Naruto
Tenten sakit. Itu kabar dari Hinata di esok harinya. Haha! Ini unik. Hampir tidak masuk akal sekaligus menyedihkan.
"Teman sakit 'kok ketawa?"
Soalnya itu lucu. Konyol. Kemarin, Hinata bilang dia melihat hantu, lalu sekarang sakit. Apalagi kalau Hinata marah, keadaannya jadi makin lucu.
Orang lihat hantu bisa sakit jadinya. Baru tahu. Ada yang paham soal hantu-hantuan? Aku muggle, tidak mengerti apa-apa.
"Tidak. Tidak. Maaf." Seharusnya aku tidak boleh terkesan senang di atas penderitaan orang lain. Aku benar-benar bukannya senang Tenten sakit, hanya aneh saja.
Hinata meletakkan buku-bukunya di atas meja, kemudian menggantung tas di gantungan samping meja. Rupanya, dia marah, ingin mencakar muka orang kalau perlu.
Pasti gara-gara aku.
Tidak ingin melihat wajah cantiknya yang ditekuk seratus, aku beranjak dari sana, lalu keluar dari kelas. Ini masih pagi, lapangan sepi dan matahari belum panas.
Dari sudut mata kiri, aku bisa menerka ada sosok orang berambut perak dan badannya tinggi. Dalam pikiranku, itu tidak mungkin Kakashi-sensei karena ini masih pagi dan bisa saja Sensei ada jam mengajar di kampus. Waktu aku melihatnya baik-baik, ternyata memang benar si dosen matematika itu sedang berjalan ke arah sini.
.... Kemudian, ia diam di belakang punggungku. Aku berhitung; satu ... dua ... tiga ... hingga sepuluh, barulah Kakashi-sensei beranjak. Tidak tahu ke mana dia pergi, aku tidak peduli.
Tapi mengapa aku merasa seperti ... sulit sekali dibahasakan. Berada sedekat itu dengannya sama sekali tidak aman. Kakashi-sensei seperti mencuil-cuil seluruh daging di tubuh, lalu menghamparkannya di lapangan─ungkapan tersadis bermakna menyibak rahasia gelap manusia.
Padahal aku tidak punya rahasia. Tidak ada rahasia. Tidak!
Kemudian, terdengar teriakan dari arah toilet. Orang-orang melongo di lorong, jendela-jendela kelas dibuka dan kepala orang bermunculan, penasaran siapa yang berteriak demikian keras seperti kesurupan.
Omong-omong, Sakura bunuh diri di toilet itu. Mungkin hantunya belum tenang dan ingin balas dendam. Lagi-lagi klasik, arwah penasaran yang tidak tenang matinya dan menyerang orang lain. Sekolahku akan tenar dengan isu horor.
Harusnya aku ke sana seperti puluhan murid lainnya, tapi aku memilih masuk kelas lagi. Hinata masih di tempatnya, menatapku tajam sedang Kakashi-sensei berdiri di sebelahnya. Oh, dia pasti baru masuk.
"Aku sudah memikirkan ini masak-masak," ungkapnya tiba-tiba. "Aku ingin putus denganmu!"
Kenapa? Kok tiba-tiba? Apa-apaan ini?
Harusnya aku berkata begitu tapi aku diam. Sementara orang sekelas menyerobot keluar, penasaran dengan pekikan demi pekikan dari arah toilet, aku mematung di pintu.
Aku diusir ... dari surgaku. Tapi, jika surgaku ada di dunia, ke mana aku harus pergi?
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER ITU TIDAK ADA DI TOILET SEKOLAH
FanfictionMonster itu muncul di toilet lantai dua dan menyerang Hinata. Naruto pun memburu si monster. Tapi dia tidak sadar, monster itu tidak ada di sana. Special for NaruHina Dark Days 2020 "Monster yang Bukan Monster" Characters ©️ Masashi Kishimoto Fanart...