Bab 14 : Mutiara Dalam Cangkang

33.6K 2.9K 380
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Budayakan vote sebelum membaca, perbanyak komentar untuk mengapresiasi penulis ❤

*Happy reading*

***


"Cangkang akan hidup selama Mutiaranya bersinar."

~ Amir Malik Elfathan


"Aku menunggunya dan akan setia menunggunya."

Deg!

Perkataannya seperti ujung tombak yang tertancap tajam di ulu hatiku, menusuknya lebih dalam sampai rasa sakitnya terasa luar biasa. 

Lalu untuk apa menikahiku? Untuk apa bersikap menjadi suami yang mencintaiku jika pada kenyataannya masih menunggu sepupunya itu? Dia ingin mempermainkan pernikahan ini? Mempermainkan hatiku? Atau mungkin akan memaduku nantinya? 

JDERR!

"Aaa!" Aku berteriak ketakutan saat tiba-tiba saja suara petir menggelegar begitu dahsyatnya. Aku menutup telinga rapat-rapat serta menangis sekencang mungkin. 

"Kayla, jangan tutup telinga!" Dia melepas paksa kedua tanganku di telinga kanan kiri berganti memelukku begitu erat, menenangkanku yang masih menangis. 

"Hey, hey, Kayla. Ada aku disini. Sst ... sst." Tangannya bergerak mengelus rambutku, "Jangan takut."

"Subhanalladzi yusabbihur ro'du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih," Suara doa lirihnya terdengar kemudian. 

Bukannya tenang aku semakin menangis di dekapannya. Sedari kecil aku memang selalu ketakutan jika mendengar suara petir, tetapi biasanya tidak sampai seperti ini, yang terus menangis tanpa mau tenang. Hatiku sakit dan tidak rela mendengar fakta dia masih menunggu sepupunya itu, demi Allah aku tidak rela. 

"Kayla, aku disini. Bersamamu disini," imbuhnya lagi menenangkanku. 

Aku justru kesal dengannya. Kenapa harus memelukku begitu sayang jika pada kenyataannya dia mempermainkan pernikahan ini? Sakit sekali, Ya Allah. 

Tak lama kemudian aku menarik diri lebih menjauh, mengusap air mataku sambil berusaha meredakan tangis. 

Tetapi kesepuluh jemarinya tiba-tiba menangkup rahangku, "Aku disini."

Hening.

Masih hening.

"Masih ingin mendengar lanjutan jawabanku?"

Jantungku melonjak tinggi saat dirinya bertanya mengenai perihal itu. Jujur aku masih tidak siap, jujur aku masih tidak rela mendengar semuanya sebentar lagi. 

"Aku menunggunya dan akan setia menunggunya." Tanpa mendapat jawabanku dia tetap melanjutkannya, "Tapi beberapa bulan setelah itu aku tidak sudi menunggunya. Sebuah fakta menyakitkan membuatku jijik mempertahankan hubungan ini."

Astaghfirullah! Aku telah berprasangka buruk dan salah paham padanya. 

"Mengkhianatiku, dia menjalin hubungan asmara dengan lelaki lain disana. Menyembunyikan alasan mengundur pernikahan dibalik perselingkuhannya."

Aku tertegun, tertuju pada wajah pria di hadapanku ini tanpa ingin berpaling. 

"Namun takdir Allah begitu sempurna, menggantinya dengan jauh yang lebih baik. Allah mempertemukan dengan sosok wanita di depanku ini, sosok wanita yang berhasil membuatku kagum dan tertarik. Sosok wanita bernama Kayla Nisrina Humaira."

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang