| ⅺ | , What about plan?

6.1K 614 93
                                    


Jeno duduk termenung di ruangannya, menatap persenjataan yang terpajang di dinding—dari ukuran besar hingga kecil.

Tangannya bergerak memainkan champagne yang tersisa separuh. Melekatkannya di mulut lalu menegak cairan tersebut dengan santai.

Ia beralih kepada pelayan pria disampingnya. Menatap dengan nyalang saat si pelayan membungkukkan badannya.


"Cari tahu tentang Renjun dan semua yang terjadi di antara keluarganya," titah Jeno.

"Jika kau melihat hal yang janggal atau pria asing dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh dan wajah berwibawa—cari tahu identitasnya lalu hubungi aku"

Pelayan tersebut mengangguk. Melangkahkan kakinya menjauh setelah dapat izin dari sang tuan. Ia membungkukkan badan sekali lagi sebelum benar-benar menghilang tertelan pintu berwarna coklat.

Jeno menarik nafas panjang. Tangannya yang saling bertaut kini terkepal. Huang Renjun, menjadi satu hal dan satu nama yang berada dalam pikirannya.

Ia kini menoleh ke arah Mark dan Jaemin yang tengah bersantai di sofa. Meminum segelas wine, untuk penyambutan misi baru.

Mereka terlihat tegang dan tidak tenang. Ada apa memangnya? Padahal kemarin-kemarin mereka sudah hampir mati kebisanan karena takmemiliki kegiatan tetap selain makan, tidur, dan berfoya-foya.

"Lee Jeno," panggil yang lebih muda sambil memainkan cairan pekat di gelasnya.

Kedua onyx gelap itu saling beradu, menerka isi pikiran masing-masing. Tapi Jaemin juga tidak tahu. Apa yang ada dalam otak besar kembarannya.

Ia melirik Mark yang kini tengah memejamkan mata, tidak ada niat untuk bergabung. Padahal akan ada hal besar yang terjadi, Jaemin tahu betul apa motif Jeno membawanya mereka kemari dan memanggil banyak sekali pelayan dan bodyguard keluarga Lee.


"Apa yang kau rencanakan?" Tanyanya dengan nada rendah.


Sang kakak tertawa sumbang. Tangannya menyentuh sebuah pigura foto dan mengusap debu yang melapisi benda tersebut setelah ditinggalkan hampir lima bulan di dalam laci. Ia tersenyum kecut.

Malaikatnya telah diambil bukan? Jeno tidak terlalu suka berbagi dengan orang lain, apalagi dengan yang sudah berkecukupan, maka itu ia pasti akan mengambil malaikatnya kembali.

"Kau akan tahu"

Ruangan ala victoria itu tiba-tiba saja lenggang. Jaemin masih setia memperhatikan Jeno yang kini termenung menatap pigura di tangannya.

Ohh, pria itu sedang galau.

Ia benar-benar posesif pada mantan kekasihnya. Bahkan hubungan Jeno dan Renjun dulu benar-benar tidak sehat.

Jaemin tahu semuanya.

Berkali-kali ia tidak bisa tidur karena suara Renjun yang memecah kesunyian.

Apalagi yang mereka lakukan selain sex? Ditambah sedikit perlakuan kasar yang Jeno berikan pada laki-laki mungil itu hanya karena tingkat kecemburuannya yang sudah tidak normal.

Ugh, ia ingin sekali menampar kakaknya itu karena telah menyakiti dewi cantik seperti Renjun, membuatnya menangis saat Jeno memberikan 'hukuman' yang mengerikan. Bahkan Jaemin sendiri tidak akan sanggup menahan seluruh rasa sakit dan kecewa yang Renjun terima, lalu jika sudah seperti itu, mengapa Renjun masih mencintai Jeno? Menagapa ia tak ingin berpisah dengan lelaki bajingan macam kembarannya?

Sudah jelas pria asing yang Jaemin temui tempo lalu lebih baik daripada Jeno. Mengapa Renjun—


Tok tok tok

APHRO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang