[1]

95 36 7
                                    

.
.
.

"Bintang bersinar cerah, dan angin berhembus tenang. Semoga mimpimu secerah bintang, dan jiwamu setenang hembusan angin"

.
.
.

Follow ya sebelum baca

.
.
.

Happy reading
.
.
.
Typo bertebaran






















Mentari pagi yang menghangatkan kota, menembus jendela dan menerangi ruangan. Jam menunjukan pukul 06.15 WIB, namun sang penghuni ruangan itu masih setia dengan mimpi indahnya di pagi hari dan selimut yang menutupi badannya. Namun semua itu sirna saat suara teriakan seseorang memasuki gendang talinganya.

"DIAN BANGUN BEGO."

Yang bernama Dian hanya berdehem dan mengganti posisi tidurnya sehingga membuat seseorang yang berdiri di pinggir tempat tidur mendengus kesal.

"DIAN BANGUN WOY LO GAK MAU BERANGKAT SEKOLAH?"

"Masih pagi lo ganggu aja Na. Sono tidur lagi," jawabnya tanpa membuka matanya. Sedangkan yang di panggil 'Na' hanya bisa melongo.

"Pagi pala lo. Udah jam 06.15 lo bilang pagi?"

Dian bangun dari tidurnya dan langsung melihat ke arah jam dan-

Kaget

Itulah yang Dian rasakan sekarang.

"ANJIR KENAPA LO GAK BANGUNIN GUE BEGO!" Dian berkata sambil berlari kearah kamar mandi.

"Lo yang tidurnya kaya kebo. Gue udah bangunin lo setengah jam yang lalu. Dah sana mandi."

"TUNGGUIN GUE!"

"Anjir nih anak kerjaannya teriak-teriak mulu. Kalau telinga gue rusak gimana?" Ia berguman sambil menggelengkan kepalanya dan beranjak dari kamar Dian dan kedapur untuk sarapan.

Sesampainya di dapur, sudah ada mamanya yang sedang mempersiapkan makanan untuk sarapan, ada sang ayah juga yang sudah rapi menggunakan jas kerja sambil membaca koran di pagi hari, dan seorang lelaki menggunakan seragam sekolah sedang duduk sambil bermain ponsel.

"Pagi semua."

"Pagi juga sayang," jawab mamanya yang masih mempersiapkan sarapan untuk mereka.

"Sendiri? Dian mana?" Tanya sang ayah sambil menutup koran yang ia baca dan meletakanya di atas meja.

"Lagi mandi. Baru bangun dia," jawabnya dan setelahnya ia mendudukan diri di tempat duduk yang masih kosong.

Tidak lama kemudian sarapan yang di siapkan mamanya pun siap santap semuanya.

"Nah sudah. Ayo sialahkan makan," ucap mamanya menyuruh semuanya makan.

"Selamat makan."

"Selamat makan."

Hening.

Hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring. Sampai pada akhirnya seseorang keluar dari kamarnya dan-

"DINA LO LIAT ALMAMATER GUE GAK!?"

"Mana gue liat. Emang lo taruh di mana?" Tanya seseorang yang bernama Dina.

"Di lemari," jawabnya sambil melangkah menuju meja makan dan mendudukan dirinya di samping lelaki yang menggunakan seragam sekolah yang sama denganya yang masih fokus dengan makannya.

"Masa sih gak ada?" Tanya sang ayah yang bingung. Pasalnya baru kali ini Dian pagi-pagi sudah ribut tentang seragam sekolahnya.

"Gak ada ayah, tadi Dian udah cari-cari tapi gak ada," jawabnya sambil mengambil sayur yang mamanya siapkan.

"Ya udah sini, mama bantu cari," mamanya berkata dan berjalan mendahului Dian.

Saat Dian berdiri dan akan menyusul mamanya, suara Dina membuatnya berhenti, "nametagnya udah?"

Dian berhenti dan berbalik menghadap Dina dengan mengambil benda persegi panjang dari saku celananya setelahnya memperlihatkannya kepada Dina. Setelah Dina menganggukkan kepala Dian pun berjalan lagi untuk menyusul mamanya.

Dari pintu kamar terlihat pintu lemari yang terbuka dan ada seseorang yang berdiri sambil mencari sesuatu.

Dian berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil tas sekolahnya. Setelah itu dia berjalan kearah mamanya dan-

"Ini apa?" Tanya mamanya sambil memeperlihatkan jas sekolah berwarna abu-abu.

Dian kaget?

Ya jelas.

"Ehh, tapi tadi Dian cari gak ada mah."

Mamanya berjalan mendekat dan menyerahkan jasnya kepada Dian, "jangan alesan kamu. Bilang aja gak mau berangkat sekolah."

"Bener kok mah, tadi gak ada."

Mamanya tersenyum dan berkata, "udah gak usah ngelak. Sana turun sarapan, nanti kesiangan."

Dian pun keluar kamar untuk melanjutkan sarapannya yang tertunda.

Sesampainya di meja makan, hanya ada ayahnya yang sedang sarapan sendirian.

Sendirian.

SENDIRIAN.

SENDIRIAN.

S E N D I R I A N.

Kenapa bisa ayahnya sarapan sendirian?

Dan dimana dua manusia yang sarapan bersamanya tadi?

Dian pun melangkahkan kakinya menuju meja makan dan mendudukan dirinya di tempat duduk yang ia duduki sebelumnya.

"Kok ayah sendirian? Dimana Dina sama Kak Ferli?" Tanya Dian saat selesai menelan makananya.

"Mereka sudah berangkat."

"SERIUS?!" Tanyanya sambil meletakan sendok diatas piring dengan tidak selow dan membuat ayahnya kaget, bersyukur karena nggak punya penyakit jantung. Maklumlah, Dian suka ngegas kalau sama kaluarganya gaes. Apalagi sama kakaknya.

Ayahnya yang kaget hanya bisa mengelus dada, sedangkan Dian bergegas menyelesaikan sarapannya. Dan mengambil kunci motor dan helm, tak lupa ia berpamitan kepada ayahnya.

Sesampainya di parkiran motor, Dian menaiki motornya dan langsung tancap gas menuju sekolahannya.






***











To be continue..



















Menurut kalian cerita ini gimana?
Maaf kalau chap 1 nya aneh atau gaje, aku usahain chap selanjutnya gk aneh dan bosenin.

Vomment juseyo

Girl or Boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang