( 𝓐𝓹𝓱. ) | About his side

7.1K 664 54
                                    


PRANGG

Suara pecahan vas yang memekakkan telinga. Memenuhi setiap sudut ruangan beraksitektur eropa dengan berbagai perabotan mahal yang berjatuhan dari tempatnya yang semula.

Terlihat genangan air berceceran bersama barang lain yang telah terlempar karena amarah.

"BANGSAT!"

Jeno mengusak rambut pirangnya lalu meninju sebuah lukisan besar dengan sekuat tenaga.

Ia menegak satu shot alkohol dan membanting gelas tersebut hingga serpihan kaca bertebaran.

"Aku bersumpah akan menghancurkan pria yang telah merebut Renjunieku"

Memori saat tangan kekar —yang sayangnya bukan miliknya— menahan pinggang Renjun, dan dengan tatapan kagum menatap ke dalam hazel si manis.

Jeno mengedarkan tatapannya ke sekeliling. Banyak barang yang tergeletak di lantai—semua karenanya yang tak dapat menahan amarah.

Pecahan vas dan mug shot. Imitasi bunga tulip warna pink dan peach serta beberapa perabotan yang tergeletak tak berdaya.

Jeno mengumpat. Lagi dan lagi.

"Hey, apa yang kau lakukan—bodoh!"

Jaemin baru saja datang saat melihat kondisi ruang tamunya kini seperti habis diguncang badai. Kacau.

Maniknya menatap ke arah Jeno yang sepertinya sedang dalam pengaruh alkohol. Dapat dilihat kepalan tangannya memerah—menempel dengan lukisan Dewa Ares dan Dewi Aphrodite yang tengah bercinta.

Tercengang. Nafasnya juga ikut memburu. Perlahan Jaemin mendekati kembarannya itu, dengan langkah hati-hati, tak ingin menabrak barang-barang lain atau serpihan kaca walau sneakers hitam melindungi telapak kakinya.


PYARR

"Lee Jeno what the fuck!"

Jaemin berlari menahan pergerakan Jeno yang sepertinya benar-benar menggila. Kedua tangannya melingkar di lengan yang lebih tua, membiarkan raungan keras menggelegar di seluruh penjuru rumah.

Jeno menggeliat heboh saat Jaemin memeluknya secara tiba-tiba. Sangat erat hingga terasa seperti meremukkan tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, ia benar-benar dalam pengaruh alkohol. Kelopak matanya memberat sedangkan tungkainya tak siap menahan berat badan. Jeno hampir jatuh menabrak meja jika saja Jaemin tak langsung menahan tubuh bongsor itu.

"Ck. Dia pasti sudah menghabiskan dua botol alkohol"

Menempatkan kepala Jeno di pahanya, manik gelap itu tak sengaja menatap sebuah bingkai foto yang sepertinya habis dibanting oleh sang kembaran.

Hey, bukankah itu foto Renjun?

Tangannya meraih kertas yang tak sengaja sobek menjadi dua.



Tangannya meraih kertas yang tak sengaja sobek menjadi dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ah benar, itu si mungil Huang.

Jaemin melirik ke arah Jeno yang sepertinya sudah mulai tenang—teler. Ia membiarkan paru-parunya mengembang sembari memperhatikan lembar foto dengan Renjun sebagai objek utamanya.

Tidakkah... dia begitu indah? Kadang Jaemin berharap ia memiliki raga seindah itu, atau setidaknya istri dan anaknya.

Foto tersebut sengaja ia letakkan di ruang tengah agar setiap kali Jeno pulang, pria itu bisa merasa lebih tenang. Dan nyatanya selalu berhasil sebelum hari ini.

Jaemin kembali menatap sekelilingnya yang porak-poranda.

Ia tahu semua kekacauan ini dibuat oleh Jeno. Pria itu memiliki kantung kesabaran yang benar-benar tipis. Sering kali setelah Tuan Huang melarang sepasang kekasih itu untuk bertemu, Jeno kembali ke rumah, membanting seluruh barang yang dapat ia banting. Namun tentunya mereda setelah bingkai foto itu terpampang di atas meja.

Tapi... untuk kasus kali ini bolehkah Jaemin berkata bahwa semuanya ulah Renjun?

Jaemin ingat saat hari pertama, Jeno pergi seharian penuh. Tak mengabarinya, Mark, atau kedua orang tuanya namun tiba-tiba anak itu pulang dalam keadaan sangat mabuk hingga pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Dua hari kemudian, barulah Jeno siuman. Itupun dengan tiba-tiba ia membanting seluruh barang. Meraung keras sambil mengumpati Chanyeol.

Jaemin juga tak tahu apa yang Renjun alami disana, tapi anak itu masih berhutang penjelasan. Tentang siapa pria yang dua kali dipergoki oleh si kembar Lee dan apa hubungan mereka.

Lagipula kenapa Renjun tidak menjelaskannya langsung, secara baik-baik?

Baru kali ini ia merasa iba dengan Jeno. Semua rasa sakitnya tentu saja dapat Jaemin rasakan sebagai orang yang paling dekat dan paling mengerti dirinya sejak kecil.


"Ada apa dengan kalian sebenarnya?"


Air matanya jatuh secara cuma-cuma. Membasahi bulu matanya yang panjang serta pipi dan rahangnya yang tirus.

Jaemin memang tak seharusnya ikut campur.

Tapi bisakah ia berharap bahwa Jeno bahagia dengan pilihannya?

dengan Huang Renjun yang selalu pemuda itu muliakan raga dan namanya?



—dengan Huang Renjun yang selalu pemuda itu muliakan raga dan namanya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
APHRO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang