10. Garis

186 17 0
                                    

Saat...

Tiga bulan setelah acara-mari mengucapkan janji suci itu- dan genap seminggu ini (Name) selalu bolak balik dari kamar mandi setiap bangun tidur. Mood Swingnya juga parah sekali, berkali-kali Renjun kena omel nyonya muda Huang tersebut.

"Yak! Ppabo cepat berangkat! Kalau ingin makan kerikil jangan mengajak-ajakku juga dong!" Seru (Name) sebal, matanya melotot galak serta merta jemari menunjuk-nunjuk Renjun penuh ancaman.

"Lima menit lagi chagiya" Tutur Renjun dengan suara serak khas bangun tidur.

"Iya dan kau tidur diluar!" Apa itu mengantuk? Renjun tidak kenal dengan kata itu. Netra obsidiannya terbuka lebar; melotot. Seketika tidak memiliki rasa kantuk dimata. Segar sampai sekujur tubuhnya kaku akibat refleks bergerak tanpa perenggangan terlebih dahulu.

Penuh dukacita ia melangkah kekamar mandi yang ada dikamar mereka. Hatinya ciut, galak sekali sih. Adh adh kit ati. Hiksrot.

🍁🍁🍁

Renjun ngambek parah, mukanya merengut tidak terima. Padahal pemuda China sudah mandi secepat kilat tetapi tetap saja terancam tidur diluar.

Kerjaannya kacau balau karna tidak mood bergerak alias mager, sensitif sekali. Seperti gadis SMA PMS. Membuat satu kantor ikut-ikut terkena imbas akibat sang CEO sama sekali tidak ingin diganggu. Jaemin yang paling parah dari segala hal yang dilakukan Renjun sebab ia sekretaris pemuda pemarah itu.

"Heh yamaha neptunus!" Salak pemuda dengan surai gulali galak.

"Apa?" Balasnya ketus.

"Tanda tangain berkas-berkas ini" Jaemin menyodorkan segepok penuh kertas, dilempar lebih tepatnya.

"Sabar sedikit!" Renjun menggetok pucuk kelapa teman keribnya dari jaman SMA tanpa perasaan.

"Ish!" Jaemin melenggang pergi, tidak ingat lelaki yang baru saja dilaluinya tak acuh tadi adalah bos tempatnya bekerja.

🍁🍁🍁

Pun demikian pria yang sempat populer disekolahnya itu melangkah gontai kearah mansion Huang. Tanpa tenaga membuka pintu kamar tempatnya biasa bergelung nyaman. Wajahnya kunyuk bagai tak makan seabad namun langsung berubah terkejut saat sang istri memeluknya begitu erat.

Diusapnya rambut halus yang menguarkan aroma Vanilla lembut. Wangi favorit Renjun setelah aroma citrus milik sang ibu. Dalam hati bernafas lega, mungkin (Name) tidak marah lagi batinnya berharap.

"Ini" Kata (Name) sambil bersembunyi didada sang suami. Guna menutupi wajahnya yang memerah hingga telinga. Jemarinya menyodorkan alat tipis panjang.

"Garis dua?" Renjun mengerjap-ngerjap. Nampak ling-lung atau mungkin sudah diawang-awang.

"Iya" Jawab (Name) yang masih memeluk erat badannya.

"Terimakasih!" Renjun merasa lengkap. Lengkap sekali! Senang sekali! Bahagia sekali! Ingin merutuki ketidak pekaannya terhadap sang istri yang kerap bertingkah aneh belakangan ini, sekali.

Hehe.

.

Itu Renjun terlihat ingin menangis SEKALI!!

Wife (Huang Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang