02

35 7 2
                                    

Dewi sedang melipat mukenahnya usai solat Ashar. Terdengar suara gedoran yang cukup keras mengedor pintu kamarnya. Mendengar ketukan itu, Dewi membukakan pintunya dan terlihat mamanya didepan dirinya.

"Iya ma, ada apa?" tanya Dewi.

"Kamu ngapain aja di kamar lama banget, pasti kamu musikan kan! chatan sama pacar, ngak tau beres-beres rumah!" sentakan Intan, mamanya.

"Dewi abis solat ma, setelah itu Dewi bakal pergi ke dapur buat masak." sahut Dewi.

"Munafik! Sok sokan solat! Cepet sini!" ucap Intan memegang kuat-kuat lengan Dewi lalu membawanya ke dapur.

"Cepat masak! Adik kamu bentar lagi pulang! Kalo ngak ada makanan dia nanti marah,cepet lelet banget sih!" bentak Intan mendorong tubuh Dewi.

"Iya ma. "

Intan meningalkan Dewi sendiri di dapur itu, Dewi sudah terbiasa dengan perlakuan mamanya dan ia menerima semua perlakuan keluarganya terhadap dirinya.

Ia mulai memasak, mulai dari memilah bumbu dan mengelupasnya satu per satu. Dewi berniat membuat sup daging ayam untuk keluarga tersayangnya.

Masakannya sudah setengah jadi, tinggal menunggu matangnya saja. Tapi adiknya itu sudah pulang. Pasti dia akan kena marah lagi setelahnya.

"Maa laper banget makanannya Mana... " rengek Suci di meja makan.

"Iya sayang bentar lagi ya. Dewi,masak lama amat sih lelet banget." ucap Intan lalu berdiri menuju ke dapur.

"Kamu masak apa!" bentak Intan lalu melirik panci yang sedang Dewi masak.

"Masak sup daging aja lama banget! Kamu ngak kasihan sama Suci! Dia itu udah kelaparan disana!" bentaknya.

"Tinggal nunggu matang doang ma, paling lima menit lagi." ucap Dewi menunduk.

Setelah sup daging itu sudah matang, Dewi menaruhnya di mangkok dan mulai berjalan ke meja makan tak lupa dengan nasinya.

Suci menatap Dewi geram, "Gue kerjain lo kak, suruh siapa buat nunggu gue lama. Lagian lo kan pacarnya orang yang gue suka." batin Suci dengan senyum liciknya.

Dewi mengambil piring dan duduk di sebelah suci untuk makan bersamanya. Suci mulai memakan satu suapan ke mulutnya, lalu berteriak.

"Maaaa.... Mamaaa..." teriak Suci.

"Iya sayang ada apa?" tanya mamanya datang dengan wajah yang sedang memakai masker.

Suci mengaruk tangan, leher juga kakinya, "aku gatel-gatel nih gara-gara makan sup ayam buatan kak Dewi. Aku kan alergi sama daging ayam." protes Suci.

Setahu Intan, Suci tidak mempunyai alergi apapun sama dengan dirinya, kenapa tiba-tiba Ia mengeluh alergi itu?

Setahu Dewi pun sama. Keluarganya memang tidak memiliki alergi apapun terhadap makanan, mulai dari mamanya, papanya, kakaknya, dan adiknya, Suci.

"Kok bisa? Bukannya kamu ngak ada alergi yah?" tanya Intan penasaran.

Karena merasa dirinya terancam jadi Suci menemukan siasat baru, "iya ma dulu, sekarang kalo aku makan daging ayam rasanya gatel-gatel. Mama ngak mau kan kulit ku yang cerah nan putih ini jadi merah-merah?" Ucap Suci meyakinkan mamanya.

"Ngak dong sayang, mama sayang sama kamu." ucap Intan membelai rambut Suci.

"Dewi! Cepat masakan lagi sesuatu untuk Suci!" perintah Intan.

"Tapi ma, aku belum makan dari tadi. Aku laper aku makan sebentar yah?" pinta Dewi memohon.

"Kamu boleh makan kalo Suci udah makan!" tegas Intan.

"Lima menit aja ma." ucap Dewi masih memohon kepada mamanya.

"Berani ngelawan ya kamu!" bentak Intan.

Plakk
Intan menampar kuat-kuat pipi Dewi, yang semula putih kini menjadi merah sembam akibat tamparan dari mamanya.

"Auhhgg... " teriak Dewi merasakan perih di bagian pipinya.

"Cepat masak! Setelah ini kamu bersih-bersih, papa akan pulang." bentaknya lagi.

"Papa pulang ma?" Senyum nya terbinar dari wajah Dewi dengan sembam di bagian pipinya.

Dewi menuju ke dapur untuk membuatkan masakan lagi untuk Suci, adiknya.

___________________________________________

Ayo vote nya dongg:), makasii.

Gadis Dingin I Miss you! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang