im sorry part 2 ( SG )

951 63 5
                                    


.
.
.
.
.
 

HATI-HATI TYPO

.
.
.
.

.
.

.

Suasana di ruang tengah terasa begitu mencekam bagi Tine, yah.. 10 tahun, Tine berusaha keras mengubur luka di masa lalunya. Tapi saat semua mulai membaik, justru luka itu kembali hadir, berdiri dengan sorot mata yang tidak jauh berbeda denganku. Terkejut.

" Mom..!! Dad..!! " Ketiganya mengalihkan perhatian pada satu sosok yang baru saja masuk dengan seragam sekolah yang dipakainya. Bright, memperhatikan bocah laki-laki tersebut dengan seksama. mata, rambut, hidung dan bibir. Bright mengenal wajah itu. Bocah laki-laki tersebut berjalan mendekat dan berlari menyambut rentangan tangan Luke.

" Jagoan Daddy sudah pulang.." Bright terus memperhatikan interaksi Luke dan bocah tersebut, lalu menatap Tine yang berusaha menghindari matanya.

" Mom, dad.. Aku terpilih sebagai kapten basket di sekolah." Bocah itu bercerita penuh antusias. Tine tersenyum lebar walaupun terlihat sangat dipaksakan dan Luke? Tentu saja pria itu berseru senang dan keduanya berhighfive.

" Hmmm, dia siapa dad?" Luke menepuk keningnya, dia hampir melupakan Bright.

" Sam, kenalkan.. dia paman Bright, teman semasa dad kuliah." Bocah yang bernama Sam itu mengatupkan kedua tangannya dan memberi salam pada Bright dengan sopan.

" Sawadhi khap paman.." Bright tersenyum kikuk, saat tangannya hendak meraih rambut coklat Sam. Dengan cepat Tine menarik Sam kesampingnya. Bright dan Luke sempat terkejut dengan sikap Tine yang seakan tidak mengizinkan Bright menyentuh putranya. Bright menarik kembali tangannya yang melayang di udara.

" Sayan---

"Sam.. kau pergi ke kamar ya, ganti baju dan kerjakan tugasmu." Tine menyela Luke yang hendak berbicara dan memberi perintah pada putra semata wayangnya itu.

" Tapi Sam lapar mom, makan dulu ya..?" Bright melihat setiap pergerakan Sam, senyumnya dan caranya merajuk sama persis dengan dirinya saat muda.

" Oke, Sam ganti baju lalu kita makan bersama."Sam berjingkrak kegirangan, tidak mempedulikan Tine yang hendak protes. Lalu dengan terpaksa Tine pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang sesuai yang di minta oleh suaminya.

" Sam.. putra kandungmu?" Bright tidak bisa membuat dirinya terus menerka-nerka. Maka Bright memberanikan diri untuk bertanya.

" Bukan, Sam putra tiriku. Ketika aku menikah dengan Tine Sam berusia 7 tahun." Bright merasa sesak, jantungnya kembali berdegup kencang.

" Maksudmu Tine pernah menikah sebelumnya?" Luke menggeleng. "Tidak" jawaban yang cukup membuat Bright meyakini satu hal.

" Tine hanya gadis lugu yang kurang beruntung karena bertemu dengan pria brengsek dan pengecut." Bright menelan Salivanya susah payah ketika mendengar Luke yang menyebutnya brengsek.

" Kau tahu? Butuh waktu lama bagiku meyakinkan Tine. Lamaranku 5 kali ditolak olehnya. Tapi Tuhan sepertinya kasihan padaku dan.. akhirnya saat Sam ulang tahun yang ke 7, aku mencoba untuk melamarnya kembali dan.. sekarang aku merasa bahagia." Ada nyeri yang menusuk hati Bright ketika mendengar cerita Luke.

" Dad.." Sam mengalihkan perhatian kami, bocah lelaki itu duduk di samping Luke. Bright seakan tengah berhadapan dengan cermin. Melihat dirinya sendiri tapi ketika muda.

" Oh iya, dad hampir lupa. Sam kau tahu? Paman Bright dulu jago sekali bermain basket." Sam melihat Bright dengan mata berbinar dan tak percaya.

" Benarkah? Apa paman dulu juga anggota tim basket?" Mau tidak mau Bright tersenyum dan mengangguk membenarkan pertanyaan Sam.

BrightWin Love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang