Si "Tepat waktu"

247 18 0
                                    

"Dasar tukang telat! Mana hari pertama lagi," Shani mendengus kesal saat kekasihnya lagi-lagi datang lewat setengah jam dari yang di janjikan.

"Kita bisa telat tau Ge kalo kamu molor 15 menit lagi," Celotehnya sambil mengambil helm yang di sodorkan Gege, pacarnya.

"Tukat telat gini juga lu sayang."

"Heleh," Shani menepok belakang helm Gege setelah naik di jok belakang.

"Heran, punya pacar cakep iya galak juga iya," Gege menyalakan motornya, lalu berangkat pergi.

Shani memejamkan mata, kedua tangannya ia rentangkan lebar. Hembusan angin yang menerbangkan helai-helai rambutnya ia rasakan dengan seksama. Ia selalu melakukan ini setiap berangkat dan pulang sekolah.

Gege melirik kekasihnya itu melalui pantulan kaca spion motor tuanya, senyum perlahan mengembang dari cowok yang bulan depan berumur 18 tahun itu. 

15 menit berlalu sampai akhirnya mereka berdua sampai ke sekolah.

Shani bergegas menuju kelasnya, ia berlari tanpa mengabaikan beberapa murid lain yang menyapanya sepanjang sekolah. Ia memang cukup populer. Paras yang cantik, selalu masuk peringkat pararel, baik dan murah senyum, dan juga keluarganya yang merupakan orang berada. 

Bisa dilihat di semester 1 kemarin, baru saja 4 bulan dia masuk sebagai murid, sudah hampir semua murid tahu dirinya. Termasuk cowok yang sekarang jadi kekasihnya, Gege, Anak kelas 2, Wakil ketua OSIS dan juga kapten tim basket yang hampir sama populernya dengan dia.

Ia langsung meletakkan tasnya dan duduk bersandar, mengatur nafas agar paru-parunya bisa menghirup oksigen dengan lebih santai.

"Buset dah, olahraga kan masih abis olahraga nanti. Kenapa lu udah ngos-ngosan aja dah Shan?" Celetuk Jinan, cewek yang sudah menjadi teman baiknya sejak SMP.

"Gua...takut...telat...hhhhh," Ucapan Shani terpotong nafasnya yang tak beraturan itu.

"Heran gua, cowo lu ngapa telat mulu sih?"

"Gatau juga deh gua."

"Jangan-jangan begadang vidcall-an sama cewe lain pas lu udah tidur," Jinan memicingkan matanya.

"Ngaco," Shani memukul pelan kepala temannya dengan buku.

"Nih, gua tau lu pasti belum ngerjain PR Fisika kan?" Sambungnya.

Jinan tersenyum bodoh sambil mengambil buku dari tangan Shani.

"Lu emang temen gua yang paaaaaaaaaaling pengertian," Ia memeluk Shani lalu mencium pipinya.

Shani mendorong wajah kawannya itu menjauh.

Jinan cepat-cepat menyalin PR itu ke bukunya, karena pelajaran pertama akan dimulai kurang dari 10 menit. Tulisan Shani yang rapih dan jelas membuatnya lebih mudah melakukan pekerjaan rumah yang ia  sedang kerjakan di sekolah sekarang.

 Satu lagi teman baik Shani sejak SMP datang. Feni, banyak murid yang menyebutnya berisik dan manja, mungkin karena kelakuannya yang kekanak- kanakan. Tapi meskipun dengan perilaku yang seperti itu, tidak ada yang pernah mengatakannya secara langsung di depan wajahnya, kecuali Shani dan Jinan. Mungkin karena ayah Feni adalah donatur utama sekolah, dan selalu di setiap jenjang pendidikan anak perempuan satu- satunya itu.

"Mamih!" Ucap Feni semangat. Ya, begitulah Feni memanggil Shani.

Ibunya telah tiada saat ia masih kecil, dan nampaknya ia menemukan sosok keibuan dalam diri Shani. Itulah kenapa ia memanggil Shani dengan sebutan Mami.

"Buset deh anak kecil, pagi- pagi udah berisik," Sahut Jinan, Feni mengerucutkan bibirnya lalu duduk.

"Ngambek ngambek, marah, bete. Anak kecil emang," Jinan melanjutkan PRnya.

Feni mengeluarkan bukunya yang semuanya ia beri sampul berwarna pink cerah, dan juga pulpen dengan bulu-bulu di ujungnya. Anak- anak sekali bukan?

Melihat kelakuan dua sahabatnya itu Shani hanya bisa menggelengkan kepala. Ia mengeluarkan handphone dari tasnya, memasangkan earphone yang ia lalu pasangkan ke kedua telinganya.

Pelajaran pertama dimulai. seperti hari- hari sebelumnya, telinga dan mata Shani terfokus pada papan tulis dan setiap penjelasan yang diberkan oleh guru yang sedang mengajar.

-

Bel akhir sekolah berbunyi, guru pelajaran terakhir hari ini berpamitan pada kami yang lalu kemudian keluar dari kelas.

"Lu weekend ini kemana Shan?" Tanya Jinan sambil memasukkan buku-bukunya ke tas

Shani memakai satu sisi earphonenya.

"Rencananya sih gue mau staycation-an ama Gege dari ntar, Minggu baru balik." Jawab Shani.

"Kalian ikut aja," Sambungnya.

"Terus? Gue ama Feni mau nonton tv pura-pura ga denger atau liat kalian berdua enak- enakan di kasur gitu? Thank you deh ya" Ucap Jinan tersenyum yang lalu memutar mata.

"Kita rent apartement aja yang tipe 2 br tapi. Jadi mamih sama Gege bisa pacaran, lu ama gue bisa do something else." Ujar Feni.

"Sekamar sama bocah berisik, pura pura tuli soalnya sekamar ama orang lagi bercocok tanam...yang pertama lebih mendingan kayanya. Yaudah boleh deh."

"Nah gitu dong, kan bosen juga kalo gue 2 hari ama Gege doang."

"Lu doang kayanya Shan yang spending time ama pacar bisa bosen," Sahut Jinan.

Mereka ber-3 pun bangkit dari bangkunya dan melangkah keluar ke arah depan sekolah, menunggu jemputan mereka masing-masing.

Jemputan Feni datang terlebih dulu, seperti biasa ia di jemput oleh supirnya, ia melambai pada kedua temannya itu lalu naik ke mobil dan pulang. Jinan yang biasa pulang dengan ojek  online memilih untuk menunggu jemputan Shani, Gege, untuk kembali dari parkiran.

"Shan. Gue tau ya laki lu emang kadang ga tepat waktu, tapi ini udah lewat 15 menit loh. Parkiran sekolah kayanya ga sepadet itu buat dia sampe mundur 15 menit." Keluh Jinan.

"Bentar deh gue call Gege dulu."

Baru saja Shani akan menekan icon telefon pada kontak pacarnya, sebuah pesan baru masuk.

[Geee] "By, sayang, aku ada rapat OSIS dadakan nih buat ngurusin perkemahannya anak kelas 1. Kamu  balik sendiri gapapa kan? Nanti aku jemput ya jam 5"

[Me] "Hmmmmm ngabarin aja telat, apalagi jemput nanti. Oiya, kita sewa apart aja kayanya. Feni sama Jinan ikut"

[Geee] "Hehehe suwer dah ntar ga telat, kalo telat aku beliin semuaaaaaaaaa yang kamu mau, oke by?"

[Me] "Yayayaya, aku balik sama Jinan kalo gitu"

[Geee] "Yaudah, ati ati kalo gitu yaa, see you later bby"

"Gue balik sama lu aja Nan, pesen yang mobil aja. Gege ada rapat dadakan," Shani berucap kesal.

"Ckckck kebiasaan emang cowo lu. Yaudah bentar."

TBC.

Garcon Le FleurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang