Faldhita #04

1.2K 128 0
                                    

Fal terbangun dari tidurnya. Tak segera dibukanya kedua mata. Rasa pusing mendominasi isi kepala. Hal lumrah bagi Fal jika telah menguras isi dari kantung air mata. Tangan kanan Fal terangkat ke arah kepala kanannya, yang berdenyut nyeri.

"Ahhh...," keluh Fal geram. Rasa sakit itu kian menusuk. Fal benci akan hal itu. Hal yang membuatnya benci menangis.

Lemah. Bagi Fal, menangis hanya membuatnya terlihat lemah dan bodoh.

Fal memaksakan diri untuk beralih duduk. Masih dengan tangan kanan menyentuh kepala, Fal bangkit dengan satu mata terpejam. Kali ini, ras sakit itu mendominasi kepala bagian kanannya.

Fal beranjak menuju meja belajar. Membuka salah satu laci kecil. Berniat untuk meraih sebuah botol obat.

Belum sempat jari-jarinya membuka tutup botol obat, Fal merasakan pandangannya mengabur dan berubah gelap seketika.

...

Fal perlahan membuka kedua matanya. Ruangan berdominasi warna putih menjadi pemandangan pertama baginya. "Huh, pasti gue di rumah sakit lagi," keluhnya dengan nada pelan.

"Dasar lemah!!!" maki Fal pada diri sendiri. Disibaknya selimut. Berusaha untuk duduk. Menahan sakit yang masih mendera kepala kanannya. Diusapnya wajah sekilas. Tersenyum sinis pada jarum infus, yang bertengger di punggung tangannya.

"Hei, Cil. Sudah bangun?"

Suara lembut Abey, membuat kepala Fal berputar pelan. "Tadi lo pingsan, jadi gue buru-buru bawa lo ke rumah sakit."

Abey beranjak dari sofa, yang memang tersedia di kamar inap Fal. Mendekati sang 'Putri Kecil'. Tersenyum. Diusapnya dengan penuh kasih puncak kepala Fal. "Kalau lo ngerasa sakit, lo bisa minta tolong gue. Untung gue tadi ke rumah lo."

Fal menepis sedikit kasar tangan Abey. "Kenapa harus ke sini lagi? Gue cuma pingsan. Apa enggak bisa lo cukup tunggu gue sadar di rumah? Kesannya gue punya penyakit parah, yang sewaktu-waktu bisa kambuh dan bikin gue mati seketika."

Tatapan dingin Fal membuat Abey menghela napas. "Maaf, Fal. Gue cuma terlalu takut lo kenapa-napa. Bukan maksud gue anggap lo begitu."

"Gue mau pulang!!! Sekarang!!! Gue cuma pingsan jadi enggak butuh nginap di sini!!!"

Abey menghela napas dan mengangguk.

...

Beberapa saat kemudian ....

Sesampainya di rumah, Fa bergegas beranjak menuju kamarnya. Tak dihiraukannya Abey, yang sudah bersedia menyertainya pulang.

Fal membuka pintu perlahan. Seperti biasa, pojok hitam selalu menjadi pemandangan pertama bagi siapapun, yang memasuki wilayah pribadi Fal.

Fal masuk dengan segera ke dalam kamar. Mengunci pintu kamar. Tak ingin diganggu.

Fal meraih ransel, yang masih tergeletak di atas tempat tidur. Membukanya untuk mencari buku kuliahnya. Berusaha mencari pengalihan dari kekesalannya.

Kedua alis legam Fal menyatu saat mendapati sebuah benda asing di dalam ranselnya itu.

"Kapan ini ada di tas gue?" tanya Fal dengan nada bingung. Menarik keluar sebuah kotak musik antik dari dalam ranselnya. Memandangi kotak musik itu seraya berusaha mengingat sesuatu.

"Maria ...," gumam Fal saat sadar akan sesuatu.

"Pasti cewek itu yang masukin ke tas gue. Keras kepala banget tuh cewek. Dikira gue enggak mampu bayar benda ini apa!?" gerutu Fal dengan kesal.

Fal menghempaskan kotak musik itu ke samping tubuh. Masih aman karena masih berada di areal empuknya tempat tidur.

"Kenapa lo baik sama gue, Maria? Apa lo benar tulus mau berteman sama gue? Atau lo sama kayak yang lain? Mendekat cuma untuk memenuhi rasa penasaran mereka akan diri gue yang aneh ini."

Faldhita (GxG Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang