3,5 bulan yang lalu.
Johnny berdiri dengan bangga di depan cermin yang memantulkan dirinya yang nyaris tanpa cela. Pandangannya lurus, menampilkan tampang datar sambil membiarkan tubuh kokohnya disentuh untuk diukur oleh fashion designer kepercayaannya.
"Buat jas baru lagi?" Sekonyong-konyong Bora masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Wanita sexy itu adalah teman seperjuangan Johnny dalam dunia pekerjaan.
"Jadi harus bagaimana? Semalam Jiwon muntah kesekujur tubuhku," terang Johnny.
"Kau benar-benar menjadikan kantor sebagai panggung pertunjukan. Memangnya di rumahmu tidak ada jas lain lagi?" Bora menelisik penampilan Johnny layaknya sedang mengobservasi sebuah barang mahal, sambil melipat tangan di depan dada dan bersandar di dinding dekat pintu.
"Jadi, kau datang kemari untuk apa?" Johnny langsung bertanya pada intinya, dia sedang malas berbasa-basi. Sementara tubuhnya sudah selesai diukur, fashion designer yang merupakan laki-laki paruh baya itu pun pamit undur diri. Johnny mengiyakan dengan takzim.
Bora berjalan dengan anggun sembari tersenyum tipis. Penampilannya tidak ada yang salah, sexy dan elegan. Bahkan sangat mampu menarik siapa pun yang akan dilewatinya, kecuali Johnny, laki-laki matang itu sama sekali tidak tertarik pada lawan jenisnya. Tidak peduli seberapa menariknya seorang wanita atau seberapa sensualnya seorang wanita─tetap tidak akan mampu membakar gairahnya.
"Aku datang untuk memberikanmu surat lamaran untuk wawancara nanti sore." Bora menyerahkan map hitam yang berisikan beberapa resume lamaran calon karyawan baru.
Johnny menerimanya tanpa mengeluarkan sepatah atau dua kata, sikapnya sangat profesional, dan mulai memeriksa isi map tersebut sambil menyesap espresonya. Setelah melihat pada lembar kedua, Johnny tertegun, namun di matanya ada riak kebahagiaan yang tak terperi.
"Laki-laki ini cukup menarik pada sesi wawancara tahap pertama kemarin pagi," ujar Bora memujinya.
Senyum dikulum─Johnny terus memerhatikan foto di kertas resume lamaran tersebut. Lalu meletakkan gelas espresonya, dan menatap Bora serius. "Aku akan hadir pada sesi wawancara nanti sore."
Bora terperangah, "Sangat tidak terduga kau akan hadir. Ada yang menarik perhatianmu, Direktur Suh? Siapa namanya? Ah ... Jung Jaehyun?"
Lagi, Johnny tersenyum. Kali ini cukup lebar bahkan nyaris mengeluarkan suara tawa ringan, mengabaikan pertanyaan Bora.
Jung Jaehyun ... hanya dengan membaca nama dan melihat fotonya di kertas resume lamaran─nama itu mampu memercik gairah Johnny yang sudah lama padam. Hal pertama yang merasuki ingatannya adalah, erangan sensual Jaehyun di atas ranjang dengan tampang yang sama sensualnya.
Sial. Hanya dengan mengingat sepenggal aktivitasnya di ranjang bersama laki-laki itu di masa lalu─Johnny agak horny.
"Kau baik-baik saja?" Bora merasa janggal dengan perubahan sikap Johnny.
Johnny segera menutup mapnya, berdeham. "Hari ini Taeil hyung resmi berhenti bekerja padaku. Aku butuh sekretaris yang segar, kompeten, dan laki-laki. Kurasa, aku bisa mendapatkan satu atau dua kandidat dari calon karyawan baru itu. Bagaimana?"
Bora sempat tertawa saat mendengar satu persyaratan yang diajukan Johnny barusan. 'laki-laki' ya? Tentu saja Bora sangat tahu perihal orientasi seksual laki-laki itu. "Oke, tidak buruk juga. Kalau begitu kutunggu jam tiga sore. Jangan telat."
─
Siapa sangka Johnny akan begitu mendamba sosok Jaehyun setelah melewati serangkaian kejadian memalukan 5 tahun lalu. Dia dengan sengaja meniduri siapa pun di belakangnya, bahkan dengan biadabnya sengaja merayu teman terdekatnya, lalu menidurinya di depan matanya. Seperti binatang yang tak punya akal, Johnny mengakui itu.
Kemudian Jaehyun pergi.
Pada awalnya Johnny merasa baik-baik saja, dengan atau tanpa Jaehyun. Tapi sepertinya Tuhan sangat marah padanya, sehingga lambat laun dirinya terjebak dalam pusara rasa rindu. Rindu yang teramat sangat. Namun naas, Jaehyun benar-benar pergi tanpa meninggalkan jejak. Memutus kontak secara sepihak. Johnny pantas mendapatkannya.
Ketika kehilangan kau akan mengerti arti memiliki. Dan sesungguhnya yang melukai akan terluka pada waktunya. Yang menyia-nyiakan akan disia-siakan pada waktunya.
Johnny merenungkan sederet kalimat dalam dan menohok tersebut dalam kurun waktu yang lama. Dan sekarang dirinya akan dipertemukan kembali dengan Jaehyun. Dia sudah tak mampu membendung perasaannya lagi. Dia selalu menanti-nanti momen ini─Jaehyun kembali ke sisinya, mengisi hari-harinya.
Dengan langkah tegap dan percaya diri─Johnny memasuki ruangan yang menjadi tempat sesi wawancara tahap kedua. Sebelah tangannya disimpan di saku celana, sementara tangan lain memegang map.
"Dua hari lalu ada informasi penting mengenai saham Singapura." Suara Johnny sangat enak didengar, lewat ekor matanya dia dapat melihat gerakan terkejut dari salah satu kandidat calon karyawan baru. Kemudian melanjutkan sambil mengambil duduk di seberang orang tersebut, "Perusahaan teknologi Vox berencana mengakuisisi Perusahaan Listrik Daewoong dan memberikan penawaran. Coba kalian analisis dulu, apakah sekarang Cowon harus membeli saham Perusahaan Listrik Daewoong?"
Kali ini Johnny menatap orang itu─Jung Jaehyun, secara terang-terangan sembari mendengarkan jawaban beruntun dari satu calon karyawan dan calon karyawan yang lainnya seperti sebuah ajang pertunjukan kemampuan menganilisis. Sementara Jaehyun hanya duduk mematung, tatapan matanya bertumbukan dengan Johnny yang dia sadari sedang menatapnya.
"I got you," ucap Johnny pada Jaehyun tanpa suara.
─
KAMU SEDANG MEMBACA
MESUM [JOHNJAE] ✔
FanfictionJohnny jatuh cinta. Jaehyun pusing tujuh keliling. ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ 𝗠𝗘𝗦𝗨𝗠 © odetteline ㅤ ㅤ