| ⅸ | , Fits to break up

7.9K 672 104
                                    


Seminggu berlalu, baik Jaehyun maupun Renjun tak lagi larut dalam kegusaran hati masing-masing. Selama ini si manis Huang hanya duduk diam menatap bingkai foto Jeno yang tersimpan apik di atas nakas sementara pewaris kelurga Jung itu sibuk berpesta sana-sini. Menikmati masa mudanya yang gemilang dan penuh harta sebaik mungkin.

Memang semenjak peringatan dari sang ayah, Jaehyun tak lagi bertemu dengan Taeyong.

Pemuda Lee itu di beberapa kesempatan menghubungi Jaehyun, namun tak di respon sama sekali olehnya. Ia berpikir, mungkin ini adalah saat yang tepat untuk abai terhadap kenangan mereka.


Benar bukan?

Entahlah, pemuda itu tidak cukup yakin ini keputusan yang tepat. Namun demi kebaikan bersama ia akan melakukannya.


"Jaehyun, anakku"

Suara milik Irene menyapa pendengarannya. Jaehyun yang baru saja ingin berjalan keluar langsung menoleh pada sang ibu di meja makan.

"Ada apa, ibu?"

Wanita itu tersenyum tipis lalu meletakkan pisau buahnya di atas meja.

"Kau tidak lupa kan jika jam sepuluh nanti kau akan fitting baju?"

Ah—perkara itu. Tentu saja Jaehyun... tidak ingat.

"Tentu, ibu. Aku hanya akan pergi sebentar"

"Terima kasih, sayang"

Ia kembali meraih gagang pintu, berjalan ke garasi dimana mobil sportnya terpakir rapi.

Tas coklat Jaehyun letakkan di kursi penumpang dan barulah ia mengambil aloh kemudi, menyalakan mesin dan mengatur suhu di dalam kendaraan.

"Fuck!" Dirinya mengumpat frustasi.

Sungguh pemuda itu lupa jika hari ini adalah jadwal fitting dengan Renjun. Tangannya bergerak mengetuk stir dan setelah beberapa detik terdiam, akhirnya Jaehyun memutuskan untuk mengambil ponsel di saku celana. Menghubungi salah satu kontak yang sengaja ia pin.

Jaehyun gelisah. Dan kebiasaan barunya saat sedang gelisah adalah menelfon Renjun.

Dua orang itu mulai akrab walau dalam batas tertentu ada sekat privasi yang tidak dapat ditembus. Beberapa perkara itu mungkin terkesan cukup sensitif jika dibicarakan, lagipun baik Jaehyun maupun Renjun tidak terlalu penasaran dengan kehidupan masing-masing.

Mereka akan hidup bersama dibawah atap yang sama, jadi untuk melakukan 'observasi', itu sia-sia saja.

"Jae, ada apa?" Sapa si mungil setelah menerima panggilannya.

"Kau ingat jika hari ini kita fitting?"

Di seberang sana nampak Renjun melipat dahinya heran. "Ya... aku ingat"

"Sial. Aku melupakan itu." Jaehyun melesatkan kendaraannya menuju gerbang. Menghiraukan tiga pelayan sedang membungkuk hormat pada tuan mudanya.

"Tenanglah, aku akan mengatakan pada ayah untuk mengundur jadwal"

"Kau serius?"

Ia berbelok ke perempatan besar dimana kendaraannya harus terjebak lampu merah. "Tentu"

Jaehyun pum mendesah lega. "Oh god, thank you so much, Renjunie"

Mendengar nama itu disebut, Renjun terkikik geli. "Jika kau yang mengatakannya, itu terdengar menjijikkan"

"Baiklah terserah padamu." Pemuda itu tertawa garing sebelum akhirnya memutus sambungan telefon. Melajukan kembali mobilnya hingga membelah jalan.



APHRO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang