10. Make You Smile

14 2 0
                                    

"Kau tak mengerti Mark. Kumohon jangan mempersulit keadaan."

Air mata kembali jatuh di pipi mulus Joey. Mark kini bersimpuh dihadapannya.

"Joey.. Aku tak mengerti mengapa kau memiliki nasib sesial ini. Aku tak sanggup melihatmu selama ini menjadi pihak yang terpijak."

Mark melembut. Ia ikut terbawa suasana malang Joey.

"Pergi dari sini. Alice bisa menemukanmu setiap saat," ujar Joey ditengah tangisnya. Mark menggeleng. "Aku tak peduli."

"Tapi dia pacarmu."

"Dan kau temanku. Akan selamanya begitu. Lagipula dia gadis yang posesif. Aku cukup lelah," raut wajah Mark seketika berubah seakan-akan menunjukkan bahwa ia benar-benar "lelah."

Mendengar itu, Joey tersenyum. Lagipula siapa yang akan kuat berpacaran dengan gadis manja itu. Yang setiap permintaannya harus dituruti. Termasuk menjadi pacar Mark.

Mark menghela napas lega. Ia senang setelah sekian lama-atau bahkan tidak pernah- melihat Joey tersenyum. "Do you want some hug?"

Joey mengangguk. Ia benar-benar membutuhkan pelukan saat ini. Sebuah pelukan yang dapat mengistirahatkan tubuhnya dari rasa lelah yang ditanggungnya selama ini.

Ckrik!

+×+

"Kenapa kau tak mau menerima Mark? Maksudku.. Kupikir dia orang yang tulus ingin membantumu."

Lihatlah bahkan kini Yeonjun berpangku tangan mendengar setiap kata yang Joey ucapkan. Sesekali menghapus air mata Joey bila ia kembali menangis.

"Mark akan terkena sial. Dan ya dia benar-benar sial saat itu. Entah darimana, Alice memiliki foto saat kami berpelukan waktu itu. Lalu ia mengadukannya pada Edward, teman Mark sekaligus ketua geng yang membullyku."

Yeonjun mengerutkan dahi. "Apa hubungannya?"

"Edward anak yang kaya raya. Keluarganya penyumbang terbesar untuk sekolah jadi ia bebas melakukan apa saja di sekolah. Ibu Mark bekerja di perusahaan Keluarga Edward. Merasa dihianati karna telah memilih berada di pihakku, bukan Mark yang harus merasakan akibatnya, melainkan ibunya dikeluarkan dari pekerjaannya."

Yeonjun tak percaya, sekejam itukah? Hidup ini benar-benar penuh drama.

"Tak lama ibunya jatuh sakit dan meninggal. Meninggalkan Mark seorang diri karna hanya memiliki ibu sebagai satu-satunya keluarga yang ia miliki. Andai saja aku mengelak lebih keras saat itu."

Joey kembali menyalahkan dirinya. "Hei? Kau pun juga butuh seorang teman untuk berbagi, Noona. Bahkan setelah keluarga angkatmu memiliki anak kandung, kau dicampakkan, bukan? Itu benar-benar tidak adil."

Joey kembali terisak meratapi nasib hidupnya yang benar-benar sial. "Aku pun tak mengerti apa tujuanku hingga aku dapat bertahan saat ini, Yeonjun. Aku bahkan merasa tak pantas menampakkan diri dihadapan Mark sejak itu. Aku benar-benar pembawa sial."

Tangan Joey mulai memukul-mukul dadanya keras. Ia benar-benar merasa bersalah dan menganggap dirinya sebagai pembawa sial. Yeonjun dengan sigap berusaha menenangkan.

"Hei! Hei! Berhenti noona. Jangan lakukan itu, itu akan menyakitimu. Sudah, tenanglah. Aku akan disini bersamamu," ujar Yeonjun menenangkan.

"Terimakasih Yeonjun"

"Justru aku yang berterimakasih. Kau menceritakan semuanya dan bahkan kau telah bertahan hingga saat ini setelah apa yang terjadi padamu di masa lalu. Sekarang kau aman. Keluarga angkatmu sudah tiada bukan? Sama halnya dengan kesedihanmu, mereka pun telah tiada sejak kau datang kemari untuk menerima kehangatan." Penuturan Yeonjun membuay Joey menghangat.

The Truth Untold (Choi Yeonjun) | End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang