05

28 4 1
                                    

Hari setelah Minggu adalah Senin. Hari ini Dewa telah sampai di kediamannya yang berada di Indonesia, tepatnya di Jakarta.

Bi Ani berjalan membawa secangkir teh hangat, menaruhnya di meja yang terdapat di ruang depan.

"Makasih bi." ucap Dewa dan meminum teh hangat itu.

"Rasanya sama seperti dulu, manisnya pas." puji Dewa kepada bi Ani.

"Bibi ke dapur ya den." pamit bi Ani.

Dewa tersenyum, ayahnya datang dan duduk di sofa dekat dengan dirinya.

"Kamu istirahat dulu, nanti sore Ayah mau nunjukin sesuatu." tuturnya.

"Iya yah, aku ke kamar dulu." pamit Dewa lalu berjalan kearah kamarnya.

***
Karna jam kosong melanda, alhasil Dewi dan Leni berada di perpustakaan untuk membaca novel.

Sedang asiknya membaca novel, tiba-tiba Deni datang membawa pesan dari Aldy.

"Wi." pangilnya.

Dewi mengangkatkan alisnya.

"Aldy nunggu lo di parkiran." Bisik Deni

Dewi mengangukan kepalanya tanda bahwa ia setuju untuk bertemu dengan Aldy. Dewi hendak beranjak untuk pergi, namun Leni menarik lengannya.

"Gue ikut." Pinta Leni yang diberi anggukan oleh Dewi.

Dewi dan Leni meletakan novel mereka ke rak buku lalu berjalan untuk menemui Aldy.

***

"Kenapa?" tanya Dewi kepada Aldy.

"Kita jalan yuk pulang sekolah." ajak Aldy menatap Dewi pekat.

Kring.
Dewi hendak menanggapi ajakan dari Aldy namun ponselnya berbunyi, dilihatnya itu pesan dari papanya. Dewi membacanya.

Papa.

{Dewi, nanti sepulang sekolah tunguin papa yah. Papa jemput sekalian papa mau ketemu seseorang. }

Begitulah pesan dari Wijaya, papanya.

"Gue ngak bisa." tutur Dewi dengan wajah malas.

"Kenapa? Kita jarang keluar loh." tanya Aldy serius.

"Papa barusan WhatsApp gue, katanya dia mau jemput nanti sekalian mau pergi." jawab Dewi.

Wajah Aldy kian cemberut, "yaudah deh." gumamnya lirih.

"Tapi gue janji besoknya lagi kita jalan." ujar Dewi dengan membentuk jarinya menjadi huruf V.

"Janji ama Aa?" katanya sembari menelunjukan jari kelingkingnya.

Dewi menatapnya tajam,"janji." ucapnya membalas kelingking Aldy.

Dewi menunggu papanya di depan gerbang sekolah. Sudah sepuluh menit kurang lebih ia berada disana, Dewi melirik jam tangan berbentuk panda di tangan berkulit putihnya.

Didepannya datang mobil berwarna hitam, dan ia tahu itu bukanlah papanya mungkin saja itu orang tua dari salah satu murid yang berada disini.

Aldy dan kedua temannya itu menatap Dewi tajam. Ia tak ingin pulang sebelum Dewi pulang dijemput papanya.

"Al-Al liat tuh ada mobil hitam, itu bokapnya?" tanya Fajar menepuk bahu Aldy.

"Gue juga liat kali ngausah ditepuk." ucap Aldy mengibaskan tangan Fajar.

"Tapi, mobil bokap Dewi itu bukan itu, suer dah. Gue dulu pernah ketemu sama bokapnya, dan mobilnya bukan itu." lanjutnya.

"Terus itu mobil siapa dong? Jangan-jangan-" ucap Fajar terpotong ucapan Deni.

"Penculik! " potong Fajar.

"Hustt! Ngawur aja lo yakali penculik, mungkin orang tua siswa sini kali." tegas Aldy.

Dari mobil itu, munculah seorang lelaki bertubuh kekar dengan jas berwarna biru dan menghampiri Dewi.

Lelaki itu adalah Dewa, Dewa mencopot kaca mata hitamnya didepan Dewi. Namun, pandangan Dewi masih tak tertuju pada Dewa yang berada didepannya.

"Gue mau tanya dong, ini alamat sekolah ini bukan?" ucap Dewa dengan memberikan sebuah kertas.

Dewi mengamati kertas itu lalu mengangukkan kepalanya.

"Gue disuruh jemput siswi disini, namanya..." Dewa masih berusaha mengingat.

"Dewi." Lanjutnya setelah mengingat nama siswi itu.

Mata Dewi terbelolok kearah mata yang memiliki alis tebal itu. Lima detik ia menatap mata Dewa, pesan dari papanya muncul di ponselnya.

Papa.
{Sayang, papa minta tolong sama seorang laki-laki buat jemput kamu, soalnya papa ngak bisa.} Pesannya.

Karena pesan dari papanya itu Dewi mengakui pada Dewa bahwa ialah Dewi, siswi yang dia itu cari.

"Gue Dewi." ucap Dewi yang membuat pandangan Dewa beralih kepada dirinya.

"Oh kenalin gue Dewa." ucapnya mengulurkan tangannya.

Dewi hanya diam tanpa membalas ucapan Dewa.

Dewa menyadari bahwa gadis itu tak membalas tangannya," masuk." titah Dewa kepada Dewi.

"Al lihat! Dewi masuk ke mobil itu!" bisik Deni.

"Gue juga lihat." jawab Aldy.

"Tapi ya Al, kalo cowo itu dibandingin sama lo kaya bumi sama langit." usul Fajar memberi pendapatnya.

"Cowo itu ganteng make jas, nah lo udah jelek jas aja ngak punya."

"Dia bawa mobil dan lo bawa motor." lanjutnya.

Aldy menatapnya tajam seolah ingin membunuh sahabatnya itu disini, sementara Deni menepuk jidatnya meraskan ocehan Fajar yang membuat Aldy marah.

Deni menepuk bahu Fajar keras, "lo gimana sih, kalo Aldy marah kita ngam dapet traktiran bego! " bisiknya.

"Gue denger." sindir Aldy lalu  menyalakan mesin motornya dan beranjak pergi.

"Tuh kan lo sih! " Bentak Deni.

___________________________________________

Tbc

Vote nya dong jangan lupa:)

Gadis Dingin I Miss you! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang