| ⅹⅴ | , "It is rain and I'm lost"

5.9K 559 67
                                    


Lee Jeno bukanlah orang yang sulit ditebak. Pemuda berambut pirang itu memiliki gestur dan ekspresi wajah cukup ketara sehingga kau bahkan tidak perlu mempelajari body languange untuk tahu apa yang sedang ia alami.

Dan dari pandangan Winter, Jeno dan Jaemin adalah dua orang yang bertolak belakang.

Jeno merupakan tipe ekspresif, mudah tersulut emosi sementara Jaemin adalah orang yang suka memendam amarahnya. Selalu bersikap tenang mesti menghanyutkan di dalam.

Kendati begitu, ada satu hal yang cukup ajaib pada si sulung Lee. Suatu hal yang membuat Winter kagum dari awal mengenal.



Saat itu hujan turun dengan lebat, ketika Winter pertama kali mengenal si kembar Lee dengan pakaian tuxedo yang tengah menghadiri pesta pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Saat itu hujan turun dengan lebat, ketika Winter pertama kali mengenal si kembar Lee dengan pakaian tuxedo yang tengah menghadiri pesta pernikahan.

Winter masih sangat muda, kisaran delapan tahun sementara Jeno dan Jaemin sembilan. Cara mereka bersikap membuat Winter kecil tertarik.

Ia terus mengikuti kemana mereka pergi selama acara. Manik indahnya tak lepas barang sedetik.

Begitulah Winter. Ungkapan "curiousity kills the cat" seakan tak berlaku untuknya. Ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok atau mencurigakan.

Sampai pada saat Jeno dan Jaemin berpisah. Winter bingung harus mengikuti siapa, mereka memilih jalan yang berbeda yakni Jeno ke kanan dan Jaemin ke kiri.

Akhirnya setelah berpikir cukup keras, Winter memutuskan untuk mengikuti Jeno lantaran laki-laki itu merupakan saudara yang lebih tua.

Jeno pergi ke toilet laki-laki sehingga membuat Winter kesulitan untuk mengetahui apa yang sedang ia lakukan. Anak perempuan itu mengintip dari sela-sela pintu dan cukup terkejut saat melihat anak laki-laki tengah menyayat kulit seorang pria dewasa yang sudah terbujur kaku di lantai.

Faktanya, Winter bukan seorang anak dari keluarga mafia atau pembunuh bayaran yang memiliki mata jeli. Namun ia tahu bahwa berdasarkan gerak-gerik Jeno, Winter yakin bahwa pria itu bukan orang yang menjadi incarannya sejak awal pesta.

Entah untuk apa. Segala hal yang Jeno lakukan terhadap pria yang lebih tua dapat ia tangkap jelas dari netra mungilnya, dan itu sangat seru.

Ironi sekali seorang anak perempuan yang terkenal lembut menonton adegan pembunuhan keji yang dilakukan oleh anak seusianya yang bahkan belum mencapaijmur genap sepuluh tahun.

Setelah ia rasa Jeno telah menyelesaikan aksinya. Winter mencoba untuk berakting sebaik mungkin untuk mendapat perhatian yang lebih tua. Ia ingin mendapat kemampuan seperti Jeno. Dan ia ingin berteman dengan Jeno, memperlajari banyak hal dengannya.

"Aku melihat semuanya," ujarnya saat Jeno menyeret sekarung besar dengan telefon genggam di tangan kiri.

Anak laki-laki itu menatap sekilas Winter yang sedang bersandar di dinding. Tersenyum penuh arti, membereskan kuku palsunya yang berwarna merah gelap.

APHRO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang