan menyentuhku, jalang" desisnya yang membuat nyali Chenle kian menciut.

Chenle menatap Siwon canggung dan semoga saja pria itu tidak mendengar umpatan kasar yang Jisung layangkan padanya. "Aku akan berusaha menasehatinya, Siwon-hyung... kalau begitu kami permisi"

Chenle bangkit dan dan bersamaan dengan itu ekor matanya melirik ke arah punggung Jisung yang sudah menghilang di balik pintu ruangan itu.

"Terima kasih atas kemurahan hatimu, hyung" Chenle tersenyum kecut yang dibalas dengan wajah lelah Siwon.

"Kelakuan Jisung membuat aku merasa lebih tua lebih cepat dari umurku yang sebenarnya" Lelaki berumur empat puluh tahun itu memijat pelipisnya.

Chenle mengulas senyum tipis. "Aku akan berusaha mengubah sikap Jisung, hyung. Karena mau bagaimanapun statusku sekarang adalah ibunya"

Siwon menatap Chenle dengan raut kasihan. Well, ia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh orang tua suami dari Chenle yang menikahkan anak lelakinya yang sudah menduda dan memiliki dua anak dengan seorang pemuda cantik berusia belia seperti Chenle.

"Oh, Sampaikan salamku pada suamimu, Chenle-ya"

Chenle mengangguk. "Tentu, Siwon-hyung... akan kusampaikan nanti pada Jaehyun-hyung. Sampai nanti"

-prologue

guilty pleasure of sinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang