Warning: kata-kata vulgar, R-18+!
—
"Mark sialan!"
Johnny tidak berhenti mengumpat karena merasa ditipu. Katanya hanya menikmati udara malam, tapi nyatanya bocah itu membawanya ke sebuah klub gay di kawasan Gangnam. Bukannya Johnny tidak suka hiburan malam, hanya saja malam itu dia sedang malas bersenang-senang.
"Kau butuh hiburan, idiot." Begitu kata Mark saat sebelum mereka memasuki tempat ramai itu.
Johnny duduk sambil menikmati minumannya dan musik yang menghentak di lantai dansa. Tempat berisik itu terkadang memang ampuh untuk menghilangkan stress. Mark benar. Johnny memang butuh hiburan mengingat pekerjaannya yang selalu membuatnya stress dan lelah.
Mark terus merecokinya tentang hubungan satu malam. Laki-laki muda itu menyarankan untuk mencari partner one night stand dari pada terus mengkhayalkan sekretarisnya yang setangguh baja. Namun Johnny hanya menghela napas, dia sedang tidak mood melakukan itu, meski mungkin beberapa orang di sini banyak yang menarik perhatiannya.
Satu fakta yang menarik tentang Johnny; banyak perubahan dari dirinya semenjak lima tahun belakangan. Dia masih senang berpesta pora tetapi tidak lagi tertarik pada sesuatu yang murah, apalagi laki-laki murahan. Dia tidak melakukan seks dengan sembarangan orang lagi, tepatnya untuk saat ini dia tidak sudi kalau laki-laki itu bukan Jung Jaehyun, sekretaris kesayangan. Namun Jung Jaehyun bagai pohon ek, susah untuk ditumbangkan sekali pun Johnny kerap kali bertindak murahan padanya.
Johnny menenggak vodkanya, lalu memutar kursinya menghadap lantai dansa dan pandangannya jatuh pada punggung laki-laki yang bersurai brunette yang sedang menari di sana. Laki-laki itu menggoyangkan tubuh seksinya seirama dengan musik progresif menghentak. Johnny memerhatikan lebih detail, punggung dan postur tubuh itu terasa familier, namun dia menggelengkan kepala tidak setuju dengan tebakannya.
Beberapa saat kemudian. Refleks, Johnny mengangkat sebelah alisnya ketika melihat laki-laki itu berciuman dengan laki-laki lain yang sialnya Johnny tahu siapa. Laki-laki lain itu baru saja datang dan langsung mendapatkan sambutan ciuman panas di tengah puluhan pasang mata di lantai dansa. Mereka berciuman intens tanpa tahu malu. Johnny terkesiap ketika laki-laki bersurai brunette itu tiba-tiba memutar posisi mereka sehingga wajahnya sepenuhnya terlihat, dan pandangannya bertemu─
Jung Jaehyun dan Yuta?
Bangsat.
"Kau tertarik padanya?" tiba-tiba Mark bertanya, agak berteriak karena musik yang dihasilkan disc jokey sangat memekakkan telinga. Mark belum menyadari siapa orang itu.
Johnny tidak langsung menjawab, dia memilih meremat kuat gelas slokinya, dan matanya berkilat tajam. Entah sudah beberapa gelas liliput berisi vodka yang masuk ke dalam lambungnya. Minuman itu terasa membakar tenggorokan dan mengaburkan pandangan, tapi dia masih terus meminta bartender yang melayaninya mengisi kembali cairan panas ke dalam gelas liliputnya yang telah kosong. Lalu si bartender memberikannya segelas lagi, dan lagi-lagi dia menenggaknya dalam sekali teguk.
Johnny kembali melihat Jaehyun dan Yuta. Ah, mereka masih berciuman. Lalu tertawa.
Mark keheranan, "Kenapa kau?"
"Jung Jaehyun, tentu saja aku tertarik terlepas dia sudah memiliki pasangan," balasnya setelah menenggak vodkanya.
"Aku bertanya─hei, sialan." Mark tertawa, akhirnya menyadari sesuatu. "How interesting. Kau kalah telak, hyung. Menyerah saja. Kulihat laki-laki itu lebih baik daripada kau." Kemudian kembali menertawakan Johnny.
"Brengsek." Lebih baik Johnny mengabaikan ejekan Mark dan kembali memerhatikan pasangan itu yang sekarang sedang berjalan beriringan menuju pintu keluar.
Johnny menyeringai. Tatapannya masih memaku punggung Jaehyun sampai hilang dari pandangannya.
—
"Schedule hari ini pada jam 9 pagi memimpin rapat ruang konferensi di lantai 7. Pada jam 2 siang kembali ke kantor untuk pertemuan musim panas, sekitar jam 4:30 manajer Kim akan datang untuk menghadiri pertemuan produk bersama. Dan kemudian, setelah pertemuan itu berakhir─"
"Jaehyun, kenapa kau tampan hari ini?" Johnny menyela sembari menopang dagu, senyumannya sampai ke mata.
