2.Sah

107 13 4
                                    

Cinta hadir karena sebuah kenyamanan, tetapi jika nyaman karena sebuah ketikan berarti anda memang baperan
-Es batu keldos-


Gak pernah kebayang kalo akhirnya gue sah menjadi sepasang suami istri sama duda bergelar S.Ked itu bahkan ga ada cinta sedikitpun. Miris bukan?
Dua hari menjadi seorang istri gue berusaha menjalankan kewajiban yang sebenarnya gue ga paham sama sekali.

"Mau makan apa pak?"

"Tidak ada panggilan lain yang lebih cocok?"

"Itu udah sangat cocok pak"

dimana letak ketidakcocokanya?

"Cocok dari mana? kamu anggap saya ini bapak-bapak jelas umur kita hanya beda 8 tahun."

"8 tahun jauh loh pak"

"Terus aja ngelawan biar saya semakin yakin buat memperkarakan kecerobohan kamu itu."

"Segelas kopi doang kok pak ribet amat elah"

"Oh kamu be.."

Aduh gustiiiii rasanya pengen garuk gigi buaya.

"Eh iya mas aku becanda kok" kata gue menahan kesal

"Jadinya mau makan apa?"

"Apa kamu tidak sadar kalo pertanyaan kamu ini terlalu monoton?"

Emakkk!! Mau pulang ajaaa.

"Mau makan apa mas?. Nasi goreng ada, ayam goreng ada, telur goreng pun sudah ada"

Bener-bener ngada harga dirinya banget gue tapi ekspresi ni orang malah datar-datar aja.

"Terserah"

"Yaudah ayam ya"

"mas maunya besar apa kecil ?"

"Apanya?"

"Ayamnya"

"Standar"

"Mau paha apa sayap"

Gibran mencoba sabar "Sayap!"

"Di goreng sampe kriuk kres apa nggak mas?"

Kesabaran Gibran habis, "Kalo masih nanya saya give away juga tu mulut!"

"Haha si es batu keldos bisa becanda juga!"

Setelah menunggu lama akhirnya gue kembali tapi dengan tangan kosong.

"Mas ayamnya habis adanya ikan gimana?"

"Yasudah ikan"

"Tapi mas saya lupa"

"Lupa apa?"

"Lupa kalo saya ngabisa masak."

"Yasudah duduk! saya pesankan makanan online saja." Muka Gibran memerah menahan amarah

Haha mampos gue kerjain.

"Iya gue minta maaf ya mas"
"

Eh iya aku minta maaf udah ngomong pake gue, lagi pula aku sudah terbiasa mas susah."

"Hal tidak sopan ko dibiasain!"

'Lo aja kali yang kudet pake acara bilang ngak sopan' batin gue memajukan bibir

Disaat tengah menyantap makanan gue justru bertanya hal yang tergolong konyol kata orang-orang tapi wajar sih kalo menurut gue.

"Mas aku mau nanya"

"Kalo makan jangan sambil ngomong."

'Baru dua hari jadi suami aturanya udah banyak banget, ampun gue mah' mulut gue komat-kamit seakan ingin menonjok mulutnya.

"Makannya udah mas?"

"Kalo sudah tau ngapain nanya?"

"Iya maaf mas"

"Tadi mau nanya apa?"

"Mas sama aku kan sudah nikah tapi,, kenapa semalem mas ngak ngapa-ngapain aku?"

Gibran mengerutkan alisnya "emang kamu mau saya apa-apain?"

"Dih enggak lah mas!"

"Tenang saja. Anu saya tidak mudah berontak tapi sekali berontak ganasnya tidak ada lawan"

Gibran menunjukan ekspresi yang membuat orang ambigu "Jangan gitu mas!"

"Saya tau kalo kamu masih dibawah umur mana mungkin saya berani ngapa-ngapain kamu." Jelas Gibran
"Lagipula saya nikahin kamu karna saya tidak tega melihat kamu masih kecil tapi harus bekerja, padahal tugas kamu itu seharusnya fokus sekolah dan urusan kerja biar orang tua kamu saja." Tambah Gibran

"Berati mas nikahin aku karena rasa iba? Maaf aku nggak butuh rasa kasian dari mas."

"Kamu mau kemana?"

"Kalo sudah tau ngapain nanya?" Gue menggulang perkataannya tadi

"Ngapain kerja? saya sudah bilang atasan kamu kalo kamu mengundurkan diri!"

"What?! gimana sih mas asal banget ngundurin orang gak tau kali ya aku nyari kerja itu susah payah! gimana aku menuhin kebutuhan hidup dan sekolah aku?"

"Nurut saja perintah saya! kamu akan tetap sekolah seperti remaja-remaja lainnya bedanya kamu harus melayani saya."

"Mas nganggep aku pembantu?"

"Kalo sudah tau ngapain nanya?" Gibran mengulang perkataanya lagi.

Hftt,,, sial banget sih! kenapa gue harus nikah sama duda nyebelin ini kelamaan hidup bareng dia bisa mati gue.


Minta kritik dan sarannya

Vote and coment

Makasiii

Es DurenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang