5. Resmi

140 20 0
                                    

Hari jadian kami itu sangat-sangat...

Renjun mengintip sembari tersenyum samar. Gadis incarannya itu tengah duduk selonjoran ditaman sekolah sendirian. Telinganya tersumbat Earphones yang Renjun yakini terputar musik Akustik kesukaan gadis berambut setengah punggung tersebut.

"Renjun-ya!" Nyaris saja lelaki bergingsul itu terjungkal dari pijakannya diatas batu bata yang ia susun guna mengintip dari balik tembok pemisah ruang eskul dengan sekolah.

"KAMJAGIYA! OMO JANTUNGKU!" Seru Renjun kaget, lebay sekali.

"Ya! Sedang mengintip siapa kau! Mesum!" Hyunjin menunjuk-nunjuk Renjun sangsi.

"Ppabo! Stttt diam saja sana, hush pergi!" Tangan dikibas-kibaskan tanda mengusir membuat Hyunjin merutuk sebal. Ingin sekali menendang sisurai blood agar terjungkal, bila perlu hingga gagar otak. Supaya tidak konslet!!

"Menyebalkan sekali sih!" Renjun membalikan wajahnya kearah taman tetapi wanitanya itu tidak terlihat lagi, mungkin sudah pergi pikir Renjun.

Tungkainya melompat dari empat tumpuk batu bata lalu membersihkan ujung sepatunya yang terkena debu. Sesaat menjatuhkan pandangan kearah sepasang pantofel didepannya. Netranya memaku, sial ketahuan ratapnya miris.

Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Batinnya menjerit pilu takut siincaran ilfeel dan ia pasti patah hati dalam waktu dekat.

"Mian" Gumaman manik sipit berbalas senyum hangat.

"Tidak apa. Jadi Renjun-ssi ini maksudnya apa?" Ujar (NickName) halus. Aduh Renjun tidak kuat eomma, terlalu menggemaskan!

"Aku suka kamu, mau jadi pacarku?" Coba saja dulu, setidaknya sudah disampaikan walau ujung-ujungnya terisak menyedihkan diujung kamar.

"Mau" Eh! Kok! Siapa yang mengatakan realita lebih mengerikan dari ekspektasi! Renjun ingin mengajak dia baku hantam. Buktinya apa yang Renjun alami malah lebih indah realita!!!.

Jika tidak menjaga image yang sebenarnya percuma, mungkin Renjun akan meloncat-loncat kegirangan atau berguling diaspal sembari berteriak kencang.

"Serius?" Tanya pemuda berdarah China itu sambil menggenggam erat tangan gadis didepannya ini.

"Bohong" Sigadis terkikik geli sebelum berteriak lantang sembari berlari kekoridor.

"Bohong jika menolak!!"

Senyum mereka merekah!!.

.

Konyol tetapi menempel dalam hati.

Wife (Huang Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang