(Cerita ini terinspirasi dari lagu Pink Sweat$ - At My Worst)
"Lo bisa nggak, geseran dikit?" Suara marah Zidan yang terdengar buru-buru di telinga teman-temannya membuat satu baris penonton basket putri yang sedang duduk di pinggir lapangan sontak menoleh.
"Ngapain sih tereak-tereak? Bikin malu aja lo." Riski menegur sambil mencubit halus tangan Zidan.
Zidan menggeleng dan segera mengambil posisi ternyaman setelah dua sohibnya bergeser, memberi tempat kosong untuknya.
Matanya mencari, menemukan, dan menatap lamat-lamat gadis dikuncir ponytail yang sedang sibuk dribbling sekaligus melakukan trik untuk mengelabui lawan ditengah lapangan.
'Gosh, itu cewek emang bener-bener...' batinnya terpana.
"Lo merhatiin Azila pasti." Satu bisikan yang lolos dari teman karib disebelahnya, Adit, membuat kepalanya seketika menoleh.
"Nggak." Balas Zidan singkat. "Nggak salah lagi." Lanjutnya pelan dan membuat Adit terbahak.
"Heran gue sama lo. Itu cewek nggak cantik-cantik amat. Masih ada Indah, Nadira, Intan, Shakila. Ada 4 teratas yang bisa lo gaet kapan aja, Dan. Mana empat-empatnya suka lagi sama lo, si most wanted kayak di novel-novel." Cerocos Adit sambil mencondongkan bibirnya ke telinga Zidan yang segera mengusap-usap telinganya sendiri.
"Setan mana si yang ngomong, panas banget kuping gue."
"Anjing lo." Adit memaki kesal dan kembali melihat ke arah lapangan, tempat dimana para pemain putri sedang mendapat giliran bermain basket untuk pengambilan nilai tengah semester.
"Azila pernah pacaran gak, sih?" Zidan masih setia bicara pada Adit.
Adit hanya menggeleng pelan.
"Kok lo diem aja deh?" Zidan bertanya lagi dengan nada kesal. Seketika Adit memegang dagunya sehingga membuat kepala Zidan mau tak mau menoleh ke arah teman baiknya itu.
"Makanya jangan ngeliatin Azila mulu, jadi nggak bisa liat gue geleng-geleng, kan."
Zidan mencerna kata-kata Adit beberapa detik, lalu matanya menatap berbinar. "Eh itu beneran? Yang pernah digosipin anak cewek itu bener? Sip sip."
"Mau ngapain lo, bego?"
"Mau daftar jadi pacar, ihiy." Zidan melakukan gaya cringe yang segera ditampar dengan telapak tangan kasar Adit.
"Sinting. Langsung jeder aja, mana ada cewek di sekolah ini yang nolak lo."
"Ada."
"Siapa?"
"Ya, dia. Cewek yang lagi gue perhatiin sekarang."
"Azila?!" Adit tak habis pikir. "Yang cantik aja gamungkin nolak, apalagi yang jelek kayak dia, Dan?"
Seketika Zidan menoleh cepat, pandangannya beberapa saat ia tinggalkan di kedua bola mata Adit yang menatapnya tak mengerti. Zidan menatapnya kesal. Rasa bahagia dan aura humor yang menguar dalam atmosfer keduanya beberapa saat lalu seketika menguap.
"Bangsat, jaga omongan lo." Ucapnya lirih di muka Adit yang seolah ternistakan. Lalu ia berdiri, berjalan menuju kelas. Moodnya untuk menonton crush nya bermain basket memang masih ada, tapi untuk berdebat dengan Adit yang gemar basa-basi soal 'standar kecantikan' kerap membuatnya jengah.
Sebelum pergi, Zidan pastikan bilang hal ini pada temannya tadi, "gue nggak marah, lo mau ngomong apapun tanpa di filter juga gue nggak peduli. Tapi gue kecewa banget sama siapapun yang bisa-bisanya ngehina orang yang gue suka. Gue ke kelas dulu."