Bulu mata Jaehyun terangkat, menutup buku catatannya dan balas tersenyum takzim walau jauh di dalam hati dia mengumpat. "Direktur Suh, kita sedang bekerja."
Johnny tidak menanggapi, dia hanya melipat tangan di atas meja dan menjatuhkan dagu di atas lipatan tangannya. "Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Yuta? Seleramu boleh juga, dia salah satu ahli waris perusahaan raksasa ini." Johnny mengatakannya dengan santai, lalu mengetuk meja saat mengatakan 'perusahaan raksasa ini'. Lagi-lagi dia tersenyum terlampau manis, yang langsung membuat Jaehyun refleks mendengus kasar.
Tidak dipungkuri, Jaehyun cukup terhenyak dengan pertanyaan Johnny barusan. Dia sudah ketahuan. Seperti hendak menangguk ikan, tertangguk akan batang. Mengharapkan keberutungan, namun malah mendapatkan kesialan. Baginya, ketahuan oleh Johnny adalah kesialan.
"Tidak mau menjawab?" Johnny sudah duduk tegak, lalu sengaja menjatuhkan cangkir kopinya ke lantai menghasilkan suara prak lumayan kencang. Jaehyun terkejut. "Tanganku licin. Bersihkan." Suaranya berubah aneh, tidak semenyenangkan sebelumnya.
Jaehyun menelan ludahnya, dan patuh atas perintah Johnny. Ketika hendak berjongkok untuk membersihkan serpihan gelas, tubuhnya terangkat dengan sekali gerakan cepat oleh sebuah lengan kokoh. Sesaat Jaehyun seperti melayang yang berakhir duduk mengangkang di atas pangkuan sang direktur.
"Johnny! Jangan gila! Sebentar lagi meeting akan dimulai." Jaehyun memperingati setengah berteriak, meronta di atas pangkuannya minta dilepaskan. Semakin kencang rontaan, semakin erat pula pegangan di pinggangnya. Tangan-tangan kokoh itu menekan tubuhnya agar diam.
"Aku cemburu."
"..." Jaehyun membeku. Dua kata itu seperti sihir.
"Kenapa Yuta?" Johnny menampilkan raut wajah terluka, dan memanfaatkan keterpanaan Jaehyun. Ingat, Johnny itu manusia super licik. "Apa aku kurang menarik bagimu?" Kali ini, dia seperti akan menangis. Lalu memeluk Jaehyun erat-erat sambil mengubur wajah diceruk lehernya. "Aku cemburu." Dia mengatakannya lagi dengan nada suara sarat akan frustasi tetapi tanpa Jaehyun ketahui di balik pelukannya Johnny tengah menyeringai penuh kemenangan.
Johnny berhasil membuat Jaehyun tenggelam dalam perasaan bingung. Laki-laki licik ini pernah menghancurkan perasaannya. Lima tahun lebih Jaehyun berjuang melupakannya, dan dia tidak ingin usahanya sia-sia dalam satu hari. Namun, debaran jantungnya yang tidak beraturan menjadi bukti nyata bahwa Jaehyun belum benar-benar bisa melupakan eksistensi Johnny di hidupnya.
"Kau tidak lebih dari masa lalu yang tidak penting. Sekarang lepaskan. Lima belas menit lagi meeting dimulai."
Johnny tersenyum kecut dan sontak melonggarkan pelukannya, membiarkan Jaehyun turun dari pangkuannya. Begitu Jaehyun lolos, Johnny kembali memerangkap tubuh Jaehyun di atas meja. Jaehyun berteriak marah, setengah badannya sudah berbaring di atas meja dengan kedua kaki menapak di lantai, sementara kedua tangannya dilipat di belakang tubuhnya. Posisinya menungging.
"Apa yang kau lakukan!" Jaehyun menggeram agar suaranya tidak lepas.
Johnny terkekeh sembari melucuti celana sekaligus celana dalam Jaehyun.
"Keparat tidak tahu malu, bangsat, sialan Johnny Suh! Lepas─ah!" Jaehyun mendesah keras ketika daging tak bertulang yang panas milik Johnny menusuk-nusuk dan menjilati belahan pantatnya.
"Tidak ... Johnny─ngh ... jangan!" seruan berupa larangan Jaehyun terdengar tak bermakna di telinga Johnny. Malah semakin membuat Johnny menikmati merimming lubang anus Jaehyun.
"Jangan munafik. Kau masih suka dirimming olehku." Johnny menaikkan sebelah kaki Jaehyun ke meja, memperlihatkan lubang anusnya yang berkedut dan basah oleh saliva. Sangat menggoda. "Kau tidak akan pernah mendapatkan rasa nikmat ini dari Yuta." Kemudian kembali menjilat dan menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam lubang kenikmatan itu yang menghasilkan desahan panjang dari si penerima.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
MESUM [JOHNJAE] ✔
FanfictionJohnny jatuh cinta. Jaehyun pusing tujuh keliling. ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ 𝗠𝗘𝗦𝗨𝗠 © odetteline ㅤ ㅤ