.
.
.
.
."Bukan kesabaran jika masih mempunyai batas. Bukan keikhlasan jika masih merasa sakit"
.
.
.
.
.Happy reading
.
.
.
.
.
Typo bertebaran
***
Sesampainya di sekolah sudah ramai oleh siswa-siswi yang berlalu lalang untuk mencari kelas mereka masing-masing.
Dian melajukan motornya menuju parkiran motor. Setelahnya ia bergegas menuju kelas 11 IPA 2 yang berada di lantai dua, tidak lupa ia membawa helmnya agar tidak hilang atau tertukar.
Di sepanjang koridor yang Dian lewati ada saja seseorang yang membicarakannya, terutama siswa perempuan. Mulai dari membicarakan penampilan dan jangan lupa sifat dingin dan wajah datarnya yang selalu ia pasang. Bahkan beberapa meter di belakangnya ada siswa perempuan yang mengikutinya hanya untuk sekedar ingin mengetahui kelasnya, ingin bicara denganya, dll. Mungkin hanya beberapa dari mereka yang beruntung bisa bicara dengannya dan di balas dengan nada yang biasa. Sedangkan yang belum beruntung mungkin karena di balas dengan nada yang dingin dan terkesan cuek.
Siapa sih anak sekolah sini yang tidak kenal dengan Dian Oktavian? Bahkan hampir setiap penjuru sekolah ini tau. Baik guru, murid, satpam, bahkan penjaga sekolah juga tau. Semua guru tau? Tentu saja. Dia sering mampir ke ruang BK dengan kasus yang sama dan dengan anak kelas bahasa yang sama. Berandal dong? Gak juga. Dia anak baik-baik kok, cuma anak kelas bahasa aja yang sering ngajak ribut. Kalau semua guru kenal, semua murid kenal dong? Tentu saja kenal.
Tentang sifat dingin itu Dian bakal dingin sifatnya kalau sama orang yang tidak dia kenal atau orang yang tidak dekat dengannya. Kalau sudah kenal terus dekat dia bakal buang sifat dinginnya jauh-jauh dari orang tersebut.
Kalau soal wajah datar, Dian bakal pasang wajah datar kapan saja. Terutama kalau di sekolah. Kalau di rumah dia biasa saja.
Dian berhenti di depan pintu kelas yang bertulisakan 11 IPA 2. Melihat kearah kelas sebelah, ternyata saudaranya sudah sampai dan sekarang sedang bercanda dengan temannya.
Dian memasuki kelasnya dan mendapati kelasnya sudah ramai karena hampir jam 7.
Dian mengedarkan pandangannya dan berhenti di seseorang yang sedang mengobrol dengan teman lainnya.
"Abdi."
Yang dipanggil menengok kearah sumber suara dan melambaikan tangan.
"Dian, Sini."
Muhammad Abdillah teman cowok yang menurutnya paling gila dan bar-bar sekaligus paling alim(?). Abdi itu tipikal cowok yang humoris, kocak, seru dan senyumannya itu manis tapi sayangnya gila. Mungkin yang di lihat sekilas orang-orang dia itu cowok ganteng, baik, dan kalau lagi senyum mirip Darren Chen aktor China. Tapi di balik itu semua dia gak mau mengalah dengan mudah, sering godain cewek sana-sini. Banyak cewek yang baper karena dia, tapi dia gak mau tanggung jawab. Dia bilang, "emang gue hamilin lo? Lagian salah siapa lo baper."
Dian pun menghampiri seseorang yang bernama Abdi dan duduk di sebelahnya.
"Siang banget lo berangkatnya?" Tanya salah satu teman yang tadi mengobrol dengan Abdi yang bernama Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl or Boy?
Teen FictionCerita keseharian tentang cewek tomboy dan para sahabatnya. Apa yang akan mereka lakukan untuk hari ini atau esok. . . .