O.5

1.9K 212 28
                                    

[ kalimat yang di cetak miring adalah kilas balik, mohon perhatikan penanggalan pada setiap chapter cerita. terima kasih ]

.

.

[ ]

January, 2020.

Hari ini Chenle resmi menjadi seorang mahasiswa magang di salah satu sekolah yang terkenal dengan kualitas teruji dan terakreditasi tinggi selama tiga bulan lamanya.

Menjadi salah satu orang yang mengambil jurusan pendidikan tentunya hal-hal yang seperti ini bukanlah hal asing baginya.

Ia juga sempat beberapa kali menjadi sukarelawan di beberapa panti dan organisasi non pemerintah di Korea Selatan yang bergerak dalam bidang pendidikan.

Meskipun bukan murni warga Korea Selatan, Chenle cukup menguasai bahasa negara tempat di mana ia menimba ilmu. Bahkan terkadang lebih bagus daripada orang Korea Selatan asli itu sendiri.

Sebenarnya, menggeluti dunia pendidikan bukanlah panggilan jiwanya. Ini murni permintaan kedua orang tua Chenle yang meminta agar dia menjadi seorang tenaga pendidik yang berkualitas meskipun ketertarikan yang dimiliki dari lubuk hati berada di musik dan instrumennya.

Chenle sangat menyukai musik. Terutama piano dan biola. Ia ahli memainkan dua instrumen tersebut setelah nekat dengan sembunyi-sembunyi belajar dengan kakak sepupu, Qian Kun.

Ya, sang kakak sepupulah yang mengenalkan Chenle dengan musik mengingat orang tua si Zhong itu tidak terlalu setuju jika putra satu-satunya terjun dan menggeluti dunia tersebut.

"Zhong Chenle!"

Ia tersentak kala merasakan tepukan di bahu menyerang dan membuatnya meringis kemudian. "Lembutlah sedikit Lee Felix! Kau ini!"

Dengusan sebal Chenle diabaikan oleh sang lawan bicara yang kini memasang wajah jahil. "Lihat ke sana ada pacarmu... Lee Jeno!"

"Tidak peduli"

Felix terkikih pelan kala mendapati ekspresi Chenle yang begitu masam di pandangan. Untuk sekedar informasi, lelaki berusia 23 tahun itu adalah kekasih Chenle semenjak ia berada di menengah atas dan Jeno sendiri merupakan kakak kelasnya yang entah bagaimana dipertemukan di klub memanah dan keduanya pun mulai menjalin hubungan.

Kisah percintaan mereka tidak selalu berjalan mulus. Satu tahun pertama keduanya resmi menjalin kasih terancam kandas kala Jeno berencana melanjutkan studinya ke perguruan tinggi yang mana pada saat itu Chenle masih remaja yang duduk di tingkat dua menengah atas.

Tetapi dengan bujukan yang Jeno ucapkan pada Chenle juga janjinya, mereka tetap berhubungan selama itu hingga Chenle berhasil menyusul Jeno berkuliah di universitas yang sama.

Namun muncul masalah lain yang seperti sekarang ini yang membuatnya enggan berbicara pada sang kekasih. Sebenarnya ada alasan tersendiri mengapa ia merajuk pada Jeno.

Mungkin ini terdengar sepele untuk orang lain namun tidak dengannya.

Alasannya adalah karena Jeno akan mengejar gelar masternya di luar negeri dan meninggalkan ia sendirian.

Ia akan ditinggalkan. Mengapa harus jauh-jauh ke luar negeri jika di dalam negeri pun ada banyak perguruan tinggi yang menawarkan studi yang dicari?

"Chenle-ya.. bisa kita berbicara sebentar?"

Ia mendongak dan menyadari bahwa Jeno yang tadinya berdiri di ujung kantin kampusnya sudah berdiri di hadapan. "Aku sibuk"

guilty pleasure of sinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang