10. Kencan?

107 27 1
                                    

"Apa kau tahu jika Leedo tak ada di Barak semalam?" ucapan Xion membuat Hwanwoong menoleh. Pria yang tadinya tengah bersantai setelah semalaman suntuk berjaga dekat perbatasan itu mulai ikut hanyut dalam percakapan.

"Tidak, memangnya dia pergi kemana?" Hwanwoong bertanya kembali sebagai jawaban.

Xion sedikit mendekat, mencoba berbicara sepelan mungkin agar tak ada satupun telinga yang mencuri dengar. "Aku melihatnya semalam ... ia sedang berkencan dengan Putri Tatiana."

Kedua mata Hwanwoong terbuka lebar, "Benarkah?"

Senyuman Xion mengembang, berbentuk setengah mengejek, "Tidak, aku berbohong," balasnya ringan.

Wajah Hwanwoong seketika berubah menjadi masam dengan respon Xion. Sontak saja, kakinya menendang tubuh Xion dan membuat raga rekan prajuritnya itu sedikit tersungkur ke belakang.

"Jangan membicarakan orang lain seperti itu, prajurit mana lagi yang gemar bergosip selain kalian?" suara Ravn yang tiba-tiba menginterupsi membuat pertengkaran kecil dari dua prajurit itu terhenti. Mereka saling menatap, diam-diam mengiyakan penuturan dari rekan sesama prajurit mereka.

"Itu benar, kami prajurit langka!" seru Hwanwoong bangga.

Ravn berdecak kesal. Prajurit yang satu itu memang kerap kali membuat kesabarannya menipis. Sayangnya, mereka bertiga kerap kali di satukan dalam jam jaga yang sama, seolah Ravn sedang diuji kesabarannya. "Ayolah, berhenti membicarakan mereka—"

"Permisi."

Diskusi ringan yang lebih mengarah pada gosip itu terhenti. Mereka menoleh pada asal suara yang baru saja terdengar. Mulut Hwanwoong kaku, raganya refleks menunduk hormat pada si pemilik suara yang baru saja datang. Xion dan Ravn melakukan hal yang sama; hormat pada putri raja yang baru saja tiba.

Leah memberi jeda, membiarkan netranya berkelana mencari satu raga. "Aku sedang mencari Leedo, apakah kalian tahu ia di mana?" Pada akhirnya, tujuan Sang Putri terdengar.

Ketiga prajurit itu menegakkan badannya dengan sikap yang masih menjunjung tinggi hormat yang ada. Selanjutnya, Hwanwoong yang pertama kali bersuara, "Leedo sedang bertugas di perbatasan, petang nanti baru kembali. Jika saya boleh tahu, ada urusan apa Tuan Putri mencarinya? Bila ia sudah kembali, akan saya sampaikan."

Leah menghela napas kecewa, "Sebenarnya ini juga bukan hal yang penting, aku hanya ingin di temani untuk pergi ke dekat hutan utara."

Ravn berlutut, "Izinkan saya yang menemani Tuan Putri," tawaran terdengar darinya.

Leah menatap prajurit itu secara rinci. Ia mengenalnya, beberapa kali pula berpapasan saat tengah berada di istana. Gadis itu menimang, takut bila prajurit itu memiliki pekerjaan yang lebih penting di bandingkan menemaninya berjalan-jalan sebentar. Namun detik setelahnya, Leah mengangguk setuju. Ia bersuara, "Baiklah."

Gadis itu pergi dari sana, membuat Ravn mengikutinya dari belakang dengan pedang yang masih tersarung sempurna di pinggang. Xion menatap kejadian itu, merekamnya di dalam kepala. Ia curiga, Ravn tahu sesuatu. Ini bukan kali pertama Ravn menegur mereka—juga niat untuk menemani putri Tatiana. Xion tahu, Ravn selalu mengawasi Leedo dan Putri Tatiana dari tempatnya berada. Entah apa yang pria itu lindungi, cerita atau mungkin salah satu dari mereka.

Putri Tatiana dan Ravn sudah sepenuhnya pergi dari Barak. Suara embusan napas lelah milik Hwanwoong terdengar. Ia kembali berbaring dan menikmati waktu istirahatnya sejenak sebelum benar-benar kembali bertugas.

"Kau tahu, melihat Putri Tatiana mencari Leedo secara langsung membuatku iri," tutur pria itu agak sedikit lirih.

Xion menatap rekan sesama prajuritnya dengan datar, "Sudah aku bilang mereka berkencan."

PARTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang