16. Pertunangan

80 22 14
                                    

Telinga Leah masih berfungsi dengan baik, langkah kaki yang beraturan dan suara bising dari luar pintu menara terdengar cukup jelas dan membuatnya sedikit waspada. Langkah kaki itu terdengar berbeda dari biasanya—terlalu terburu-buru, seolah akan memangsanya. Pintu menara yang berhari-hari hanya dibuka untuk memberikan makanan kepada Leah tiba-tiba terbuka begitu saja dengan suara yang keras.

Ada tiga—atau mungkin empat prajurit yang melenggang masuk begitu saja, langsung mengikatnya dengan cepat, dan menarik gadis ringkih itu keluar secara paksa. Tanpa sepatah kata pun, tanpa menyuarakan alasan sedikit pun mengenai aksi mendadak ini. Leah tak mengerti, proteksi dalam dirinya aktif begitu saja. Raganya memberontak kecil, dilanjutkan dengan suaranya yang berseru kencang, "apa yang kalian lakukan? Berhenti menarikku seperti ini!"

Namun prajurit itu enggan berhenti. "Putri, kami mohon kerjasamanya. Kami pun tidak ingin menyakitimu jika kau tidak memberontak," ucap seorang prajurit dengan nada sedikit memohon walau tidak berniat melonggarkan pegangannya pada Leah.

Gadis itu menggeleng—tidak mau menurut, raganya pun semakin kuat memberontak walau kalah jumlah dan tenaga. "Aku perintahkan kalian untuk berhenti menarikku dan lepaskan ikatan ini! Aku adalah Putri Raja, tapi kalian memperlakukanku seperti budak." Seruan Leah tak berhenti. Namun ia di abaikan oleh prajurit yang lebih memilih menyelesaikan titah raja dengan membawa Leah menuju istana.

Ia pikir semua akan selesai begitu saja setelah prajurit itu menyakitinya dengan pergelangan tangan yang di ikat—persis saat ia pertama kali di bawa ke istana. Namun ternyata, lebih dari itu. Beberapa ruam di kulitnya muncul, tali kasar itu menyakitinya.

Leah di bawa pergi, di tarik dengan keadaan mengenaskan. Gaun pestanya sudah kotor, begitu pula rambutnya yang berantakan. Leah yakin wajahnya pun jauh dari kata sempurna. Ia mungkin sudah terlihat seperti budak yang kabur meski sebenarnya ia adalah Putri Raja yang terhormat.

Gadis itu dibawa ke istananya. Ia sedikit didorong untuk masuk ke kamarnya. Tepat seperti dugaan Leah, di kamarnya, sudah menunggu dayang-dayangnya serta beberapa pelayan. Pandangannya sempat menangkap gaun mewah yang dipamerkan dengan bangga. Ayolah, apakah ini waktu yang tepat untuk meletakkan gaun itu di kamarnya? Di saat Leah sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi?

"Baginda Raja mempercepat pertunanganmu, malam nanti acaranya akan di gelar."

Leah terkejut bukan main begitu mendengar pemberitahuan yang disampaikan dengan dingin itu. Jiwanya terguncang seolah-olah baru saja di lempar ke dalam kenyataan yang paling pahit di antara yang terpahit. Pemberitahuan yang disampaikan itu sama sekali tidak terdengar memiliki belas kasih, seolah sama sekali tidak peduli pada gadis yang penampilannya kacau ini.

"Kalian pasti bercanda," gumam Leah pelan atas ucapan kepala dayang. Ia ingin menolak untuk percaya dengan seluruh tenaga yang tersisa dalam dirinya setelah dikurung.

Namun di luar kendalinya, dayang itu menoleh sembari berujar, "tidak, Kita harus bersiap-siap. Mari, Tuan Putri."

Raga Leah di boyong oleh sekumpulan dayang, salah satunya berujar dengan prihatin, "Astaga, Tuan Putri. Pipimu menjadi tirus sekali dan rona wajahmu menghilang. Aku turut sedih dengan segala yang kau hadapi. Tapi tenang saja, Tuan Putri. Yang Mulia Putra Mahkota pasti akan membahagiakanmu!"

Lagi-lagi ucapan seorang dayang membuat Leah tak habis pikir. Dari sisi mana Putra Mahkota terlihat baik? Dari sisi mana seseorang yang ingin merebut kerajaan orang lain terlihat baik? Dan dari sisi mana, seseorang yang manipulatif bisa membahagiakan? Namun sayang, hanya itu satu-satunya perhatian yang ia dapatkan walau secara tidak langsung dayang itu secara penuh menyetujui perjodohan Leah.

Sejujurnya, gadis itu bahkan belum sepenuhnya pulih setelah dikurung di menara yang sepi dan gelap. Dan sekarang ia malah harus dihadapkan dengan fakta harus bertunangan dengan seorang Putra Mahkota yang sebelumnya menjadi alasan tubuhnya kabur ke tempat yang berbahaya. Selain itu, menjadi alasannya dikurung di tempat yang menyengsarakan itu.

PARTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang